Bedah Buku di Sampang, Kiai Asep Cerita Pengalaman Pahit, Gedung dan Ribuan Muridnya Diambil Orang

Bedah Buku di Sampang, Kiai Asep Cerita Pengalaman Pahit, Gedung dan Ribuan Muridnya Diambil Orang DARI KIRI: KH Fauroq Alawy, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, moderator dan M Mas'ud Adnan saat bedah buku di Pondok Pesantren Raudlatul Islamiyah, Robatal, Sampang Madura, Jumat (16/9/2022). Foto: bangsaonline.com.

SAMPANG, BANGSAONLINE.com – Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan yang kini sangat populer kembali dibedah. Kali ini buku setebal 424 halaman karya M Mas’ud Adnan itu dibedah di Pondok Pesantren Raudlatul Islamiyah Robatal Sampang Madura, Jumat (16/9/2022).

Ratusan kiai dan nyai serta tokoh masyarakat hadir memenuhi halaman pondok pesantren yang diasuh Ustadz Abdul Latif, SPd, MAP itu. Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur hadir bersama M Mas’ud Adnan, sang penulis buku.

Banyak sekali peserta yang mengacungkan tangan saat sesi dialog. Rata-rata mereka menanyakan apa kunci dan rahasia Kiai Asep sukses dan menjadi kaya raya.

“Apa ada doa tertentu.” tanya seorang penanya yang mengaku baru mendirikan pondok pesantren. Ia minta Kiai Asep mengijazahkan doanya itu agar ketularan sukses sehingga pesantrennya maju dan besar.

Kiai Asep dengan senang hati memberikan ijazah doanya. Kiai yang gemar berbagi harta dan ilmu serta pengalaman suksesnya itu minta si penanya membaca bagian akhir buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan itu.  

“Di bagian akhhir buku itu Pak Mas’ud selaku penulis telah mencantumkan doa dan kaifiah salat hajat yang saya lakukan,” kata Kiai Asep. Doa itu tercantum pada halaman 422.

(Perserta bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di PP Roudlatul Islamiyah Robatal Sampang Madura, Jumat (16/9/2022). Foto: bangsaonline.com)

Salat hajat itu terdiri dari 12 rakaat (enam salam) dan 3 rakaat salat witir (dua kali salam). Dalam buku itu juga ditulis lengkap doanya dalam bahasa Arab. Kiai Asep mengaku mendapat referensi salat hajat dan doa itu dari Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin.

“Saya tertarik judulnya. Adu’a alladzi laa yuraddu. Doa yang tidak akan ditolak oleh Allah SWT. Do aitu ada pada Bab An Nawafil, bab salat sunnah,” katanya. 

Bahkan pada bagian akhir dalam keterangan doa itu ada tulisan yang mengingatkan agar doa itu jangan diajarkan kepada sembarang orang karena takut untuk maksiat. 

"Kalau untuk maksiat, saya yang mengijazahkan juga kena getahnya," kata Kiai Asep. 

Yang menarik, bukan hanya para kiai yang aktif bertanya. Tapi para nyai juga aktif bertanya. Ada yang bertanya tentang cara mengelola pendidikan dengan baik sehingga maju dan memiliki banyak murid atau santri. Bahkan seorang bu nyai mengadukan kasus rebutan santri yang dialaminya. Bu Nyai muda itu mengaku tak terima santrinya direbut pesantren sebelah dengan iming-iming tetentu.

Apa respon Kiai Asep? Ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu justru menyarankan agar Bu Nyai itu sabar dan menyikapi dengan tenang. Sebab jika sabar, kata Kiai Asep, Allah SWT akan memberikan hidayah bahkan ganti yang lebih besar.

Kiai Asep mengungkap pengalaman pahit pribadinya. Ia bercerita, bahwa dulu pernah mengelola pendidikan di Surabaya. Ia membangun gedung sekolah bertingkat cukup megah di lembaga pendidikan yang dikelolanya itu.Muridnya banyak, mencapai 1.900 siswa-siswi lebih.

Tapi kemudian dirampas oleh orang.

“Ya sudah. Saya pasrahkan kepada Allah,” kata Kiai Asep yang putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU. Menurut Kiai Asep, bukan hanya gedung sekolah itu yang ia berikan, tapi juga muridnya yang jumlahnya sangat banyak itu.

Namun berkat sikap sabar dan pasrah tak lama kemudian Kiai Asep mendapat ganti dari Allah SWT. Hanya berselang beberapa bulan Kiai Asep bisa mendirikan sekolah baru tak jauh dari gedung yang ia bangun itu.

“Dan muridnya tiga lipat lebih banyak dari jumlah murid yang diambil orang itu,” kata Kiai Asep sembari menegaskan bahwa jumlah murid sekolah yang dirampas itu kini tinggal 100-san orang.

Kiai Asep bahkan kemudian mendirikan pondok pesantren di Pacet Mojokerto yang santrinya mencapai 12.000 orang lebih. Belum lagi bangunannya yang megah.

“Sekarang luas tanahnya kurang lebih 100 hektar,” tutur Kiai Asep yang membuat peserta takjub.

Menurut Kiai Asep, saat terjadi kasus pengambilan sekolah dan muridnya itu, ada pengacara yang datang ke kediamannya. Pengacara itu bermaksud membela Kiai Asep. Tapi Kiai Asep tak tertarik untuk mempertahankan sekolah dan murid yang direbut itu. Kiai Asep memilih pasrah kepada Allah SWT.

Kebetulan, tutur Kiai Asep, beberapa hari sebelum kasus pengambilan sekolah itu ia menemukan Hadits Qudsi yang intinya menyebutkan: jika milik kalian diambil paksa oleh orang lain tapi kalian tetap sabar, maka Allah akan memberi hidayah dan jalan keluar.

“Saat itu saya mau berangkat ke tanah suci,” tutur Kiai Asep.

KH Fauroq Alawy, Pengasuh Pondok Pesantren At-Taroqqi Karongan Sampang Madura, mengomentari sikap zuhud Kiai Asep itu. Menurut dia, sikap sabar dan pasrah Kiai Asep itu cermin sikap seorang ulama sufi.

“Kiai Asep tidak hanya bersedekah harta tapi juga bersedekah santri,” kata Kiai Fauroq yang didaulat menjadi pembanding atau pembahas dalam acara bedah buku itu.

Sementara M Mas’ud Adnan mengatakan bahwa Kiai Asep maqbul atau istijabah doanya kemungkinan bukan karena semata rajin salat malam. Tapi juga karena menjaga kesucian jiwa dan darahnya dari barang subhat dan haram.

“Jangankan barang haram, barang subhat saja, Kiai Asep tak berkenan. Karena itu Pak Dahlan Iskan dalam pengantar buku itu menulis bahwa Kiai Asep raja doa dan dermawan besar yang menjaga kesucian darahnya,” ungkap Mas’ud Adnan yang mengaku menulis buku tersebut berdasar catatannya selama tiga tahun lebih mengikuti perjalanan Kiai Asep.

Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan ini sudah dibedah di berbagai tempat. Antara lain di ITB Stikom Denpasar Bali, Gedung Dewan Pers Jakarta, Pesantren Tahfidz Maros Sulawesi Selatan, Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon Jawa Barat, Pesantren Amanatul Ummah 02 Leuwimunding Majalengka Jawa Barat, Universitas Trunojo Madura (UTM), Pesantren Ibnu Kholdun Al Hasyimi Situbondo,  Pendopo Bupati Bondowoso, Hotel Garuda Pontianak Kalimantan Barat, Kongres III Pergunu di Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, dan tempat lain. (MMA)

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO