DENPASAR, BANGSAONLINE.com – Kematian mantan pegulat mixed martial arts (MMA) Amokrane Sabet terus jadi perbincangan publik di Bali. Pegulat berusia 49 tahun yang dikenal tukang onar di Bali itu tewas saat akan ditangkap sejumlah polisi dan petugas Imigrasi, di Jalan Pantai Berawa, Banjar Tegal Gundul, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Senin (2/5) lalu.
Ternyata kematian warga negara asing berpaspor Prancis yang sudah dua tahun tinggal di Bali itu meninggalkan sebuah misteri.
Baca Juga: Tolak Hubungan Badan, Istri di Sumenep Dicekik Suami Hingga Tewas
Bule asal Perancis ini tewas setelah dikepung polisi. Setelah terjadi adegan baku kejar, Amokrane yang sempat membawa belati, akhirnya tumbang usai diberondong 24 kali tembakan oleh polisi. Namun ternyata, hasil autopsi polisi menyebut kematiannya justru akibat luka sayatan di leher.
Kapolda Bali Irjen Pol Sugeng Priyanto mengatakan, hasil tersebut diketahui setelah tim Instalasi Forensik RSUP Sanglah, dr. Dudut Rustyadi dan dr. IB Alit bersama Polda Bali, melakukan autopsi. Autopsi dilakukan pada Selasa (3/5) malam, sekira pukul 20.30 WITA hingga pukul 23.30 WITA. Hasilnya terungkap pada tubuh Amokrane ditemukan luka tembakan peluru karet dan timah panas.
"Dari hasil autopsi yang dilakukan tim dokter, dipastikan bahwa Amok meninggal bukan karena timah panas. Luka sabetan benda tajam di lehernya yang menyebabkan putusnya pipa udara dan darah masuk ke paru-paru. Selain ditemukan beberapa luka sabetan benda tajam, pada tubuh jenazah juga ditemukan luka tembakan baik dari peluru karet maupun peluru tajam. Meski demikian, tim kedokteran tetap berkesimpulan bahwa kematian Amok lebih disebabkan oleh luka sabetan benda tajam pada bagian leher," kata Sugeng, di Mapolda Bali, Rabu (4/5).
Baca Juga: Diduga Jadi Korban Pembunuhan, Siswi SMP di Palembang Ditemukan Tewas: Jangan Seperti Vina Cirebon
Dia menduga, luka sayatan tersebut terjadi saat Amokrane terlibat pertarungan dengan salah satu anggota polisi dalam upaya penangkapan buat tujuan deportasi. Pihak kepolisian akhirnya berhasil merebut pisau tersebut dan mengakibatkan lehernya tersayat.
"Analisa saya ada perlawanan dari anggota kami dan mengambil pisau yang dipegang Amukrane, karena waktu itu hanya dia yang membawa pisau," jelasnya. Meski begitu, Sugeng juga belum bisa memastikan analisanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepolisian mengerahkan 25 anggotanya untuk menangkap Amukrane. Adanya tembakan saat operasi tersebut, Sugeng menjelaskan, polisi telah melakukan tindakan sesuai prosedur. Mulai dari peringatan paling lunak sampai menggunakan senjata api.
Baca Juga: Kedua Orang Tua Balita yang Tewas Terkubur di Kediri Akhirnya Ditetapkan Sebagai Tersangka
Secara terpisah, Kepala Bagian Instalasi Forensik RSUP Sanglah, dr Ida Bagus Putu Alit, juga membenarkan bahwa penyebab kematian bekas atlet MMA itu lebih disebabkan luka sabetan benda tajam di bagian leher.
"Kami memang menemukan ada luka tembakan yang tersebar di beberapa tubuh korban, tetapi itu tidak ada yang jadi penyebab kematian. Selain itu, pada tubuh jenazah juga ditemukan dua luka sabetan yakni pada bagian leher dan ketiak sebelah kiri yang panjangnya hingga sampai ke punggung. Luka sabetan fatal terdapat pada bagian leher yang menyebabkan korban meninggal dunia," terang Ida.
Tidak hanya itu, Dokter Dudut Rustyadi yang melakukan autopsi terhadap jasad Amokrane memberikan informasi tambahan. Selain sayatan di leher, pegulat mixed martial arts (MMA) ini, ada pada lengannya.
Baca Juga: Tak Terima Dituduh Curi Pisang, Pria di Probolinggo Nekat Bacok Tetangganya
"Pada tubuh korban ditemukan luka sabetan benda tajam dan beberapa luka tangkisan di lengan," katanya saat dihubungi.
Dia menambahkan, dari hasil autopsi yang dilakukan oleh tim kedokteran forensik RSUP Sanglah terhadap jenazah Amokrane ditemukan hanya 8 luka tembakan. "Luka tembakan tersebut tersebar di beberapa organ gerak tubuh seperti, kaki, tangan dan lengan, serta ada juga yang terdapat pada kepala. Sedihnya ada delapan," ujarnya.
Bukan hanya itu saja, masih memiliki kejanggalan lain. Antara lain lelaki berkepala gundul itu memiliki dua paspor, Prancis dan Aljazair. Tidak hanya itu, saat otopsi terungkap pada bagian lengannya terdapat tato tentang jihad. Namun, polisi belum berani memastikan apakah Amokrane terlibat kelompok radikal.
Baca Juga: Diduga Depresi, Seorang Ayah di Tulungagung Tega Bunuh Anak Kandungnya
Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Hery Wiyanto, membenarkan pasca kejadian polisi melakukan pra rekontruksi dan menggeledah isi vila ditempati Amokrane. Hasilnya, ditemukan dua paspor itu.
"Memang ada dua paspor, tetapi kita belum bisa pastikan apakah yang bersangkutan memiliki kewarganegaraan ganda atau bukan. Ataukah salah satu paspornya itu palsu atau bukan, kita juga belum tahu. Yang jelas, dia masuk ke Bali menggunakan paspor Prancis yang masa tinggalnya di Indonesia habis pada bulan September 2015 lalu," kata Hery di Denpasar.
Banyaknya kejanggalan pada sosok Amokrane ini telah dibentuk tim investigasi terkait kasus ini. "Tim investigasi sudah dibentuk, terutama soal bagaimana sampai menyebabkan kematian terjadi pada salah satu anggota kami."
Baca Juga: Lansia di Malang Meninggal Usai Dianiaya Tetangganya di Dekat Makam Leluhur
Seperti diberitakan, ketenangan Pulau Bali terusik dengan hadirnya Amokrase Sabet si pembuat onar. Memiliki badan besar berotot penuh tato, membuatnya terlihat seram. Warga negara Perancis itu, bahkan tidak takut melawan polisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News