SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Mau tak mau Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik, harus mengakui keunggulan Joe Biden, calon presiden dari Partai Demokrat dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS). Update dari Associated Press (AP) menunjukkan bahwa Biden kini meraih 290 suara elektoral. Ini berarti perolehan suara Biden telah melampaui batas minimal suara sebagai presiden AS, yaitu 270 suara elektoral.
Sementara Donald Trump justru terpuruk di angka 214. Sikap rasis dan urakan Trump tampaknya menjadi salah satu pemicu kegagalan presiden yang dikenal kaya raya itu.
Baca Juga: Pemimpin Psikopat
Harus diakui, kebijakan politik rasis dan diskriminatif Trump telah menciptakan pendukung fanatik pada sebagian warga AS, terutama Yahudi. Namun rasisme tak bisa diandalkan untuk meraih simpati secara luas di AS.
Berbeda dengan Trump yang cenderung kekanak-kanakan, jiwa Joe Biden jauh lebih matang sebagai pemimpin. Biden berusaha merangkul semua golongan. Ia menegaskan bahwa dirinya adalah presiden semua rakyat Amerika, baik yang memilih dia maupun yang tidak.
Karena itu umat Islam yang minoritas di AS cenderung memilih Biden ketimbang Trump. Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center, sebuah yayasan di kawasan New York AS, misalnya, merespons positif sosok Biden. Dalam tulisannya yang disebar di media sosial ia mencatat beberapa poin tentang Biden dan Islam.
Baca Juga: Jaksa Khusus Kasus Dugaan Korupsi Anak Presiden
“Catatan ini juga tidak mengatakan jika Biden itu terbaik, bahkan baik. Tapi dalam menilai sesuatu/seseorang Islam memakai penilain “afdholiyah” (terbaik). Di saat tidak ada yang terbaik, maka Islam memakai metode “akhaffu ad-dhoraraen” (paling sedikit bahayanya),” tulis Shamsi Ali. Di bawah ini tulisan Shamsi Ali yang tersebar di media sosial.
1. Keadilan sosial untuk semua (social justice for all). Ini menjadi perbedaan karakter kedua partai besar Amerika; Demokrat dan Republik.
2. Kesetaraan ras bagi semua manusia (racial equality for all people). Di bawah Trump terjadi rasisme, bahkan kekerasan atas nama rasisme di mana-mana.
Baca Juga: Korupsi Rp 1 Triliun, Tangan Ketua DPRD Diborgol
3. Kesempatan yang sama untuk semua warga Amerika (equal opportunity for all Americans). Orientasi ekonomi Trump yang memihak mereka yang kaya (kapitalis) menyebabkan mereka yang berekonomi menengah ke bawah tercekik.
4. Penguatan ekonomi bagi minoritas (Economic empowerment for minority). Lingkungan rasisme Trump telah berimbas dalam kepada keadilan perekonomian.
5. Imigrasi dan legalisasi para pendatang (Immigration and path to citizenship). Di bawah Trump kesempatan imigrasi hampir ditutup. Ini bertentangan dengan semangat Amerika sebagai negara immigran.
Baca Juga: Donald Trump Punya Bakat Provokator Sejak Muda, Lima Anak Tak Bersalah Dipenjara
6. Jaminan kesehatan yang bersifat menyeluruh (Universal healthcare). Salah satu usaha keras Trump adalah mencabut Obama Care yang memberikan jaminan kesehatan kepada puluhan juta orang-orang lemah.
7. Jaminan hak-hak minoritas (minority rights protection). Akan terasa jaminan dan proteksi kepada minoritas. Di bawah Trump minoritas langsung atau tidak merasakan marjinalisasi.
8. Kebebasan beragama untuk semua (religious liberty for all). Slogan kebebasan beragama bagi Trump adalah for White Evangelicals dan kritistian radikal lainnya.
Baca Juga: Terancam Jadi Tersangka, Donald Trump Sebut Jaksa Binatang, Tutup Mulut Cewek Rp2 M
9. Kerja sama internasional dan multilateralisme (global partnership and multilateralism). Trump memutuskan hubungan multilateral dengan banyak organisasi internasional. Termasuk di dalamnya WHO, dan lain-lain.
10. Hubungan yang harmonis antar kelompok masyarakt (communal harmonious relations). Trump telah membangun suasana yang memecah belah masyarakat atas banyak dasar. Salah satunya yang paling menonjol adalah perpecahan ras (racial divide).
11. Memperkecil ruang kelompok putih dan golongan kanan yang ekstrim (suppressing the Radical white Supremacy and extremist Rights Wings). Biden dengan tegas mengutuk White Supremacy. Sementara Trump tidak ingin, bahkan memuji sebagai patriotik.
Baca Juga: Sukses di Bali, G20 Tak Jadi Dibubarkan, PM India Narendra Modi Berkhayal
12. Isu lingkungan dan perubahan iklim (environmental and climate change issues). Sementara Trump keluar dari Climate Change Paris. Climate change dianggap mitos.
13. Harapan penanganan Covid yang profesional (professional handling of the Covid 19 tragedy). Bangsa Amerika adalah bangsa yang paling besar korban Covid. Salah satunya karena kegagalan pemimpin (leadership failure).
Masalah kepribadian dan kepemimpinan (personal and leadership matters). Karakter pribadi Trump yang jauh dari karakter seorang Pemimpin.
Baca Juga: Joe Biden-Xi Jinping Bakal "Bajak" KTT G20 di Bali?
Khusus untuk Umat Islam
1. Demokrat dalam sejarahnya lebih bersahabat dan membuka ruang yang sama untuk Komunitas Muslim.
2. Akan segera mencabut aturan Trump “Muslim Ban” atau pelarangan orang-orang Islam masuk Amerika.
Baca Juga: Permusuhan Rakyat dan Pemerintah, Membuka Luka Lama, Gereja Melawan Pemerintah
3. Berkomunikasi langsung dengan Komunitas Muslim selama Kampanye.
4. Berjanji mengikutkan Komunitas Muslim dalam pemerintahan.
5. Berjanji akan lebih terbuka dan fair (imbang) dalam menyikapi isu Timur Tengah.
Membangun komunikasi dan kerja sama dengan dunia Islam (bukan memakai/memaksa) berdasar mutual interest (kepentingan bersama).
6. Komunitas Muslim merasakan proteksi sistem (kekuasaan).
7. Minimal Islamophobia akan mendapatkan resistensi sistem. Bukan sebaliknya mendapat pembenaran kekuasaan seperti di zaman Trump.
8. Dan lain-lain yang akan ditambahkan pada masanya.
Berbagai keraguan orang tentang Biden, apakah itu karena sejarah perang di Timur Tengah, hubungan dengan China, dan lain-lain akan saya bahas secara detail beberapa hari ke depan.
Udara Dubai, 6 November 2020
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center
Presiden Nusantara Foundation
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News