JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Teater Sastra Unviersitas Indonesia (UI) mementaskan lokon Lurah Koplak. Judul lengkapnya: Komedi Lurah Koplak: Lingsir, Lungsur, Longsor”. Pementasan itu digelar di Auditorium Gd. IX FIB UI, Kampus UI, Depok, Kamis 14 Desember 2023, pukul 19.00 WIB.
Pentas ini memanggungkan komedi satire yang mengeritik praktik demokrasi kosong, penuh KKN dan politik dinasti. Otomatis lakon ini sangat kontekstual dengan situasi Indonesia sekarang.
Baca Juga: Ghibah Politik Ramadhan: Menyoal PBNU tentang Politik Dinasti dan Misi Gus Dur
Teater Sastra UI kini berusia 39 tahun. Teater ini didirikan dramawan terkemuka I. Yudhi Soenarto di kampus UI Rawamangun tahun 1984.
Dilansir Republika, teater berbasis kampus yang anggotanya terdiri atas mahasiswa, pengajar dan alumni Universitas Indonesia ini, konsisten memproduksi pertunjukan teater yang aktual, kritis dan berkelas.
Lurah Koplak merupakan produksi ke-399. Dalam bahasa sehari-hari koplak berarti goblok atau bodoh. Tapi dalam lakon teater ini koplak adalah nama sebuah desa. Yaitu desa Watu Koplak.
Baca Juga: Jokowi Bisa Masuk MURI dan World Guinness Records, Presiden Tersukses Bangun Dinasti Politik
Nah, lakon ini berkisah tentang Lurah desa yang akan segera lengser karena masa tugasnya sudah selesai. Tapi di akhir masa tugasnya bukan ia sadar dan madep pandhito. Tapi malah sibuk cawe-cawe untuk menyiapkan penerus demi memastikan kelanjutan program kerja yang belum selesai.
Si Lurah juga sibuk menutupi kasus-kasus korupsi dan kolusi yang melibatkan dirinya, sekaligus melanggengkan kerjasama terselubungnya dengan kelompok pengusaha lokal yang selama ini menjadi penyandang dananya.
Pilihan jatuh pada Sekdes, yang telah uzur dan sakit-sakitan, dengan syarat ia harus mengangkat anak pak Lurah, yang baru tamat SMA, sebagai Sekdes berikutnya.
Baca Juga: Gus Nadir: Pemilu Serentak 2019 Brutal, Mahal, Pakai Isu Agama, dan Terjadi Dinasti Politik
Aturan pun diubah, demi mengakomodir kepentingan Lurah beserta kroni dan kerabatnya.
Lewat penjungkirbalikan logika dan pengungkapan sisi buruk kemanusiaan, pementasan ini mengajak kita untuk menertawakan diri sendiri sambil mengkritisi berbagai praktik penyimpangan di sekitar kita yang sering kita anggap wajar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News