JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Di tengah kontroversi kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang sering bersitegang dengan warga Jakarta, ternyata Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merilis hasil penelitiaannya yang menopang Ahok.
Menurut CSIS, mayoritas warga Jakarta justeru suka terhadap kepribadian Ahok melebihi aspek lainnya, seperti prestasi, kinerja, dan apa yang telah dia lakukan selama memimpin Ibu Kota.
Baca Juga: Politikus PKS Suswono Dianggap Hina Nabi, Yenny Wahid: Rasulullah Bukan Pengangguran
"Untuk kategori dimensi yang paling disukai dari kepemimpinan Ahok adalah kepribadian personal, 42,50 persen dari responden," kata peneliti CSIS, Arya Fernandes, di Jakarta, Senin (25/1/2016).
CSIS dikenal luas sebagai lembaga think tank Soeharto pada Orde Baru. Seperti ditulis Jusuf Wanandi dalam buku berjudul: “Menyibak Tabir Orde Baru Memoar Politik Indonesia 1965-1998” (Kompas, 2014), CSIS dikelola oleh keturuan etnis Tionghoa dan Katolik.
Jusuf Wanandi adalah kakak kandung Sofjan Wanandi, yang merupakan pendiri koran The Jakarta Post. Ia mengaku punya kedekatan hubungan dengan pejabat dan tokoh Katolik seperti Daoed Joesoef, Benny Moerdani, Jacob Oetama dan tokoh Katolik lainnya. Bahkan CSIS dikenal dekat dengan Ali Murtopo, tokoh Orba, yang dikenal paling banyak mempengaruhi kebijakan Soeharto. Berkat bisikan Ali Murtopo inilah Soeharto menolak GBHN yang dirumuskan MPRS yang dipimpin Jenderal Nasution dan Zubhan SE karena berbau Islam.
Baca Juga: Cawe-Cawe Jokowi Jilid II, Disebut Jegal Anies dalam Pilgub DKI 2024
Menurut Arya Fernandes, setelah kepribadian personal, publik baru menyukai prestasi dan kinerja Ahok selama memerintah DKI Jakarta dengan persentase 29,25 persen. Kemudian, publik juga menyukai karakter pemerintah yang telah dibentuk Basuki sebesar 16,75 persen. Sisanya, 11,50 persen responden, menjawab tidak tahu dan tidak menjawab. "Bisa dimaknai dari perilaku, sikap, maupun tindakan Ahok disukai oleh publik," kata Arya seperti dikutip dari Tempo.co.
Berdasarkan tingkat kepuasan, 67,00 persen responden mengaku puas dengan kepemimpinan Ahok setelah dia meneruskan mandat dari gubernur sebelumnya, Joko Widodo.
Sebanyak 62,75 persen responden juga mengaku ada perubahan melalui program "Jakarta Baru" yang diusung oleh Jokowi-Basuki saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 hingga saat ini.
Baca Juga: Kehilangan 9 Kursi DPRD DKI Gegara Musuhi Anies, PDIP Bakal Dukung Anies dalam Pilgub DKI?
Sementara Direktur Eksekutif CSIS Phillips Vermonte menegaskan bahwa pemilih Jakarta paling rasional. ”Dari evaluasi kinerja, tentu ada korelasi dengan pilihan mereka mengangkat dia lagi," katanya.
CSIS merilis survei bertajuk "Calon Independen Vis a Vis Calon Partai" untuk memetakan persaingan politik dalam pemilihan gubernur 2017. Dari 400 responden, CSIS mengklaim hanya 29 persen yang tak puas terhadap kinerja Basuki.
Arya Fernades, mengungkapkan bahwa warga Jakarta yang mengakui prestasi Ahok, menilai gubernur berhasil memperbaiki seluruh sistem pelayanan kesehatan. "Banyak pembangunan besar, seperti normalisasi sungai," katanya. Masyarakat juga mengapresiasi kinerja Basuki di bidang pelayanan birokrasi yang makin cepat dan kenyamanan taman kota.
Baca Juga: Politikus PDI Perjuangan Ungkap Alasan Ahok Layak Maju di Pilgub Sumut 2024
Dalam survei ini, pulik juga mengevaluasi penanganan tingkat kriminalitas. Sebagian masyarakat menilai Ahok gagal dalam bidang itu dan soal penanganan prostitusi. "Tapi secara persentase, sebagian besar mereka melihat telah ada perubahan di Jakarta," ucapnya.
Ahok juga disorot karena tingkat keikutsertaan publik terhadap Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat yang dianggap besar. Sebanyak 31 persen warga Jakarta sudah mendapat KJP dan 47,75 persen mendapat KJS. "Tingkat penerimaannya bagus, meskipun hanya dengan kualifikasi anggota tertentu," katanya.
Di bawah pemerintahan Ahok dan Djarot Syaiful, 98 persen masyarakat mengaku bangga menjadi warga Jakarta. "Akhirnya, meskipun di tengah masalah dan kecemasan, mereka tetap bangga menjadi warga Ibu Kota."
Baca Juga: Viral Ahok Bilang Jokowi dan Gibran Tak Bisa Kerja, PAN pun Bereaksi
Survei CSIS digelar pada 5-10 Januari 2016 di lima wilayah Jakarta. Jejak pendapat ini menyasar 400 responden, yang diambil secara acak. Tingkat kesalahan analisis sekitar 4,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei "Calon Independen Vis A Vis Calon Partai" oleh CSIS ini dilakukan selama 5-10 Januari 2016 dengan mengikutsertakan 400 responden warga Jakarta yang tersebar di lima wilayah kota, kecuali Kepulauan Seribu.Metode survei menggunakan penarikan sampel secara acak dengan margin of error lebih kurang 4,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News