TUBAN, BANGSAONLINE.com - Memasuki musim tanam, petani padi di Tuban meminta agar harga pupuk tidak dimainkan. Hal ini terutama ditujukan kepada distributor, agen dan kios resmi di pasaran. Pasalnya, mereka trauma setiap menjelang musim tanam, harga pupuk selalu naik.
Permainan harga pupuk tidak hanya dialami petani padi, nasib serupa juga menimpa petani jagung. Sebab, sudah menjadi 'tradisi' apabila memasuki musim tanam seperti ini harga pupuk melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET). Petani pun tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi tersebut. Sebab, mereka membutuhkan amunisi untuk menyuburkan tanamannya.
Baca Juga: Pemkab Tuban Apresiasi Program CSR Inovatif Si Pandu dan Desi yang Diusung PLN Nusantara Power
Hal ini seperti saat bangsaonline.com menemui segerombolan petani di kawasan areal persawahan di Desa Sendang, Kecamatan Senori, Tuban yang sedang menanam padi. Mayoritas mereka khawatir akan permainan harga yang dijual di kios, agen, maupun distributor. Mereka menceritakan pengalaman pada musim sebelumnya, di mana harga pupuk di lain daerah berbeda dengan Tuban. Temuan didapat setelah petani melakukan komunikasi dengan petani di luar daerah lain.
“Jelas khawatir, sebab musim seperti ini biasanya harga pupuk cepat naik, tidak tahu kenapa kok naik. Bahkan, anehnya beda daerah sudah beda harga. Ini menunjukkan kalau harga pupuk setiap musim tanam selalu dibuat permainan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab itu,” terang petani yang mengaku bernama Warmin (57) saat bersama petani lain yang ditemui bangsaonline.com, Senin (14/12) pagi.
“Harga Pupuk jangan sampai mahal, karena bakal menyusahkan petani,” pinta Warmin.
Baca Juga: Petani Bawang Merah di Tuban Bersyukur Dapat Bantuan Traktor Khusus
Permintaan serupa disampaikan Munadi (60), petani jagung asal Desa Dahor, Kecamatan Gerabagan, Tuban. Saat dijumpai bangsaonline.com di ladang miliknya, ia meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, supaya berperan aktif mengawal peredaran pupuk.
Ia bahkan menyarankan agar dibentuk tim khusus supaya penyebarannya tepat sasaran. Sebab, pengalaman musim tanam yang lalu, ada saja oknum yang menggelapkan pupuk untuk dijual ke luar Tuban.
“Kalau dibiarkan maka kasus yang terjadi pada musim lalu akan terjadi pada tahun ini. Mengantisipasi persoalan itu pemerintah harus mencegah permainan harga pupuk yang dibuat oleh oknum yang nakal,” pesannya.
Baca Juga: Tingkatkan Produksi, Unirow Kenalkan Alat Evaporator "CEPEK" untuk Petani Garam di Tuban
Sementara itu, Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata Tuban, Farid Ahmadi, ketika dikonfirmasi bangsaonline.com mengenai keluhan para petani tidak menjelaskan secara detail. Namun, ia memastikan harga pupuk di lapangan akan dijual sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).
Ia juga membantah terkait kelangkaan pupuk. "Semua sudah memakai perhitungan sesuai jumlah petani yang ada di Tuban. Namun, petani yang menggarap pesanggem untuk musim tanam yang lalu belum diberi jatah. Akan tetapi, untuk musim ini mereka bakal mendapatkan jatah pupuk," kata Farid kepada bangsaonline.com
“Untuk mengantisipasi ketersedian atau harga pupuk yang tidak sesuai dengan HET, kami sudah membentuk tim yang nantinya akan mengawasi peredaran dan terkait harga pupuk,” jelasnya.
Baca Juga: Gagal Panen, Petani Bawang Merah di Tuban Rugi Puluhan Juta
Untuk diketahui, saat ini HET di pasaran untuk pupuk jenis NPK harganya Rp Rp 115 ribu dengan berat 50 kilogram. Sedangkan, pupuk urea HET mencapai Rp 90 ribu per kilogram dan untuk pupuk ZA harganya Rp 70 ribu per sak. (wan/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News