Tafsir Al-Kahfi 92-94: Blusukan Ketiga, ke Masyarakat Tertindas

Tafsir Al-Kahfi 92-94: Blusukan Ketiga, ke Masyarakat Tertindas Ilustrasi.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

92. Tsumma atba’a sababaan

Kemudian, dia mengikuti suatu jalan (yang lain lagi).

93. Hattaa idzaa balagha bayna alssaddayni wajada min duunihimaa qawman laa yakaaduuna yafqahuuna qawlaan

Hingga ketika sampai di antara dua gunung, dia mendapati di balik keduanya (kedua gunung itu) suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan.

94. Qaaluu yaa dzaa alqarnayni inna ya/juuja wama/juuja mufsiduuna fii al-ardhi fahal naj’alu laka kharjan ‘alaa an taj’ala baynanaa wabaynahum saddaan

Mereka berkata, “Wahai Zulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj adalah (bangsa) pembuat kerusakan di bumi, bolehkah kami memberimu imbalan agar engkau membuatkan tembok penghalang antara kami dan mereka?”

TAFSIR AKTUAL

“Tsumm atba’a sababa”. Sama dengan tafsir sebelumnya, di mana Dzu Al-Qarnain tidak langsung melakukan kunjungan berikutnya, melainkan beristirahat sejenak dan mengevaluasi kerjanya. Di samping mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada blusukan berikutnya. Mempelajari medan dan rute serta keperluan lain.

Pada blusukan ketiga ini sasarannya adalah masyarakat yang tinggal di antara dua gunung, “bain al-saddain”. Ibn Abbas menyebut dua gunung itu ada di sekitaran Armenia dan Azerbaijan, kira-kira pelosok wilayah Rusia sekarang. Digambarkan, mereka sebagai penduduk yang “La yakadun yafqahun qaula”. Maknanya:

Pertama, mereka tidak punya bahasa komukasi yang memahamkan. Tidak mengerti bahasanya orang lain dan orang lain tidak mengerti bahasa mereka. Walhasil tidak bisa diajak bicara sama sekali.

Kedua, mereka diam dan menghindar, sehingga sulit sekali diajak berbicara dan tidak pula bisa didengar omongannya. Diamnya mereka itu karena ketakutan yang sangat mencekam yang jika mereka ngomong dikhawatrikan bocor ke telinga orang yang ditakuti dan berakibat makin membahayakan diri mereka sendiri.

Di sinilah Dzu Al-Qarnain terpaksa harus memeras otak, memikirkan bagaimana caranya bisa mengorek informasi dan mendapatkan keterangan terkait mereka, sesungguhnya apa yang sedang terjadi dan apa yang sedang mereka alami. Tentu dibutuhkan kesabaran dan kecermatan.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO