CIREBON, BANGSAONLINE.com – Dalam satu hari buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan dibedah di dua tempat di Jawa Barat. Yaitu di Pondok Pesantren Amanatul Ummah 02 Leuwimunding Majalengka dan Pondok Pesantren Bina Insan Mulia (BIMA) Cirebon.
Buku yang membahas tentang perjuangan dan success story Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, itu digelar Pengurus Cabang (PC) Pesatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Majalengka dan Cirebon Jawa Barat.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Kiai Asep Saifuddin Chalim hadir pada dua event yang dihadiri ratusan kiai, habaib, pengurus NU, tokoh masyarakat, para pengurus Pergunu dan Banom NU yang lain, terutama Muslimat NU. Kiai Asep didampingi Dr Eng Fadli, Wakil Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim, Ketua PW Pergunu Jawa Barat Dr Saepulloh dan penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan, M Mas'ud Adnan.
Di Pesantren Amanatul Ummah 02 Leuwimunding Majalengka bedah buku setebal 424 itu digelar pada pagi hari. Sedang di Pesantren Bina Insan Mulia (BIMA) Cirebon dibedah pada siang hari hingga pukul 5 sore.
Hadir Bupati Cirebon Imron Rosyadi dan Ketua PCNU Cirebon KH Aziz Hakim Syaerozie. Dua tokoh Cirebon itu sama-sama memberikan pidato sambutan. Mereka menyambut positif hadirnya buku Kiai Miliarder Tap Dermawan itu. Alasannya, figur Kiai Asep perlu diketahui publik karena bisa menjadi teladan bagi masyarakat.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
Bahkan KH Imam Jazuli, LC, MA, Pengasuh Pondok Pesantren BIMA, yang menjadi keynote speaker, mengatakan bahwa buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan itu menjadi literatur sangat penting. Ia memuji tradisi warga NU di Jawa Timur yang terbiasa melahirkan tradisi literasi seperti buku yang membahas Kiai Asep itu. Menurut dia, publik langsung bisa mengetahui tokoh-tokoh NU. Apalagi Kiai Asep putra pendiri Nahdlatul Ulama, KH Abdul Chalim.
(Para pengurus Pergunu saat mengikuti bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Pondok Pesantren Amanatul Ummah 02 Leuwimunding Majalengka Jawa Barat, Kamis (15/9/2022). Foto: bangsaonline.com)
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Kiai Imam Jazuli mengaku sangat takjub terhadap Kiai Asep. "Beliau ini alim, ahli ibadah," kata kiai muda yang selalu pakai kaos putih itu.
Kiai Imam Jazuli menilai Kiai Asep Saifuddin Chalim, MA, merupakan tokoh yang berani melawan arus. Ia memberi contoh fatwa Kiai Asep tentang pemilihan Gubernur Jawa Timur. Saat itu Kiai Asep mengeluarkan fatwa bahwa memilih Khofifah Indar Parawansa fardlu ain.
“Fatwa Kiai Asep itu sangat menggetarkan, terutama (bagi) kiai-kiai PWNU Jawa Timur,” kata Kiai Imam Jazuli saat menjadi keynote speaker bedah buku itu di Aula Pondok Pesantren BIMA 2 Cirebon Jawa Barat, Kamis (15/9/2022).
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
Menurut dia, kalau ingin sukses memang harus berani melawan arus. Buktinya, Kiai Asep menang dalam Pilgub Jawa Timur.
Kiai Imam Jazuli juga mengaku banyak terinspirasi Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur. Kiai muda alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan Universitas Al Azhar Mesir itu bahkan mengirim para ustadznya untuk melakukan studi banding ke Amanatul Ummah untuk pengembangan pesantren yang diasuhnya.
“Saya ini wali santri (Amanatul Ummah),” kata Kiai Imam Jazuli. Salah satu putrinya memang mondok di Amanatul Ummah.
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
Menurut dia, meski Amanatul Ummah bertaraf internasional tapi tidak hanya mencetak santri berprestasi dalam ilmu pengetahuan. Tapi juga membangun pondasi spiritualitas dan religiusitas.
“Sebelum masuk ke ruang kelas, semua santri Amanatul Ummah istighatsah. Dan semua santri salat malam 12 rakaat (tiap malam). Yang lebih hebat lagi, yang mimpin salat malam itu Kiai Asep sendiri,” kata Kiai Imam Jazuli.
Kiai Imam Jazuli mengaku sempat mempraktikkan salat malam 12 rakaat itu pada santri BIMA yang dipimpinnya, sebagai hasil dari studi banding ke Amanatul Ummah. Tapi hanya bertahan satu minggu.
Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan
“Setelah satu minggu, ustadznya menemui saya. Ustadznya bilang sangat berat. Jadi malah ustadznya yang bilang berat,” kata Kiai Imam sembari tertawa.
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA (nomor tiga dari kiri), KH Imam Jazuli, LC, MH, (nomor dua dari kanan), Bupati Cirebon Imron Rosyadi (pakai baju dinas) dan Ketua PCNU Cirebon KH Aziz Hakim Syaerozie (paling kanan) dalam acara bedah buku "Kiai Miliarder Tapi Dermawan" karya M Mas'ud Adnan di Aula Pondok Pesantren BIMA Cirebon Jawa Barat, Kamis (15/8/2022). Foto: bangsaonline.com)
Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok
Kiai Imam lalu mengecek atau bertanya kepada para santrinya. Ternyata para santrinya juga mengaku sangat berat.
Maka Kiai Imam ambil kebijakan: hanya mewajibkan santri salat malam 2 rakaat. Tapi mereka wajib puasa sunnah sebagai pengganti tirakat atau riyadlah salat malam.
Kiai Imam juga mengaku mendapat laporan bahwa lahan Amanatul Ummah seluas 100 hektar. Saat itu, Kiai Imam mengaku sempat pesimis meniru sukses Amanatul Ummah. Ia menganggap mustahil.
Baca Juga: Alumni Ponpes Lirboyo di Mojokerto Siap Menangkan Paslon Mubarok
“Tapi di dunia ini tidak ada yang mustahil,” katanya.
Kiai yang produktif menulis di media massa itu percaya bahwa upaya spiritual sangat membantu sukses seseorang. Bahkan, menurut Kiai Imam, sukses pesantren yagn diasuhnya tak lepas dari upaya spiritual atau riyadlah yang dilakukan para santri dan ustadznya.
Kini ia mengaku sudah punya 36 hektar tanah untuk lahan Pesantren BIMA. Ia berharap Desember mendatang sudah mencapai 50 hektar.
“Saparuh dari Amanatul Ummah,” katanya sembari bercanda, ia mengatakan mungkin karena belum bisa salat malam 12 rakaat sehingga belum mencapai 100 hektar.
Kiai Imam juga merumuskan out put Pesantren BIMA. Menurut dia, jika santri Amanatul Ummah banyak diterima di perguruan tinggi negeri favorit dalam negeri dan luar negeri, maka santri BIMA diorientasikan diterima di perguruan tinggi luar negeri. Terutama di Timur Tengah.
“Saya balik, 80 persen ke luar negeri, 20 persen dalam negeri,” kata Kiai Imam Jazuli.
Ternyata sukses. Menurut dia, pada tahun kemarin sebanyak 90 santri BIMA diterima di Unviersitas Al Azhar Mesir.
Kiai Imam Jazuli juga mengaku sangat kagum terhadap kedermawanan Kiai Asep. “Saya baca dalam buku ini Kiai Asep menginfakkan Rp 8 miliar pada bulan Ramadan,” katanya. Dengan nada bercanda Kiai Imam minta agar uang itu disimpan untuk biaya caleg agar banyak caleg kader NU yang lolos.
Banyak peserta mengacungkan tangan dalam acara bedah buku itu. Annisa, seorang wanita paruh baya mengaku bingung menyikapi peminta-minta di perempatan jalan.
“Saya pernah bertanya, berapa dapat uang tiap hari. Dia menjawab Rp 500 ribu lebih. Itu kan lebih besar dari gaji PNS. Bagaimana menurut Pak Kiai,” kata Annisa kepada Kiai Asep.
Kiai Asep menyarankan agar Annisa menyikapi para peminta secara positif. Menurut Kiai Asep, memberikan sedekah memang perlu tepat sasaran, terutama kepada mereka yang datang ke rumah kita.
“Tiap hari Rabu di depan rumah saya di Surabaya antri berbaris sekitar 80 orang,” kata Kiai Asep. Sembari mengutip sebuah Hadits, Kiai Asep mengatakan bahwa hadiah bagi orang mukmin apabila ada orang datang di depan rumahnya meminta-minta.
“Itu sedekah yang tepat sasaran,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Kiai Asep mengaku senang dan bangga melihat perkembangan Pondok Pesantren BIMA yang diasuh Kiai Imam Jazuli. Ia mengaku datang atau turba ke daerah-daerah memang dalam rangka memberi motivasi atau menggugah kesadaran masyarakat agar bisa memajukan pendidikan seperti Amanatul Ummah. Karena itu Kiai Asep mengaku senang kalau ada lembagai pendidikan lain melakukan studi banding ke Amanatul Ummah.
“Sejak muda cita-cita saya adalah merujudkan cita-cita luhur kemerdekaan Republik Indonesia,” kata pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Suabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu.
Menurut Kiai Asep, jika kita jujur, cita-cita luhur kemerdekaan RI itu diamanatkan pada para guru atau lembaga pendidikan.
Ia menuturkan bahwa saat merintis Amanatul Ummah dirinya tak punya apa-apa. Ia membeli tanah bahkan dengan cara menyicil sampai dua tabun dan menjual mobil pribadinya.
Namun karena gigih berjuang disertai dengan doa dan salat malam akhirnya Allah memberi kemudahan. “Karena itu bapak ibu sekalian jangan pernah berkecil hati,” harapnya.
Kiai Asep lagi-lagi mengutip Al Quran Surat At-Thalaq ayat 8. Wama yattaqillaha yaj’allahu makhraja wayarzuqhu min haitsu laa yahtasib. Barang siapa tawakkal kepada Allah SWT maka Allah akan memberikan jalan keluar. Dan Allah akan memberikan rezeki yang tak disangka-sangka.
“Tawakkal itu adalah berupaya keras dan kerja keras serta berdoa maksimal,” kata Kiai Asep. (MMA).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News