Pimpin Rapat HLM TPID, Wali Kota Kediri Minta Laju Inflasi Terus Dijaga

Pimpin Rapat HLM TPID, Wali Kota Kediri Minta Laju Inflasi Terus Dijaga Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar (kanan), dan Sekretaris Daerah Kota Kediri, Bagus Alit. Foto: Ist

“Stragegi 4k dengan selalu mengawasi keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi publik yang efektif juga harus tetap berjalan. Selain itu, dengan kondisi stok bahan pangan dalam kondisi aman dan mencukupi kita imbau masyarakat agar belanja seperlunya. Tidak perlu melakukan panic buying,” urai Abu.

Sedangkan, Kepala BPS Lilik Wibawati menjelaskan pada tingkat inflasi menurut kelompok pengeluaran di bulan Maret yang tertinggi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Yakni sebesar 0,88 persen. Lalu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,23 persen.

Selanjutnya kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan. Pada komoditas penyumbang inflasi ada telur ayam ras, emas dan perhiasan, serta cabai merah. Sementara pada komoditas penghambat inflasi diantaranya tomat, pisang, dan wortel.

“Persiapan masyarakat pada bulan bulan Ramadhan dan jelang Lebaran cenderung meningkatkan permintaan terhadap bahan-bahan pokok. Komoditas-komoditas pokok kebutuhan Ramadhan dan Lebaran misalnya minyak goreng, cabai merah, daging ayam, telur ayam, gula pasir, tepung terigu dan bawang putih menunjukkan kenaikan harga. Hal-hal ini harus kita waspadai di Bulan April ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Kediri Choirur Rofiq mengatakan ada beberapa tantangan dalam pengendalian inflasi. Tantangan global meliputi pemulihan ekonomi, harga komoditas dan krisis energi, inflasi global yang meningkat, likuiditas, climate change dan stance kebijakan bank sentral.

Pada sisi tantangan domestik ada pent-up demand, dampak pembiayaan pemulihan ekonomi nasional, nilai tukar, konsolidasi fiskal, cuaca, tren digitalisasi, gap antara IHPB dan IHK, serta pricing behaviour.

Ada pula normalisasi kebijakan moneter di negara maju, dampak jangka panjang scairing effect pada sektor riil, dan ekskalasi ketegangan geopolitika Rusia-Ukraina. Dengan berbagai tantangan tersebut, TPID harus tetap menjaga inflasi dalam kisaran sasaran. Pada tahun 2022-2023 adalah 3 plus minus 1 persen dan pada tahun 2024 di angka 2,5 plus minus 1 persen.

“Kita harus terus lakukan upaya-upaya untuk mengendalikan inflasi ini. Jangan sampai inflasi kita melebihi ambang batas. Harapannya inflasi bisa dikendalikan lalu pertumbuhan ekonomi bisa terus meningkat,”tandas Choirur Rofiq. (uji/mar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO