Festival Egrang di Kecamatan Ledokombo jadi Daya Tarik Wisata Jember

Festival Egrang di Kecamatan Ledokombo jadi Daya Tarik Wisata Jember Anak-anak bermain egrang. Bersahabat, bergembira, belajar, berkarya. Ini dunia anak yang nyata, bukan games yang maya, Bung! Foto: devi fitri afriyanti/BANGSAONLINE

JEMBER, BANGSAONLINE.com - Ratusan egrang tersedia di Desa Ledokombo, Kecamatan Ledokombo. Ini bukan serta-merta ada, tapi berawal dari tiga egrang yang dibikin Suporaharjo, karena permintaan anaknya.

“Anak saya tanya, waktu kecil ayah main apa, saya bilang, kalau musim hujan main egrang, terus anak saya minta dibikinkan egrang, waktu itu saya bikin tiga pasang, kemudian anak-anak banyak yang tertarik, setelah itu bikin lomba-lomba,” kata Suporaharjo.

Baca Juga: Alasan BPBD Jember Tak Rekomendasikan Pantai Payangan Sebagai Kawasan Berenang

Sejak ketertarikan 'generasi era games' ini kepada egrang, Suporaharjo tergelitik untuk mengembangkan lebih jauh. Yaitu digelar lomba-lomba beregrang. Mulai lomba pidato, menari, dan makan krupuk.

Kian melebar, Suporaharjo tak main-main lagi. Dia mengembangkan musik perkusi, tarian tradisional, permainan tradisional (egrang, gobak sodor, bakiak).

Upayanya berhasil menyita perhatian Pemkab Jember. Akhirnya digelar Festival egrang di lapangan kecamatan. Support penuh didapat dari kantor pariwisata juga kantor menpora. Jika awalnya digelar Agustus, kini digeser ke bulan Desember. Rencananya, besok, Rabu (19/11) Festival ini digelar. Pesertanya banyak dari murid-murid sekolah. Tercatat ada 50 tim yang sudah mendaftar, dengan kekuatan tiap tim antara 15 - 30 anak.

Baca Juga: Khofifah: Tinggal Pilih, di Jatim Ada 1.396 Wisata, ini Destinasi Eksotik Tiap Kabupaten

Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pengunjung tidak hanya dari Jember. Daya tarik ini cukup menggerakkan wisatawan hadir di Jember. Kini, di Festival egrang tahun ke-6, yang sudah hadir antara lain Pusdikat (pusat pendidikan dan pelatihan) Provinsi Jawa Barat, sudah dua kali ke Jember. Komunitas Abiem Homeschooling Jakarta sebanyak 15 orang, bahkan wisman Australia, Austria, Itali, Prancis, Jerman, Polandia.

Selain penampilan egrang, juga camping brown, dan area polo lumpur (satu team 15). Disiapkan pula home stay untuk wisatawan. Kesemuanya berada di tanah milik Suporaharno seluas 4 ha.

Soal penamaan tanoker sendiri, berasal dari bahasa Madura yang artinya kepompong. Harapannya, nanti bisa menjadi kupu-kupu yang indah.

Baca Juga: Tekan Inflasi, Pemkab Jember Gelar Si Rambo

Kesulitan merintis, diakui Sukoraharjo, muncul konflik pada anak-anak. "Tim dari Garin Nugroho ke sini, untuk casting film. Ternyata, pemain lama tak lolos, sementara yang baru lolos. Mereka yang tak lolos protes. Yah, seperti itu dunia anak-anak," kata dia.

Dia mengaku, kadang operasionalnya kurang. “Terkadang kita kekurangan pendamping, untuk mendampingi pengembangan bakat-bakat mereka, tetapi kita juga bekerja sama dengan adik-adik mahasiswa, mengajari nari, drama, alat musik,” kata Suporaharjo.

Dia berharap, upayanya bisa memajukan desanya, mulai dari budaya dan ekonomi. (devi fitri afriyanti/rev)

Baca Juga: Lestarikan Budaya dan Wisata, Pemkab Jember Gelar Lomba Pantun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO