TUBAN, BANGSAONLINE.com - Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban melalui Tim Pengabdian Masyarakat mengenalkan sekaligus memberikan pelatihan penggunaan alat evaporator "CEPEK" untuk para petani garam di Desa Pliwetan, Kecamatan Palang.
Pengenalan alat evaporator ini dalam rangka meningkatkan pendapatan petani garam di Kabupaten Tuban, terutama di Desa Pliwetan.
Baca Juga: Melalui ICONEST, Unirow Tuban Terus Kuatkan Pendidikan, Sains, Teknologi, hingga Digitalisasi
Ketua Pengabdian Masyarakat Unirow Tuban, Suwarsih, menjelaskan Cepek merupakan akronim dari Cepat, Efektif, Portable, Efisien, dan Praktis.
Sedikitnya, ada 20 petani anggota Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar) Desa Pliwetan yang mendapatkan sosialisasi perdana cara penggunaan alat evaporator "CEPEK" untuk meningkatkan produksi garam.
"Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan mengenai cara pembuatan garam dengan alat evaporator "CEPEK". Dan mayoritas 89,63 persen dari mereka yang hadir ikut pelatihan," kata Suwarsih, Selasa (10/9/2024).
Baca Juga: Gelar Wisuda ke-22, Unirow Terus Tingkatkan Kualitas SDM Songsong Indonesia Emas
Sementara, Marita Ika Joesidawati, anggota tim pengabdian masyarakat Unirow, menjelaskan alat ini dapat dipindahtempatkan sesuai kebutuhan lahan. Sebab, pembuatan CEPEK memang diperuntukkan pada lahan pekarangan yang sempit.
"Dalam kegiatan ini kami melibatkan kelompok usaha garam rakyat yang didanai oleh hibah DRPM Kemenristekdikti melalui program kemitraan masyarakat (PKM) tahun 2024," ujar Marita.
Terpisah, Petani Garam Desa Pliwetan, Budiyanto, mengaku senang dengan adanya pengenalan alat evaporator CEPEK pada anggotanya.
Baca Juga: Pemkab Tuban Apresiasi Program CSR Inovatif Si Pandu dan Desi yang Diusung PLN Nusantara Power
Melalui pelatihan ini, para petani optimis dapat meningkatkan produksi garam dengan waktu yang lebih cepat antara 7 hingga 10 hari.
"Dengan menggunakan volume air 1 m3 dapat menghasilkan garam 8 sampai 9 kilogram dalam sekali produksi," tuturnya.
Menurutnya, penggunaan alat evaporator "CEPEK" dapat memberikan solusi bagi kelompok masyarakat Desa Pliwetan. Apalagi, rata-rata petani garam di sini tidak memiliki lahan yang cukup untuk membuat produksi garam.
Baca Juga: Petani Bawang Merah di Tuban Bersyukur Dapat Bantuan Traktor Khusus
"Artinya memanfaatkan lahan pekarangan rumah yang ukuran 1x3 m2 dapat memproduksi garam," ungkapnya.
"Selain itu juga dapat memanfaatkan air laut yang ada di depan rumah. Karena beberapa rumah mereka berbatasan langsung dengan laut dan sebagai bahan baku utama yang digunakan dalam membuat garam," bebernya.
Ia berharap kegiatan pemberdayaan kemitraan masyarakat selama setahun ini dapat menyelesaikan permasalahan produksi garam. Terlebih, meningkatkan pendapatan petani garam di Desa Pliwetan.
Baca Juga: PKKMB 2024, Unirow Tuban Ingin Wujudkan Generasi Emas Berkarakter
"Kami ucapkan terima kasih kepada Kemenristekdikti atas pendanaan hibah DRTPM melalui program kemitraan masyarakat (PKM) tahun 2024," pungkasnya. (wan/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News