SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tim pasangan Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana di hari terakhir kampanye, bagi-bagi brosur di 32 kecamatan se-Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (5/12).
Nah, saat bagi-bagi brosur bertuliskan "Bangga Jadi Surabaya" di daerah semolowaru, ada kejadian unik. Saat itu tim relawan Risma-Whisnu keliru membagikan brosur ke rumah rival, yakni Rasiyo, akibatnya, mereka dimaki-maki.
Baca Juga: Untuk Cawali Surabaya, Risma Dikabarkan Punya Dua Jago: Ery Cahyadi dan Hendro Gunawan
Spontan, empat dari enam relawan Risma-Whisnu lari tunggang langgang terkena dampratan dan ancaman calon urut satu besutan Partai Demokrat dan Partai Amanah Nasional (PAN) tersebut.
Ketua Ranting Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Semolowaru, Nur menceritakan, saat itu dia dan enam tim-nya dapat tugas menyebar dan menempelkan brosur bergambar pasangan incumbent yang di bawahnya bertuliskan: 2 Risma-Whisnu Bangga Jadi Surabaya, di daerahnya.
Saat memasuki Semolowaru Gg III, yang merupakan daerah Rasiyo atau kampung tempat mantan Sekdaprov Jawa Timur ini tinggal, tiba-tiba si empunya rumah datang. Saat itu, Rasiyo turun dari mobil sedan warna hitamnya dan marah-marah.
Baca Juga: PDIP Minta Mahar Hingga Rp 10 M, Cawawali Surabaya Punya Uang Berapa?
"Waktu itu, anak-anak menempel leaflet di sepanjang Semolowaru Gg III. Memang arah kita tidak ke sana, tapi kebetulan saya lewat ke arah selatan, dan saya mampir ke toko beli sesuatu di tempat itu. Kemudian anak-anak nempel leaflet itu di rumah Rasiyo dan rumah-rumah lain," cerita Nur via telepon selulernya, Sabtu petang.
Dia melanjutkan, saat itu Rasiyo baru pulang dan dikawal polisi. Nah, kata dia, anak-anak kan tidak tahu kalau itu Rasiyo, dikasihlah Rasiyo brosur Risma-Whisnu. "Dia (Rasiyo) marah-marah. Anak-anak, ada empat orang, lari. Dari enam orang tinggal dua orang. Empat anak ini pergi ketakutan, karena diancam akan dilaporkan ke RT dan akan dipukuli."
Kemudian, masih cerita Nur sambil menirukan ucapan dan makian Rasiyo, "Saya dipanggil Rasiyo. Dia bilang sambil marah-marah: Jangan di sini, ini wilayah saya. Saya lapor RT bisa digebuki (dipukuli). Kalau cari duit jangan gitu."
Baca Juga: PKB Intruksikan Kader Sosialisasikan Fandi Utomo sebagai Cawali Surabaya
"Terus saya minta maaf dan bilang, anak-anak tidak tahu, saya minta maaf. Polisi yang ngawal Rasiyo juga kasih peringatan ke saya. Saya minta maaf lagi dan bilang memang arah saya ndak ke sini, hanya kebetulan lewat, dan anak-anak tidak tahu nempel leafletnya di wilayah ini," sambung Nur.
Terpisah, Tim Pemenangan Rasiyo-Lucy Kurniasari, Zainul Arifin dihubungi wartawan, tidak membantah peristiwa tersebut. Arifin menceritakan kronologi peristiwa versi pihaknya.
"Tadi siang, tim kampanye Risma-Whisnu menyebar brosur daan stiker di lingkungan kediaman, rumah Rasiyo. Lalu tim tersebut menempell dan membagi-bagikan stiker tersebut ke rumahnya Rasiyo. Hal ini yang membuat Paklik Rasiyo langsung menegur tim kampanye Risma-Whisnu. Menegur bukan memarahi," dalihnya.
Baca Juga: Di Depan 700 Kiai MWCNU-Ranting NU se-Surabaya, Kiai Asep: Wali Kota Surabaya Harus Kader NU
Arifin menambahkan, "Etika tim kampanye Risma-Whisnu perlu dipertanyakan dengan membagi-bagikan stiker di rumah kediaman Rasiyo. Tapi kami tak mau masalah ini diperbesar. Kami juga tak memberitahukan kejadian ini ke Tim Pemenangan Risma-Whisnu," pungkasnya. (lan/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News