Hari Santri 2025 di Amanatul Ummah Pacet, Kiai Asep Tegaskan Peran Santri dalam Kemerdekaan

Hari Santri 2025 di Amanatul Ummah Pacet, Kiai Asep Tegaskan Peran Santri dalam Kemerdekaan Kiai Asep saat memberikan keterangan pers di peringatan Hari Santri 2025.

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025 di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet berlangsung meriah di Lapangan Besar Pahlawan Nasional KH Abdul Chalim, Rabu (22/10/2025). Acara diwarnai dengan upacara pengibaran bendera merah putih, atraksi marching band, tarian perjuangan santri, serta berbagai kesenian lainnya.

Kegiatan tersebut diikuti oleh puluhan ribu santri dan dihadiri sejumlah tokoh nasional, termasuk Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA atau yang akrab disapa Kiai Asep, guru besar dari negara sahabat, Staf Ahli Gubernur Jawa Timur, Direktur Utama HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE, serta para ulama dan pejabat lainnya.

Usai acara, Kiai Asep menyampaikan rasa syukur atas capaian pendidikan santri Amanatul Ummah, dan disebutkan bahwa seluruh lulusan tahun ini diterima di perguruan tinggi negeri di Indonesia, bahkan beberapa di antaranya diterima di universitas ternama dunia seperti di Jerman, Tiongkok, Mesir, Maroko, dan Tunisia. Sebanyak 65 santri berhasil masuk fakultas kedokteran.

“Alhamdulillah, Pondok Pesantren Amanatul Ummah dapat terus mencetak generasi yang unggul, utuh, dan berakhlakul karimah,” kata Kiai Asep.

Dalam refleksi sejarahnya, ditegaskan bahwa santri telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka dan memiliki semangat keislaman yang menentang penjajahan. Ia mengutip ajaran Islam tentang dhurriyah yang berarti merdeka dan menolak perbudakan.

Kiai Asep juga mengulas peran penting KH. Hasyim Asy’ari dan putranya KH. Wahid Hasyim dalam menjaga persatuan bangsa, termasuk dalam perumusan Piagam Jakarta. Menurut dia, kebersamaan adalah kunci kekuatan dalam meraih kemerdekaan.

“Begitu besarnya andil para santri terhadap terwujudnya kemerdekaan. Dengan adanya gerakan ketentaraan Hizbullah, santri memilih jalan perlawanan fisik saat diplomasi tidak lagi cukup,” ucapnya.

Kiai Asep menambahkan, Resolusi Jihad yang dikumandangkan pada 22 Oktober merupakan motivasi spiritual yang menyatakan bahwa melawan penjajah adalah fardu ain, dan jika gugur, maka mati syahid. 

Ia menyatakan, peristiwa terbunuhnya Jenderal Mallaby oleh 3 santri Tebu Ireng sebagai bukti keberanian santri dalam perjuangan.

“Penjajahan bertentangan dengan akidah santri. Maka santri selalu berada di garis depan dalam perjuangan dhurriyah kemerdekaan,” tuturnya.

Kiai Asep turut menekankan pentingnya transformasi pesantren agar menjadi lembaga pendidikan yang unggul, utuh, dan kompetitif. Ia juga mendorong penerapan program kemandirian sebagai kunci pembelajaran yang berkelanjutan. (ris/mar)