
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Petugas gabungan dari jajaran Polda Jawa Timur, merespons cepat kabar viral tentang ancaman pembunuhan dari seorang bernama Aji Dores. Pria dari Pamekasan, Madura itu mengancam akan membunuh Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, Menko Polhukam RI.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jatim, Irjen Pol Dr Nico Afinta mengatakan, ancaman pembunuhan tersebut muncul pasca aksi sekelompok massa yang menggeruduk kediaman Hj. Siti Khotidjah, Ibunda Machfud MD di Jalan Dirgahayu Nomor 109 Kelurahan Bugih Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Madura.
"Pada tanggal 1 Desember, kita ketahui bersama bahwa ada kejadian sejumlah massa selesai unjuk rasa membubarkan diri, kemudian melewati rumah di mana di rumah itu tinggal ibunda Bapak Menko Polhukam berusia 90 tahun. Kemudian kita tahu bersama ada ucapan berisi ancaman terhadap diri pribadi," ungkap Irjen Pol Dr Nico Afinta di Mapolda Jatim, Sabtu (5 /12/2020).
Dari kejadian itu, keluarga yang mengetahui hal tersebut melapor ke Polres Pamekasan dan dibantu back up oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jatim.
"Hari ini kami berhasil menangkap AD. Dari keterangan tersangka, yang bersangkutan hanya ikut-ikutan saja dan merasa hal itu terjadi karena merasa dorongan terhadap kelompok yang dia ikuti," ujar mantan Kapolda Kalimantan Selatan.
Seperti dikabarkan sebelumnya, sekira pukul 14.30 WIB rumah orang tua Menko Polhukam Mahfud MD digeruduk massa yang menggunakan pakaian serba putih beserta peci.
Saat menggeruduk, massa meminta Mahfud MD untuk keluar dari rumahnya. Dengan mengucapkan kata-kata ancaman kekerasan dengan kalimat “BUNUH MAHFUD”. Massa kemudian membubarkan diri setelah personel kepolisian datang mengamankan lokasi.
Pelaku bernama Aji Dores, berhasil ditangkap di Jalan Raya Proppo, Pertigaan Desa Campor Kecamatan, Proppo. Kabupaten Pamekasan, Madura. Ia ditangkap petugas Gabungan Dirreskrimum Polda Jatim, Ditintelkam Polda Jatim, Satuan Reserse Kriminal dan Satuan Intelkam.
Dari hasil penangkapan tersebut, didapati barang bukti berupa bukti rekaman yang berisi kalimat ancaman pembunuhan, serta pakaian yang digunakan.
Atas tindakannya, aparat menjerat tersangka dengan Pasal 160 KUHP, Pasal 335 KUHP dan/atau Pasal 93 juncto Pasal 9 dengan ancaman penjara enam tahun. (ana)