Debat Publik II Pilwali Surabaya 2020: Antara Retorika dan Realita, Begini Komentar Pemerhati Pemilu

Debat Publik II Pilwali Surabaya 2020: Antara Retorika dan Realita, Begini Komentar Pemerhati Pemilu Sri Sugeng (berpakaian hakim) bersama Arief Budiman Ketua KPU RI. (foto: ist)

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Debat Publik Kedua Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwali) Surabaya 2020 telah terlaksana. Sri Sugeng Pujiatmoko, Pemerhati Pemilu memberikan komentarnya terkait penyelenggaraan debat tersebut.

"Semua yang disampaikan oleh paslon dalam debat publik merupakan retorika untuk membumikan gagasan atau cita-cita, pandangan terkait visi, misi, dan program paslon. Tuntutan kepiawaian merangkai kata dan kalimat menjadi penting untuk menyampaikan pesan kepada publik," ujar Sri Sugeng Pujiatmoko kepada BANGSAONLINE.com, Kamis (19/11/2020).

Baca Juga: Bawaslu Kota Surabaya Serahkan Laporan Hasil Pengawasan Pilkada 2020 ke Pemkot dan DPRD

Retorika, kata Sri Sugeng, merupakan impian atau cita-cita yang belum terwujud, sedangkan realita merupakan kenyataan yang telah dilakukan. Maka setiap paslon harus mampu menyampaikan gagasan dalam kutub impiannya dalam mengelola pemerintahan yang nantinya akan diwujudkan dalam realita memimpin pemerintahan.

"Maka retorika akan lebih mudah disampaikan dari pada mewujudkan realita. Seorang orator akan sangat mudah menyampaikan orasi visi, misi, dan programnya, namun belum tentu dapat mengimplementasikan gagasan atau cita-cita melalui retorika," ulas Mantan Bawaslu Jatim ini.

"Bagi masyarakat yang mendengar orasi harus mampu menerjemahkan retorika yang diucapkan agar tidak terjebak pada orasi yang membius. Maka sebagai parameter dalam menilai retorika yang diucapkan adalah track record paslon, baik dalam lingkup kehidupan, pekerjaan, maupun bermasyarakat. Retorika mudah diucapkan, namun kadang sulit untuk merealisasikan ketika mengelola pemerintahan," sambungnya.

Baca Juga: Dilantik Besok Sore, Ini Harapan Warga Surabaya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baru

Menurut Sri Sugeng, masyarakat harus cerdas dalam menerima orasi yang disampaikan oleh paslon, jangan sampai terbius oleh orasi yang disampaikan oleh paslon. Visi, misi, dan program merupakan dokumen politik yang dijadikan dasar dalam mengelola pemerintahan oleh paslon ketika terpilih.

"Semua visi, misi, dan program paslon semuanya secara substansi akan menyuguhkan peningkatan pengelolaan pemerintahan untuk menjadi lebih baik, namun visi, misi, dan program merupakan gagasan atau cita-cita yang perlu direalisasikan. Maka untuk merealisasikannya perlu sentuhan pemimpin yang visioner dalam pengelolaan pemerintahan," tegasnya.

"Debat publik merupakan sarana penyampaian visi, misi, dan program sebagai guidence bagi paslon untuk memberikan gagasan dan cita-cita. Maka sesungguhnya yang dibutuhkan dalam pengelolaan pemerintahan, bukan paslon yang pandai orasi, namun yang dibutuhkan adalah paslon yang mampu membumikan gagasan dan cita-cita yang tertuang dalam visi, misi, dan program menjadi sebuah realita yang hasilnya dapat dinikmati masyarakat," pungkasnya. (nf/zar)

Baca Juga: Pascapilkada, Jaman Jatim Evaluasi Pembekuan Jaman Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO