Miliki Keterbatasan Fisik, Penyandang Disabilitas di Banyuwangi Tetap Semangat Jualan Roti Keliling

Miliki Keterbatasan Fisik, Penyandang Disabilitas di Banyuwangi Tetap Semangat Jualan Roti Keliling Catur Prabusono saat berkeliling menjajakan rotinya memakai sepeda roda tiga yang dimodifikasi.

BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - Meski memiliki keterbatasan fisik, namun semangat hidup Catur Prabusono, warga Jalan Kembang Waru, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur patut diteladani.

Pria berusia 48 tahun itu hanya memiliki satu kaki setelah salah satu kakinya diamputasi akibat kecelakaan yang menimpanya 25 tahun silam. Dia pun terpaksa harus menggunakan kaki palsu untuk membantunya berjalan.

Baca Juga: Khofifah Tumpengan dan Berbagi Pengalaman dengan Penyandang Disabilitas di Kediamannya

Kendati demikian, kondisi tersebut tak mematikan semangatnya untuk dapat menghidupi keluarganya. Bapak empat anak ini pantang mengemis meminta belas kasihan orang lain. Dia lebih memilih berdagang keliling menjual roti milik orang dengan menggunakan sepeda roda tiga yang telah dimodifikasi.

Dengan penuh semangat, dia mengayuh sepeda roda tiganya menggunakan tangan. Jika melewati jalan menanjak, dia memilih turun dan menuntun sepedanya berjalan kaki dengan tertatih-tatih menggunakan kaki palsunya.

Kepada BANGSAONLINE.com, Catur mengatakan bahwa kondisi seperti itu telah dilakoninya puluhan tahun. Suka duka menjadi seorang pedagang pun turut dia rasakan.

Baca Juga: Launching Majapahit's Warrior Underwater, Pj Gubernur Jatim Sampai Ikut Nyelam Letakkan Patung

"Kadang ramai, kadang sepi yang beli. Sering juga tak laku sama sekali jika musim hujan seperti ini," kata Catur, Senin (29/11/2021).

Catur mengaku penghasilanya menjadi pedagang roti keliling tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Terlebih, ketiga anaknya masih mengenyam bangku sekolah.

Baca Juga: Kiai Asep Silaturahim dengan Penyandang Disabilitas, Doakan Gus Barra Jadi Bupati Mojokerto

"Anak saya empat. Yang pertama sudah lulus sekolah SLB. Yang kedua kelas 3 SMA, yang ketiga ikut Pakleknya, dan sekolah di Bali, dan yang keempat masih kelas 2 SD. Jika tidak bekerja, terus siapa yang membiayainya," ujar Catur.

Meski mendapatkan penghasilan yang tak menentu, Catur menyiasatinya dengan menabung di saat dagangannya ramai, walaupun omzet penjualannya per hari di bawah Rp 50 ribu.

"Kalau normal Rp 15-20 ribu. Kalau ramai bisa Rp 50 ribu," ujarnya.

Baca Juga: Ditpolairud Polda Jatim Amankan Dua Pelaku Jual Beli Benih Lobster Ilegal di Banyuwangi

Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Catur juga dibantu istrinya dengan menjadi buruh cuci atau setrika jika ada yang menyuruh. Sedangkan anak yang keduanya juga ikut membantu berjualan di kala tak bersekolah karena sistem daring.

"Saya juga mendapatkan bantuan PKH dari pemerintah," ungkap Catur.

Di tengah keterbatasan dan semangat hidupnya, Catur hanya memiliki keinginan sederhana. "Yang saya inginkan hanya dapat jualan dengan lancar untuk memenuhi kebutuhan keluarga," pungkasnya. (her/ian)

Baca Juga: Tim BPBD Lumajang Juara Umum dalam Semarak Gelar Peralatan se-Jatim, Ini Lima Arahan BNPB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Cuaca Kurang Bersahabat, Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk Ditutup':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO