SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Kisah sukses Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim banyak memantik kekaguman para tokoh dan ulama, terutama dalam mendirikan dan mengelola pondok pesantren.
Kiai Asep adalah pendiri Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet Mojokerto Jawa Timur pada 2006. Hebatnya, dalam rentang waktu yang relatif pendek - sekitar 9 tahun - sudah sukses menjadi pesantren besar dan maju.
Padahal saat awal mendirikan pesantren, Kiai Asep hanya memiliki 48 santri.
“Bukan hanya santri yang sedikit, 48 orang, tapi saat itu saya tak punya apa-apa,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (4/2/2022) .
Menurut Kiai Asep, saat mendirikan pesantren dirinya tak punya aset. Ia membeli tanah dengan cara menyicil.
“Tempat sekolahnya pakai terop,” kata Kiai Asep mengenang masa lalunya. Meski demikian, Kiai Asep percaya diri. Kiai Asep bahkan berani menulis papan nama sekolahnya: Sekolah Bertaraf Internasional.
"Kalau sekolah lain masih sekolah rintisan bertaraf internasional, saya tulis aja langsung bertaf internasional," kata Kiai Asep sembari tertawa.
Memang, tutur Kiai Asep, saat itu banyak yang menertawakan dirinya. Bahkan Lurah di daerah tempat Kiai Asep merintis pesantren menyarankan agar Kiai Asep tak muluk-muluk.
“Ojok kemelipen po’o (jangan terlalu tinggi yang tak terjangkau), ” kata Lurah tersebut seperti ditirukan Kiai Asep.
Mendapat banyak sinisme itu, Kiai Asep juga sempat malu punya cita-cita tinggi terkait kemajuan sekolah yang dirintisnya. Apalagi ketika Kiai Asep pidato menyampaikan cita-cita tentang sekolahnya banyak hadirin yang mengamini tapi dengan nada meledek atau merendahkan.
“Tapi saya kemudian menemukan referensi Hadits yang menyatakan bahwa Allah sangat senang kepada orang yang tinggi urusannya, tinggi cita-citanya. Dan Allah tidak senang pada orang yang rendah urusannya, rendah cita-citanya,” kata Kiai Asep mengutip hadits Innallaha yuhibbu ma’liyal umur wayukrahu safsafaha.
Sejak itu, tutur Kiai Asep, dirinya tak pernah malu mengemukakan cita-cita tinggi.
“Karena baru punya cita-cita tinggi saja sudah disenangani Allah,” kata Kiai Asep yang putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU asal Leuwimunding Majalengka Jawa Barat.
Ternyata sikap percaya diri dan optimistis itu akhirnya membuahkan sukses besar. Pondok Pesantren Amanatul Ummah berkembang pesat. Bahkan kini memiliki 12.000 santri. Aset tanahnya juga membentang luas.
“Sekarang saya punya tanah kurang lebih 100 hektar,” kata Kiai Asep.
Bahkan kini Kiai Asep sedang merintis pembangunan International University. Yaitu universitas internasional yang akan memberikan beasiswa kepada para mahasiswa dari seluruh dunia, terutama negara yang berpenduduk muslim.
"Masak kita kalah dengan Mesir dan Yaman. Mesir itu secara ekonomi di bawah Indonesia. Tapi memiliki Al-Azhar," katanya
Kiai Asep juga merintis rumah sakit untuk mendirikan fakultas kedokteran.
“Interntional unbviersity itu akan menempati tanah sepanjang 2 KM,” tutur Kiai Asep.
Kiai Asep memang kesohor sebagai pendiri pesantren yang sukses. Bahkan bukan hanya sukses tapi termasuk kilat. Banyangkan, hanya dalan jangka waktu sekitar 9 tahun, pondok pesantren Amanatul Ummah berkembang pesat.
Adakah rahasianya? “Ya saya salat malam secara istiqamah tiap malam,” tutur Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, salat malam itu terdiri dari 12 rakaat dengan 6 kali salam. “Setiap rakaat membaca surat fatihah dan ayat kursi serta surat al-ikhlas. Pada rakat pertama membaca itu, pada rakaat kedua juga membaca itu,” kata Kiai Asep.
Setelah mencapai 12 rakaat lalu sujud. “Sujud ini diluar salat. Ada doanya. Tapi bagi yang belum hafal baca saja tasbih 7 kali. Setelah baca tasbih lalu sampaikan hajat-hajatnya kepada Allah. Misalnya ingin pesantrennya besar dan seterusnya,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa salat hajat 12 rakaat itu ia temukan dalam kitab Ihya Ulumiddin yang ditulis Hujjatul Islam Imam Al-Gazali yang nama lengkapnya: Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali
Usai sujud, kata Kiai Asep, lalu salat witir tiga rakaat dengan dua kali salam. “Karena al-witru haqqun, witir itu wajib,” kata ketua umum Pengurus Pusat (PP) Pesantuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Apa ijazah amalan ini untuk semua orang? “Ya silakan, saya ijazahkan,” kata Kiai Asep sembari mengaku senang kalau pesantren lain bisa berkembang dan maju seperti Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
Nah, silakan diamalkan. (mma)