Nah, ilmu pertanian dari Hadratussyaikh itu akhirnya membuat para petani bisa bercocok tanam di sawahnya dengan baik. Bahkan ilmu pertanian itu kemudian menginspirasi dan menular pada para petani secara luas sehingga mereka bisa bertani secara mandiri.
Jadi, Hadratussyaikh tiap hari Selasa turun ke sawah mengajari para petani bercocok tanam atau bertani secara baik.
“Karena itu tiap hari Selasa ngaji diliburkan,” ujar Gus Kikin.
Memang, Hadratussyaikh, selain dikenal sebagai ulama besar dan berpengaruh, juga populer sebagai petani handal dan pedagang kuda. Tak aneh, jika Hadratussyaikh dikenal sebagai ulama mandiri. Bahkan hasil pertaniannya diperuntukkan untuk para tamu, disamping santri dan para guru.
Menurut Gus Kikin, Hadratussyaikh hadir ke tengah masyarakat tidak hanya dengan kemampuan ilmunya yang luas, tapi juga dengan ekonomi, terutama untuk memberdayakan masyarakat. Bahkan Hadratussyaikh juga terjun ke politik untuk membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajah. Karena itu, semua keluarga Pesantren Tebuireng terlibat aktif dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News