SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dukungan terhadap KH Abdul Chalim sebagai Pahlawan Nasional tidak hanya datang dari para tokoh nasional dan pejabat tinggi negara. Tapi juga para dzuriyah muassis (pendiri) Nahdlatul Ulama (NU). Terutama para dzuriyah Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan Haji Hasan Gipo.
Hadratussyaikh, Mbah Wahab Hasbullah, dan Haji Hasan Gipo adalah pendiri NU dan pejuang kemerdekaan RI. Hadratussyaikh ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada 1964. Sedang Mbah Wahab ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada November 2014.
Baca Juga: Viral Pernyataan Babe Haikal Terkait Sertifikasi Halal, Mahfud MD Beri Tanggapan Menohok
“Kami mewakili keluarga besar Kiai Haji Hasyim Asy’ari mendukung Kiai Abdul Chalim sebagai Pahlawan Nasional,” kata KH Irfan Yusuf Hasyim, cucu Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari, saat menyampaikan sambutan dalam Seminar Nasional Pengusulan KH Abdul Chalim sebagai Pahlawan Nasional di Islamic Centre Surabaya, Sabtu (29/4/2023).
Pernyataan Gus Irfan Yusuf Hasyim itu langsung mendapat tepuk tangan dari sekitar 500 peserta seminar yang hadir. Hadir dalam acara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A.
Selain itu, Mantan Wakil Kepala BIN dan Wakil Ketua Umum PBNU, Dr. KH As’ad Said Ali, Ketua PWNU Jawa Barat KH Juhadi Muhammad, Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat dr. H. Dido Suhendar, Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pahlawan (TP2GD) Jawa Barat Prof. Dr. Reiza D Dienaputra, dan tokoh lain.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Dzurriyah Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari tidak hanya Gus Irfan – panggilan Kiai Irfan Yusuf Hasyim – yang hadir. Tapi juga cucu yang lain. Yaitu KH. Riza Yusuf Hasyim (Gus Riza Yusuf Hasyim), KH Fahmi Amrullah Hadzik (dua-duanya cucu Hadratussyaikh) dan juga Nyai Farida Salahuddin Wahid (istri Gus Sholah). Nyai Farida adalah putra KH Saifuddin Zuhri, tokoh NU yang juga mantan Menteri Agama.
Sementara Gus Sholah adalah cucu Hadratussyaikh. Gus Sholah putra KH A Wahid Hasyim, perumus Pancasila dan UUD 45 yang dipercaya sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (PPKI) mewakili NU. Kiai Wahid Hasyim ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno sejak tahun 1960.
Ketika Indonesia merdeka, Kiai Wahid Hasyim menjabat sebagai Menteri Negara pada Kabinet Presidensial pada 2 September 1945. Kiai Wahid Hasyim juga pernah menjabat Menteri Agama dan Ketua Umum PBNU.
Baca Juga: JKSN Kabupaten Mojokerto Deklarasi Dukung Khofifah-Emil dan Barra-Rizal
Gus Irfan mengakui bahwa para kiai pejuang kemerdekaan memang tak perlu gelar pahlawan. Karena mereka adalah pejuang dan tokoh NU yang ikhlas.
“Para kiai itu tak butuh gelar pahlawan. Tapi sejarah itu penting. Bahwa orang tua kita, nenek moyang kita, pernah berbuat sesuatu pada negeri ini,” tegas Gus Irfan yang putra KH. M. Yusuf Hasyim itu. Kiai Yusuf Hasyim adalah putra Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari.
(KH Irfan Yusuf Hasyim (Gus Irfan), Cucu Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari)
Baca Juga: Alasan Hadratussyaikh Tolak Anugerah Bintang Hindia Belanda, Kenapa Habib Usman Bin Yahya Menerima
Kiai Yusuf Hasyim dikenal sebagai pejuang kemerdekaan dan tokoh NU pemberani. Paman Gus Dur itu masuk Laskar Hizbullah saat usia 16 tahun. Kiai Yusuf Hasyim pernah tertembak dada kirinya ketika pasukan yang dipimpinnya terlibat baku tembak dengan tentara Belanda yang dipimpin Van Der Plass. Saat itu Kiai Yusuf Hasyim menjadi komandan Kompi Laskar Hizbullah Jombang.
Namun peluru tentara penjajah itu hanya menembus baju uniform kebanggannya, tidak sampai merobek dadanya. Meski demikian, Kiai Yusuf Hasyim sempat pingsan beberapa jam akibat terjangan peluru tajam yang sangat keras. Sumber lain menyebut bahwa Kiai Yusuf Hasyim sempat terluka.
Kiai Yusuf Hasyim juga menjabat komandan tempur melawan aksi PKI saat perisiwa Madiun 1948. Berada di garis depan, bersama kakaknya, KH Kholik Hasyim, Kiai Yusuf Hasyim menyelamatkan tokoh-tokoh penting yang diculik PKI. Yaitu Kapten Hambali, KH Ahmad Sahal, dan KH Imam Zarasyi, pengasuh Pondok Modern Gontor Ponorogo.
Baca Juga: Disambut Antusias Warga Blitar, Khofifah: Pekik Allahu Akbar Bung Tomo Dawuh Hadratussyaikh
Kiai Yusuf Hasyim sempat menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan pangkat Letnan Satu. Kiai Yusuf Hasyim juga Pengasuh Pesantren Tebuireng selama 41 tahun sebelum wafat dan diserahkan kepada Gus Sholah pada 2006.
Gus Irfan Yusuf Hasyim menekankan pentingnya sejarah, terutama bagi generasi muda. Karena, tegas Gus Irfan, ada upaya menghapus atau menghilangkan sejarah perjuangan para kiai NU dalam perang kemerdekaan RI, terutama dalam lembaran sejarah resmi Pemerintah Indonesia.
Ia lalu menunjukkan peristiwa Kamus Sejarah Indonesia yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang menghebohkan itu.
Baca Juga: Khofifah-Emil Dapat Nomor Urut 2, Jadi Lambang Semangat Optimisme Dua Periode
Dalam tim penyusunan Kamus Sejarah Indonesia di bawah Direktur Jenderal Kebudayaan (Kemendikbud) Hilman Farid itu, nama-nama kiai dan pejuang kemerdekaan hilang. Gus Irfan menunjukkan nama Kiai Hasyim Asy’ari yang raib.
“Nama Kiai Hasyim Asy’ari tidak ada. Nama Nasution tidak ada,” kata Gus Irfan yang Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Nah, penghilangan nama-nama tokoh nasional yang sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional itu menunjukkan betapa peran sejarah sangat penting dalam perjalanan Bangsa Indonesia.
Baca Juga: Dukung Barra-Rizal dan Khofifah Emil, Pepabri, PPIR hingga Eks Sekdes se-Mojokerto Deklarasi
“Itu betapa pentingnya sejarah, sehingga ada upaya untuk menghilangkan sejarah,” kata Gus Irfan.
Karena itu, Gus Irfan sangat mendukung pengusulan Kiai Abdul Chalim sebagai Pahlawan Nasional. Bukan saja karena sejarah itu sangat penting, tapi juga sebagai spirit untuk kita dan para generasi muda ke depan.
Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
“Kalau para orang tua dan nenek moyang kita telah banyak berbuat untuk bangsa dan negara kita. Lalu apa yang diperbuat oleh kita terhadap negara dan bangsa,” kata Gus Irfan Yusuf Hasyim.
Hj Nyai Mahfudhah Ali Ubaid, putri KH Abdul Wahab Hasbullah, juga mendukung pengusulan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. Ia menceritakan tentang kedekatan Mbah Wahab, panggilan warga NU terhadap Kiai Abdul Wahab Hasbullah.
“Perlu diketahui, bahwa Kiai Abdul Chalim adalah teman seperjuangan KH Abdul Wahab Chasbullah,” kata Nyai Mahfudzoh dalam sambutan tertulisnya di depan para peserta seminar yang juga dikirim ke BANGSAONLINE.
Bahkan, kata Nyai Mahfudzoh, Kiai Abdul Chalim menulis perjuangan Mbah Wahab dalam bentuk nadzaman.
“Kedekatan Kiai Abdul Chalim dan Kiai Abdul Wahab menular kepada dzuriyahnya sekarang. Kiai Asep sering berkomunikasi dan silaturahim dengan keturunan Kiai Wahab. Semoga jalinan silaturahim ini bisa berjalan terus dengan baik dan membawa berkah,” kata Nyai Mahfudzoh.
Menurut Nyai Mahfudzoh, beberapa poin menarik yang membuat Kiai Abdul Chalim layak diangkat sebagai Pahlawan Nasional, antara lain, beliau pendiri NU.
“Lalu saat Resolusi Jihad berkumandang beliau terlibat aktif mengumpulkan para ulama, kemudian bersama rakyat bahu membahu melawan penjajah di Surabaya,” kata tokoh Muslimat NU itu.
Nyai Mahfudzoh juga menjelaskan bahwa Kiai Abdul Chalim pernah menjadi anggota MPRS. Intinya, kata Nyai Mahfudzoh, Kiai Abdul Chalim adalah seorang yang paripurna andilnya untuk bangsa dan negara.
“Sebab, selain ulama, beliau seorang politisi dan pejuang bangsa,” katanya.
Dalam sambutan tertulis yang dibaca di depan peserta seminar itu, Nyai Mahfudzoh juga menyinggung tentang inisiatif Kiai Abdul Wahab untuk mendirikan NU. Menurut dia, Kiai Wahab minta restu pada Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari. Tapi tak kunjung mendapat restu.
“Padahal restu Hadratussyaikh bagi Kiai Wahab adalah kunci dan modal utama untuk mendirikan NU,” tegas Nyai Mahfudzoh.
Kenapa? “Karena Hadratussyaikh bagi Kiai Wahab bukan saja guru yang sangat dihormati, tapi karena Hadratussyaikh adalah ulama paling berpengaruh dan disegani di nusantara saat itu. Termasuk oleh penjajah sekalipun,” kata Nyai Mahfudzoh.
Kiai Wahab kemudian curhat terhadap Kiai Abdul Chalim. “Saya sudah 10 tahun belum mendapat izin. Kalau memang tak dapat izin, saya akan kembali kepada organisasi dengan melakukan perubahan-perubahan. Atau saya kembali ke pesantren,” kata Kiai Wahab kepada Kiai Abdul Chalim, seperti dikutip Nyai Mahfudzoh.
Menurut Nyai Mahfudzoh, pengusulan Kiai Chalim sebagai pahlawan nasional bukan hanya kepentingan keluarga Kiai Asep, tapi menjadi kebanggaan warga Nahdliyin dan Bangsa Indonesia.
“Tokoh penting yang selama ini tersembunyi jasa-jasanya bagi bangsa ini, perlu dimunculkan ke publik sebagai suri teladan era sekarang,” kata Nyai Mahfudzoh sembari mengatakan bahwa keluarga besar Kiai Wahab Hasbullah mengucapkan terima kasih diberi kesempayaan untuk memberikan sambutan.
Selain Nyai Mahfudzoh, para dzuriyah Kiai Abdul Wahab yang hadir adalah KH Hasib Wahab (Gus Hasib) dan Gus Rokib.
Dzuriah Hasan Gipo, ketua PBNU periode pertama, juga hadir. Di antaranya, Yunus Gipo.
“Yang hadir insyaallah 17 – 19 orang,” kata Yunus Gipo kepada BANGSAONLINE.
Acara seminar itu berakhir sekira pukul 17.00 WIB. Usai seminar, para kiai dan tokoh yang hadir dalam seminar itu diundang Gubernur Khofiah ke Gedung Negara Grahadi. Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur itu menggelar halal bihalal. Temanya Halal Bihalal bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Menko Polhukam Mahfud MD.
Saat menyampaikan sambutan, Mahfud MD mengaku sangat mendukung Kiai Abdul Chalim sebagai Pahlawan Nasional. Menurut dia, Kiai Abdul Chalim sangat layak mendapat gelar pahlawan karena jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara Indonesia. Karena itu ia mendorong tim atau panitia pengusulan gelar pahlawan Kiai Abdul Chalim bekerja sebaik-baiknya.
Mahfud MD menegaskan bahwa dirinya merupakan Ketua Dewan Gelar Pahlawan. “Saya (Ketua Dewan Gelar) masih satu setengah tahun lagi. Tahun ini (2023) dan tahun depan (2024),” kata Mahfud MD.
Menurut dia, prosedur pengusulan gelar pahlawan dari masyarakat melalui Dinsos dan TP2GD. Lalu ke Kemensos. Di Kemensos dikaji oleh TP2GP. Finalnya di dewan gelar.
“Setelah itu, baru Presiden yang menentukan,” kata Mahfud MD.
Seminar yang dipandu Ahmad Zuhri itu menampilkan para tokoh dan akademisi sebagai narasumber. Yaitu Prof. Dr. Reiza D. Dienaputra (Undip Bandung), Prof. Dr. Abdul Halim (UINSA Surabaya), Dr. KH. As'ad Said Ali (mantan Waka BIN), Dr. Muhammad Albarra (cucu Kiai Abdul Chalim), dan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim sebagai keynote speaker. (M Mas’ud Adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News