KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Raden Wijaya, Kota Mojokerto, menggelar refleksi peringatan G30S/PKI yang jatuh pada 30 September. Refleksi itu sendiri dilakukan dengan cara mengelar orasi di depan kampus dengan membentangkan spanduk bertuliskan G30S/PKI serta simbol palu arit, dengan tujuan agar seluruh mahasiswa tidak melupakan sejarah kejamnya PKI.
"Tanggal ini, hari ini kita melawan lupa atas tragedi G30S/PKI yang mana kita sebagai agent of change (Agen Perubahan). Hari ini adalah hari bersejarah dan harus diingat oleh Mahasiswa," kata Muhammad Fuad Amanullah, salah satu mahasiswa yang juga aktif di PMII Mojokerto dalam orasinya, Rabu (30/09) petang.
Baca Juga: Khawatir Digusur, Petani Pengelola Hutan Datangi Kantor KPH Perhutani Mojokerto
Sebagai Mahasiswa kata Fuad, pihaknya mengaku memiliki tanggungjawab berat dengan kondisi negara seperti ini. Namun, dalam momentum peringatan pemberontakan G30S/PKI, mahasiswa harus tetap ingat "Kami menganalisa, mulai dari semester 1 hingga akhir rata-rata tidak mengetahui dan melupakan tragedi G30S/PKI," sebutnya.
Pihaknya juga menolak ada Neo Komunis, tak hanya itu ia juga menolak keras jika pemerintah meminta maaf kepada PKI. "Kita tahu semua, PKI adalah partai komunis yang tidak sesuai dengan pancasila. Kenapa harus meminta maaf. Kita tanggapi dan harus kita lawan apalagi beberapa kali PKI telah berupaya merubah pancasila," jelasnya.
Puas setelah orasi, sejumlah mahasiswa akhirnya melakukan aksi penolakan PKI dengan menyilang gambar palu arit dengan cat warna hitam sebagai bentuk bahwa mahasiswa Mojokerto antipati pada PKI. (gun/rev)
Baca Juga: Situs Persada Sukarno Minta Pemerintah Bentuk Tim Kajian Hari Peristiwa G30S/PKI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News