Sama Populer, ​Tiga Cabup-Cawabup Mojokerto Setara

Sama Populer, ​Tiga Cabup-Cawabup Mojokerto Setara Nico Ainul Yakin. foto: istimewa

Oleh: Nico Ainul Yakin --- ADA tiga pasangan calon (paslon) kepala daerah yang dipastikan akan berkontestasi dalam Pilkada Kabupaten Mojokerto pada 9 Desember 2020 mendatang. Ketiga paslon itu adalah (1) Ikfina Fahmawati-Muhammad Al Barra (IKBAR); (2) Yoko Priyono-Choirun Nisa’ (YONI); dan (3) Pungkasiadi-Titik Mas’udah.

Jika dilihat dari latar belakang ketiga paslon tersebut, sulit rasanya memprediksi siapa yang akan menjadi pemenangnya. Masing-masing paslon memiliki keunggulan yang setara, seimbang dan bersaing. Tetapi ada beberapa catatan yang dapat diungkap dalam artikel ini, di mana tidak semua paslon memiliki keunggulan kompetitif yang spesifik. Pada titik inilah, kemungkinan salah satu di antara ketiganya dapat dinilai dan dianalisis tentang siapa yang paling berpeluang menjadi juaranya.

Kekuatan Paslon

Berdasarkan pengalaman yang selama ini terjadi dalam pilkada sebelumnya, pemenang pilkada disebabkan karena beberapa hal, antara lain: (i) Ketokohan; (ii) Dukungan modal (financial); (iii) Kekuatan Jaringan (networking); dan (iv) Legitimasi Tokoh Kultural. Mari sekarang kita lihat kekuatan masing-masing Paslon kepala daerah kabupaten Mojokerto 2020.

Pertama, Paslon IKBAR, merupakan pasangan muda dengan nomor urut 1 yang diusung oleh koalisi 6 partai politik (parpol) dengan modal dukungan sebesar 19 kursi, yakni NasDem (3), Partai Demokrat (5), PKS (4), Gerindra (3), Hanura (2), dan PAN (2).

Ikfina Fahmawati adalah seorang dokter yang juga merupakan istri mantan bupati Mojokerto Musthofa Kamal Pasha (MKP). Adapun Muhammad Al Barra adalah anak dari pendiri sekaligus pengasuh dua Ponpes terkenal di Surabaya dan Pacet, Mojokerto, KH. Asep Syaifuddin Chalim (Kiai Asep). Secara ketokohan, keduanya adalah sosok yang memiliki background kunci di kabupaten Mojokerto, yakni MKP dan Kiai Asep.

MKP adalah mantan bupati dua periode yang cukup populer dan melegenda di tengah-tengah masyarakat Mojokerto, meskipun di ujung karir politiknya bermasalah. Kecintaan masyarakat terhadap sang tokoh acapkali tak mempengaruhi tingkat keterpilihan seseorang dalam pilkada. Contoh, Syahrimulyo tetap saja terpilih dalam Pilkada Tulungagung 2018, meskipun dirundung masalah hukum sebelum pencoblosan dilaksanakan. MKP juga memiliki kekuatan modal finansial yang memadai, kekuatan jaringan hampir merata; dan legitimasi tokoh yang luar biasa, seperti kepala desa/mantan kepala desa, dan para bothoh yang dalam dua kali pilkada sebelumnya bersama MKP.

Sedangkan Kiai Asep adalah seorang ulama sekaligus guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel yang menjadi pengasuh dua ponpes terkenal sekaligus di Surabaya dan Mojokerto dengan puluhan ribu santri dan alumninya. Tentu saja dari sisi ketokohan, modal finansial, kekuatan jaringan dan legitimasi tokoh, terutama tokoh kultural (kiai dan agamawan) cukup memiliki kedekatan secara personal. Posisi kiai Asep sebagai Ketua Umum PP Persatuan Guru-Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) juga akan menjadi daya ungkit keterpilihan bagi pasangan IKBAR. Kiai Asep juga acap disebut sebagai tokoh di balik kemenangan Chofifah Indarparawansa dalam Pilgub Jatim 2018 silam.

Kedua, Paslon Yoko Priyono-Choirun Nisa’ (YONI), diusung oleh Partai Golkar dan PPP dengan total dukungan sebanyak 11 kursi - Golkar (6) dan PPP (5). Paslon dengan nomor urut 2 ini memiliki latar belakang berbeda. Yoko merupakan mantan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Pemkab Mojokerto. Sementara Choirun Nisa’ adalah kader Muslimat NU yang pernah menjadi Wakil Bupati Mojokerto periode pertama MKP memimpin Mojokerto (2010-2015).

Ketokohan Yoko Priyono secara spesifik berasal dari posisinya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Ia sangat dikenal di kalangan pegiat koperasi dan UMKM. Tetapi belum populer di komunitas masyarakat yang lain. Ketokohan Yoko ditopang oleh calon wakilnya, Choirun Nisa’. Perempuan yang pernah menjadi wakil bupati Mojokerto ini adalah sosok yang sangat terkenal di komunitas NU, khususnya Muslimat. Pada 2015 Nisa’ pernah mencalonkan bupati bupati tapi dianulir oleh KPU berdasarkan amar putusan Mahkamah Agung (MA) atas perkara di Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor 539 K/TUN/PILKADA/2015 yang diajukan oleh calon inkumben, Mustofa Kamal Pasa-Pungkasiadi. Nisa-Arif dicoret karena terbukti melakukan pemalsuan atau merekayasa surat dukungan DPP PPP pimpinan Djan Farid. Kemudian, dari sisi dukungan modal (financial), kekuatan jaringan, dan legitimasi tokoh kultural juga kurang kuat dan mengakar, kecuali (mungkin) di komunitas Muslimat NU.

Ketiga, Pungkasiadi-Titik Mas’udah, yang memiliki modal dukungan mencapai 20 kursi, terdiri dari PKB (10), PDI-P (9), dan PBB (1). Pungkasiadi merupakan Ketua DPC PDI-P dan kini menjabat sebagai Bupati Mojokerto menggantikan Musthofa Kamal Pasha (MKP). Sedangkan Titik Mas’udah, merupakan politisi PKB dan Fatayat NU, sekaligus adik dari Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO