JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Dua seniman Indonesia diduga mendapat intimidasi dari aparat kepolisian. Mereka adalah seniman kondang Butet Kartaredjasa dan penulis naskah teater Agus Noor. Peristiwa tak mengenakkan itu terjadi saat mereka menggelar pertunjukan di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 1 Desember 2013.
Dilansir Tempo, sore hari sebelum pertunjukan berlangsung, sejumlah petugas Kepolisian Sektor Cikini tiba-tiba dating. Mereka meminta penyelenggara membuat surat pernyataan yang isinya tidak menampilkan pertunjukan yang mengandung unsur politik.
Baca Juga: Viral Pernyataan Babe Haikal Terkait Sertifikasi Halal, Mahfud MD Beri Tanggapan Menohok
Bagaimana respon Butet dan Agus Noor? “Bagi kami itu intimidasi,” kata Agus Noor, Senin (4/12/2023).
Butet pun menandatangani surat tersebut. Surat itu mencantumkan komitmen penanggungjawab tidak kampanye pemilu, menyebarkan bahan kampanye pemilu, menggunakan atribut partai politik, menggunakan atribut pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, dan kegiatan politik lainnya.
Butet menunjukkan surat pernyataan bermeterai tersebut kepada wartawan. Usai menandatangani surat tersebut, panitia tetap menggelar pertunjukan teater berjudul Musuh Bebuyutan dalam durasi 150 menit. Dalam balutan setelan batik dan celana berwarna cokelat, Butet membuka pentas tersebut.
Baca Juga: Kapolres Mojokerto Kota Pimpin Apel Pengamanan Pilkada 2024
Di depan penonton Butet menyapa dan memberikan salam kepada semua kontestan Pemilu 2024. Butet juga memeberitahu bahwa dirinya harus membuat surat pernyataan tertulis yang ditujukan kepada polisi bahwa dia harus berkomitmen tidak ada unsur politik dalam pertunjukan itu.
“Keren. Selamat datang Orde Baru,” kata Butet.
Pertunjukan itu digelar oleh Indonesia Kita, forum budaya yang rutin menggelar pentas teater. Pentas ke-41 ini mengusung tema pertarungan politik yang terjadi di antara dua pihak yang sebelumnya bersahabat. Pentas berjudul Musuh Bebuyutan itu berlangsung selama dua hari: 1 Desember dan 2 Desember 2023 di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki.
Baca Juga: Sama Pernah Naik Jet Pribadi, Tapi Mahfud MD Bukan Gratifikasi, Kaesang Belum Berani Klarifikasi
Lakon pertunjukan itu ditulis Agus Noor yang juga merangkap sebagai direktur artistik, bersama Butet Kartaredjasa yang dikenal sebagai pendiri Indonesia Kita. Butet pulalah yang menjadi aktor utama.
“Kami seperti dejavu, persis Orde Baru,” ujar Agus Noor.
Ia sangat menyayangkan intimidasi yang sangat mirip saat Orde Baru. Menurut dia, intimidasi itu baru kali pertama setelah Indonesia Kita selama 41 kali.
Baca Juga: Diduga Hendak Culik Anak Kecil di Wonokromo, Wanita Paruh Baya asal Sidoarjo Diserahkan ke Polisi
Agus menduga intimidasi itu terjadi karena Mahfud MD, Calon Wakil Presiden, hadir. Padahal, menurut Agus, kehadiran Mahfud dalam acara itu sama seperti penonton lainnya, bukan undangan khusus. Mahfud yang sering menonton pentas Indonesia Kita datang 15 menit setelah pertujukan dimulai.
“Kami tidak beri panggung untuk Pak Mahfud,” ujar Agus.
Ia juga bercerita bahwa dirinya menyiapkan pertunjukan sejak sebulan lalu. Itu bagian dari kegiatan Indonesia Kaya yang sudah terprogram selama setahun.
Baca Juga: Mahfud MD Dukung Rhoma Irama Melawan Kebohongan Habaib Ba'Aalawi
Sekedar informasi, lakon Musuh Bebuyutan mengisahkan hubungan seorang pemuda dan seorang perempuan yang bertetangga dan berteman baik di kampung. Namun, keduanya berseteru karena berbeda pilihan politik. Permusuhan keduanya merembet dan membuat situasi kampung penuh kasak-kusuk.
Masyarakat menjadi terbelah, ada yang mendukung pemuda dan ada juga yang mendukung perempuan. Situasi di perkampungan itu makin memanas ketika lurah akan habis masa jabatannya dan pemilihan lurah baru akan dilangsungkan. Pentas itu juga menampilkan sindiran dan guyonan terhadap tiga kontestan pemilu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News