Penculik Konglomerat itu Mati Muda, Raup Hampir 5 Triliun, Dieksekusi Usia 43 Tahun

Penculik Konglomerat itu Mati Muda, Raup Hampir  5 Triliun, Dieksekusi Usia 43 Tahun Dahlan Iskan

Penculik itu namanya abadi: Cheung Tze-keung. Kelahiran 1950. Kampung halamannya di satu desa miskin di provinsi termiskin Tiongkok saat itu: Guangxi. Tetangga baratnya provinsi Guangdong.

Umur 4 tahun Cheung (Chang) diajak bapaknya merantau ke Hongkong. Lewat jalan gelap. Hongkong resminya tidak bisa menerima kedatangan orang Tiongkok.

Ketika remaja Cheung sudah punya cita-cita jadi orang kaya dengan jalan yang mudah: menjadi preman.

Perampokan, an, pembunuhan adalah program kerjanya. Foya-foya adalah visi misinya.

Ketika sudah punya banyak uang Cheung ternyata tidak pelit. Uang mudah didapat, juga mudah dilepas. Anggota gangsternya dapat bagian layak. Hujan selalu merata di sekitar Cheung.

Ketika menginap di suatu hotel, banjir tip melanda hotel itu. Sekali judi, Cheung pernah kalah Rp 200 miliar.

Cheung juga pernah ditangkap polisi Hongkong. Ia dijatuhi hukuman 18 tahun. Anak buahnya ada yang dijatuhi hukuman 41 tahun. Tapi Cheung akhirnya bebas. Ia mengajukan banding. Tidak ada fakta hukum mengenai keterlibatannya.

Tidak ada bukti. Tidak ada saksi. Hukum Inggris yang berlaku di Hongkong saat itu memungkinkan Cheung bebas.

Semua diatur dengan sangat rapi. Uang tebusan itu misalnya, harus uang kontan. Tidak ada jejak digital. Pun ketika uang yang diminta sangat banyak. Begitu banyaknya sampai harus dimasukkan 20 kopor yang diangkut bersamaan oleh dua sedan limousin Mercy.

Penyerahannya pun di pusat kota Hongkong. Di Central. Yakni di satu jalan yang paling sepi di Central.

Kini yang seperti itu tidak mungkin lagi terjadi di Hongkong. Setahun setelah Hongkong diserahkan ke Tiongkok, Cheung ditangkap. Dibawa ke Guangzhou. Dengan cara gelap -seperti kedatangannya ke Hongkong zaman ia kecil.

Cheung melawan. Secara hukum, ia tidak bisa dibawa ke daratan Tiongkok. Kalau pun harus berurusan dengan polisi dan pengadilan, hukum Hongkong-lah yang harus berlaku. Termasuk: berbuatan kriminal di Hongkong tidak bisa diekstradisi ke Tiongkok.

Gangster besar bisa berkelit dalam menyiasati hukum positif. Tiongkok tentu lebih bisa menyiasati bagaimana bisa menangkap Cheung dan membawanya ke Guangzhou.

Tahun itu juga, 1998, di Guangzhou Cheung diadili. Dijatuhi hukuman mati. Lalu segara dieksekusi. Umurnya 43 tahun.

Penculikan dan pembunuhan memang masih terjadi di Hongkong. Tapi kelasnya tinggal seperti yang dilakukan Kwong Kau dan anak-anaknya terhadap mantan menantunya sendiri: Abby Choi.

Sejak an itu Walter Kwok kurang sehat. Adik-adiknya mulai mempersoalkan kebijakan sang kakak. Terutama soal keterlibatan pacarnya di perusahaan.

Walter sendiri lantas disingkirkan dari perusahaan. Terutama karena kesehatan. Walter harus keliling ke Amerika, Inggris, dan Shanghai untuk mengobatannya. Walter meningal dunia karena stroke.

Walter sudah tidak tahu kalau perusahannya masih terus berkembang. Pun tanpa dirinya. Tapi keluarga ini masih terus jadi berita.

Terbakarnya gedung baru 42 lantai dua hari lalu mengingatkan kembali bahwa masih sangat jaya.(Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO