Semanggi Sumini, Kudapan dari Tanaman Rawa Surabaya yang Mendunia

Semanggi Sumini, Kudapan dari Tanaman Rawa Surabaya yang Mendunia Sumini bersama produk olahan semanggi dan semanggi instan miliknya saat event IIFEX (Indonesia International Food Expo) di Grand City Surabaya, 27-30 Juni 2024. Foto: Ist.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - "Semanggi Suroboyo, lontong balap Wonokromo. Dimakan enak sekali, sayur semanggi krupuk puli, bung... mari... Harganya sangat murah, sayur semanggi Suroboyo. Didukung serta dijual, masuk kampung, keluar kampung, bung... beli..."

Itulah sepenggal syair "Semanggi Suroboyo", sebuah lagu keroncong yang diciptakan oleh S. Padimin di era 1950-an. Lagu tersebut menceritakan tentang makanan atau kuliner legendaris khas Kota Surabaya. Tema yang sangat jarang dipakai untuk sebuah lagu keroncong yang umumnya mengisahkan tentang tempat-tempat wisata.

Tidak ada data atau dokumen sejarah yang menyebutkan sejak kapan semanggi mulai dikonsumsi hingga menjadi kuliner legendaris khas Kota Pahlawan itu. Selain lagu keroncong, ada sebuah kartu pos berangka tahun 1907 bergambar seorang wanita penjual semanggi suroboyo. Artinya, pada masa kolonial, kudapan semanggi surabaya sudah eksis.

Bahkan, ada sebuah kisah yang diceritakan secara turun-menurun oleh warga Kampung Semanggi. Kisah itu berawal di era tahun 1960-an saat Presiden Soekarno menjamu para tamunya dari Jakarta di Surabaya dengan pecel semanggi. Tak tanggung-tanggung, penjual semangginya yang dikenal dengan nama Mbah Sari itu langsung diboyong ke Gedung Negara Grahadi Surabaya.

Semanggi juga dikenalkan melalui kesenian khas Surabaya yakni Ludruk di era 1970-an. Ada sebuah lakon yang memerankan seorang perempuan penjual pecel semanggi yang kenes. Ia lalu berteriak memanggil para pelanggannya dengan penuh semangat menawarkan pecel semanggi di bakul yang digendongnya.

Begitulah sejumlah kisah terkait dengan sejarah salah satu kuliner legendaris khas Kota Surabaya bermula. Hal itu diperkuat lagi dengan keberadaan "Kampung Semanggi" yang terletak di Kampung Kendung, RT 07/RW 03, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya.

Sejak diresmikan menjadi Kampung Semanggi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada 2017 lalu, makin menguatkan semanggi sebagai salah satu ikon Kota Surabaya. Tercatat sebanyak 39 warga yang berprofesi sebagai petani semanggi dengan lahan berupa rawa seluas 3 hektare, sedangkan penjualnya sebanyak 121 warga.

Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya, yakni Pecel Semanggi Surabaya ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikbud Ristek RI pada tahun 2022. Penghargaan ini juga menjadi bukti bahwa pecel semanggi sebagai warisan budaya penting yang berasal dari Kota Surabaya.

Tanaman semanggi yang memiliki nama ilmiah Marsilea Crenata ini tergolong tumbuhan paku air yang biasa tumbuh di lingkungan berlumpur atau basah. Seperti rawa, sawah, parit, serta di tempat-tempat genangan air dangkal lainnya. Bahkan saat tumbuh di sawah, semanggi termasuk tanaman gulma (pengganggu) karena menjalar di sela-sela tanaman padi.

Cara penyajiannya, daun semanggi yang dikukus, dihidangkan bersama rebusan kecambah dan kangkung. Setelah ditaruh di sebuah pincuk (piring daun pisang), lalu disiram dengan bumbu kacang tanah, gula merah, cabai, dan ketela rambat yang memiliki citarasa manis. Rasanya tambah nikmat saat disantap langsung pakai kerupuk puli sebagai sendok.

Sejumlah penelitian membuktikan, daun semanggi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Seperti menguatkan tulang, memperlancar pencernaan, mendukung kesehatan prostat, menguatkan pembuluh darah, mengurangi rasa panas saat menopause, menurunkan kolesterol, mengurangi pertumbuhan leukimia, serta mencegah penyakit jantung.

Buka Stan Semanggi Siap Saji di Mal-Mal

Tak hanya didominasi oleh warga Kampung Kendung, ternyata kampung semanggi juga bisa dijumpai di Kampung Sawo, Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep. Sama-sama berada di Surabaya barat, Kampung Sawo juga mayoritas kaum perempuannya bermata pencaharian sebagai penjual pecel semanggi.

Salah satu penjual semanggi tersebut yakni Sumini (53), warga Jalan Sawo Gang V No. 32A, RT 03/RW 02, Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya.

Tak mudah menemui seorang Sumini di kediamannya. Bahkan, penulis pun harus membuat janji beberapa kali agar bisa bertatap muka. Akhirnya, penulis pun berkesempatan untuk bersua meski di luar rumah. Tepatnya di sebuah stan bernama "Kampung Semanggi" yang berada di sentra kuliner lantai dasar Pasar Turi Baru.

Belakangan diketahui, stan tersebut ternyata sengaja ia sewa untuk menjual pecel semanggi siap saji miliknya. Sumini sengaja datang di stannya di hari itu untuk mengecek penjualan dan stok semanggi. Di stan Pasar Turi Baru, ia mempekerjakan seorang wanita.

Tak hanya di Pasar Turi Baru, Sumini juga membuka stan pecel semanggi siap sajinya di sejumlah tempat. Seperti di Pasar Atom, ia buka dua stan sekaligus, yakni di lantai bawah dan atas.

Kemudian, di Depot Bu Rudy Jalan Dharmahusada, serta di Tunjungan Plaza 6 lantai 5. Total, ada 5 pegawai yang ia pekerjakan untuk membantu menjalankan bisnis kulinernya tersebut.

Bahkan di hari ketemuannya bersama penulis, Sumini sudah membuat janji bertemu seseorang untuk melihat stan di Mal Delta Plaza. Ia berencana menyewa satu stan lagi di lokasi yang juga dikenal dengan nama Surabaya Plaza atau Plaza Surabaya tersebut.

"Saya mulai pukul 10 pagi sudah berada di Pasar Turi Baru, siangnya di Pasar Atom, sorenya di Bu Rudy, malam ke TP. Setelah itu baru pulang ke rumah. Seperti itu aktivitas saya sehari-hari," ujar Sumini kepada BANGSAONLINE.com.

Belum lagi saat ia diajak oleh dinas-dinas terkait untuk mengikuti pameran-pameran ke luar kota, baik dari dinas Pemkot Surabaya maupun Pemprov Jatim. Jadi, praktis waktunya banyak tercurahkan untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis kuliner pecel semangginya.

(Sumini bersama pegawainya menjual pecel semanggi siap saji di stan Pasar Turi Baru. Foto: YUDI ARIANTO/ BANGSAONLINE)

Sumini mengungkapkan, menyewa stan-stan tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dinas-dinas terkait sekarang ini untuk ajang pameran-pameran lebih mengutamakan para pelaku UMKM yang baru berdiri. Ia lalu nekat mulai menyewa stan di Mal Sogo pada Januari 2020. Saat stan di Sogo ditutup karena satu hal, baru ia menyewa di sejumlah tempat tersebut.

"Dulu kan saya sangat mengandalkan pameran-pameran untuk pemasaran produk semanggi saya. Karena pameran-pameran sekarang ini lebih sering untuk memfasilitasi para pelaku UMKM yang baru merintis, akhirnya saya pun nekat untuk menyewa stan," ungkapnya.

Jualan Semanggi Keliling hingga Juara Pahlawan Ekonomi

Perjalanan panjang yang menjadikan Sumini seperti sekarang ini tentu tidaklah semulus yang dibayangkan. Ia mengaku awalnya berjualan pecel semanggi sejak tahun 2006 hingga 2015 dengan berjalan berkeliling kampung-kampung di Kota Surabaya. Ia sengaja memilih untuk bekerja karena ingin membantu ekonomi keluarga.

Suami Sumini yang membuka jasa servis barang-barang elektronik itu ternyata masih belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Ditambah lagi, ketiga anaknya yang beranjak dewasa juga makin menambah daftar kebutuhan mereka. Termasuk kebutuhan akan pendidikan, pakaian, makanan bergizi, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Ia lalu memberanikan diri untuk terjun ke dunia persemanggian. Sumini pun memilih untuk berjualan pecel semanggi, seperti yang banyak dilakukan oleh para tetangga di kampungnya. Mulailah ia diajari memasak pecel semanggi oleh tetangganya.

"Karena saya hanya lulusan SD, ijazahnya tidak laku untuk dijaminkan bekerja di pabrik. Mau jualan lainnya pun saya juga tidak bisa. Ya, akhirnya saya ikut tetangga berjualan semanggi keliling kampung-kampung," kenang wanita tiga anak ini.

Menginjak tahun 2016, ada seorang teman mengajaknya untuk ikut bergabung ke Pahlawan Ekonomi, sebuah program yang digagas oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada waktu itu.

"Info dari teman, saya disuruh ikut Pahlawan Ekonomi karena tahu produk saya Semanggi. Meluo wae, awakmu kan dodolan semanggi (Ikut saja, kamu kan jualan pecel semanggi)," ucap Sumini menirukan temannya.

Pahlawan Ekonomi merupakan suatu program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis komunitas perempuan dan atau keluarga, melalui reengineering process dengan menghidupkan mesin ekonomi kedua dalam keluarga kurang mampu.

Sumini akhirnya mau bergabung dengan program Pahlawan Ekonomi di awal tahun 2016. Dari program Pahlawan Ekonomi yang dibina oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya tersebut, banyak hal yang ia dapat. Mulai dari cara memasak, manajemen keuangan, manajemen pemasaran, serta berbagai hal terkait pengembangan usaha pecel semangginya.

"Di Pahlawan Ekonomi, saya diajarkan bagaimana caranya berinovasi sendiri, memasak, manajemen, jualan online, diajari bikin roti dari semanggi (olahan semanggi), karena basic saya kan kuliner. Program Pahlawan Ekonomi ini juga mengajarkan saya untuk membuat olahan produk dari semanggi," terangnya.

Baru mengikuti program Pahlawan Ekonomi selama tiga bulan, Sumini langsung menyabet Juara 2 Lomba UMKM se-Kota Surabaya. Hal inilah yang kemudian menarik minat pihak Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim, hingga kementerian untuk mengajaknya pameran ke luar kota sampai luar pulau.

"Terus orang-orang kok tertarik sama jualan saya. Akhirnya saya diambil (diajak) dari pemkot (Surabaya) melalui Dinas Koperasi, provinsi (Pemprov Jatim) melalui Dinkop dan UKM Jatim, Disperindag Jatim, Biro Perekonomian Jatim, hingga dari Kementerian Koperasi dan UKM," terangnya.

"Pameran-pamerannya itu seperti di Magetan, Blitar, Jakarta, Jogja, Semarang, Bandung. Difasilitasi stan saja, jualnya agak mahal untuk biaya penginapan dan transportasi. Sering dapat konsumen atau buyer baru juga di sini. Untungnya, saya sering juara 1 di Jatim karena stan terbaik, penjualan terbanyak," imbuhnya.

(Sumini bersama produk olahan semanggi dan semanggi instan miliknya saat Bazaar UMKM di Kantor KPPN Surabaya, 26 Juni 2024. Foto: Ist.)

Inovasi Semanggi Instan dan Olahan

Melalui program yang diusung oleh wali kota perempuan pertama di Surabaya itu, Sumini akhirnya bisa berinovasi dengan pecel semangginya, hingga muncullah Semanggi Instan. Mendengar namanya saja, bayangan orang pasti langsung mengarah kepada produk mi instan atau semacamnya.

Ya, semanggi instan. Tidak pernah terbayang sebelumnya oleh Sumini atau bahkan masyarakat umum, sebuah pecel semanggi bisa berubah wujud menjadi instant food atau makanan instan. Pecel semanggi yang biasa disajikan dan dikonsumsi secara langsung, bisa dikemas sedemikian rupa supaya bisa dikonsumsi kapan pun dan di mana pun.

"Kepikiran buat semanggi instan itu setelah saya meraih juara Pahlawan Ekonomi. Saya mulai berpikir untuk bagaimana caranya semanggi saya ini bisa dibawa ke luar kota, luar pulau, bahkan ke luar negeri dengan aman dan tidak basi. Mengingat perjalanan ke luar tersebut membutuhkan waktu pengiriman," cetus Sumini.

Ia lalu membeberkan alasannya mengemas pecel semanggi menjadi instan saat mendapatkan pesanan dari Singapura. Kebetulan, ada warga Surabaya yang sudah lama tinggal di Singapura dan kangen kuliner legendaris khas Kota Pahlawan itu. Pecel semanggi instan ini ternyata bisa menjadi obat kangen bagi warga Indonesia yang berada di luar negeri.

"Saya kepikiran, lalu telepon-telepon ke pembeli karena takut basi. Alhamdulillah, ternyata tidak. Sejak saat itulah saya mulai memproduksi pecel semanggi instan. Keunggulan produk ini tidak cepat basi dan tahan lama. Metodenya yakni dengan (semanggi) dikeringkan terlebih dahulu," bebernya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO