JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Berbeda dengan ketetapan pemerintah yang diikuti Nahdaltul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, ribuan jemaah Naqsabandiyah Kholidiyah Al Aliyah di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, baru akan menunaikan ibadah puasa besok Selasa (7/6). Keputusan itu selang sehari dengan ketetapan pemerintah yang menetapkan awal puasa Senin (6/6).
"Kami memang belum puasa hari ini (kemarin). Karena menurut Pak Kiai-nya, belum melihat bulan sehingga kami masih menunggu informasi dari Pak Kiai," ujar Ayu, warga Dusun Kapas, Desa Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.
Baca Juga: Bagikan Tafsir Al-Jailani, Khofifah Ajak GenZi Jadi Generasi yang Cinta dan Mengamalkan Quran
Menurutnya, warga setempat sudah menganut ajaran Naqsabandiyah Kholidiyah Al Aliyah sejak turun-temurun. Ia mengaku meski kerap berbeda, hal itu tidak menjadi masalah bagi mereka. Warga setempat tetap saling menghormati dan menghargai warga yang lebih dulu berpuasa.
"Tidak ada masalah. Sejak dulu memang begini, kita sering berbeda. Menurut kami, justru lebih enak karena hari rayanya lebih ramai kalau belakangan. Tapi kalau berbarengan, justru seperti sepi," ucapnya.
Pimpinan jemaah Naqsabandiyah Kholidiyah Al Aliyah, KH Nasuha Anwar, membenarkan jika jemaahnya belum menunaikan ibadah puasa hari ini. Hal itu disebabkan karena hilal yang belum terlihat pada rukyat yang dilakukan kemarin.
Baca Juga: Lebaran Tinggal Hitungan Hari, Ini Tips Berhijab Bagi yang Punya Pipi Tembem
"Kami kemarin juga berijtihad, mengikuti perjalanan rukyah Kemenag Kabupaten Jombang. Kami beserta jemaah tidak bisa melihat hasil rukyah. Karena dalam keadaan yang tidak jelas dan tidak yakin," ujarnya.
Menurut KH Nasuha, besok sore pihaknya akan kembali melakukan rukyatul hilal. Ada tujuh titik yang akan dijadikan tempat melakukan rukyat, yakni di Kecamatan Cukir, Ngoro, Ploso, Desa Tampingmojo Kecamatan Tembelang, serta di Desa Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan.
"Kami sudah kerahkan seluruh santri dan jemaah untuk melakukan rukyat. Semoga nanti saat rukyatul hilal diperlihatkan tanggal sehingga besok insya Allah kita mulai puasa," tuturnya, Senin (6/6) .
Baca Juga: Lucu! Polisi Bagikan Takjil, Pengendara Putar Balik, Jalan Raya Sepi, Mengira Tilang
Bebeda dengan di Jombang, Tarekat Naqsabandiyah Mudzhariyah Gersempal, Sampang, justru mengikuti penentuan awal Ramadhan dari pemerintah dan ormas Islam lainya. Hal ini menyikpai Jemaah Tarekat Nagsabandiyah Padang yang sebelumnya sudah puasa pada 4 Juni sebelum pemerintah mengumumkan penetapan.
"Kami memang sama-sama jamaah tarekat, sama dengan di Padang, tetapi, kami tetap menunggu segala keputusan dari pemerintah sebagai waliyyul amri dan ketentuan dari ormas NU," kata Bagian Humas Pengurus Sidqon Naqsabandiyah Mudzhariyah Sampang Kiai Sohibuddin di Sampang, Minggu.
Sohibuddin menjelaskan, perbedaan antara tarekat nasqsabandiyah di Sampang, Madura dengan di Padang, Sumatera Barat tidak hanya saat ini saja, tetapi juga setiap tahun.
Baca Juga: Al-Quran tentang Makna Digital
"Kami kira, kebetulan saja namanya sama, akan tetapi landasan dalam menetapkan awal Ramadhan berbeda. Kami tetap mengedepankan rukyatul hilal, mengikuti ketentuan pemerintah dan NU," katanya.
Tarekat Naqsabandiyah Mudzhariyah yang terpusat di Desa Gersempal, Sampang, Madura ini, merupakan jamaah tarekat di Jawa Timur, dengan jumlah jamaah mencapai puluhan ribu.
Selain tersebar di empat kabupaten di Pulau Madura, jamaah tarekat ini, juga tersebat di kepulauan, serta di daerah tapal kuda, Jawa Timur, seperti Situbondo, Bondowoso, dan Probolinggo, Jawa Timur.
Baca Juga: Selama Ramadhan, Polres Jember Gelar Patroli Kamtibmas
Di sisi lain, hingga kemarin Jemaah Tarekat Syattariyah belum melaksanakan ibadah puasa. Proses melihat hilal jemaah tersebut baru akan dilakukan pada Selasa (7/6) sore. Sebelumnya, penentuan proses melihat hilal yang dinamakan dengan Maniliak Bulan ini didahului dengan sidang ulama Syattariyah.
“Para ulama terlebih dulu Hisab Taqwin. Musyawarah untuk urut tahun dan urut bulan. Dimufakatkan, Selasa baru maniliak bulan. Maniliak bulan dilakukan sekitar pukul sekitar pukul 17.30,” ungkap pimpinan Syattariyah Nagari Ulakan, Padangpariaman, Ustadz Tuangku Qadi Ali Imran.
Menurut Tuangku Ali Imran, para ulama Tarekat Syattariyah dan masyarakat akan melihat bulan dari pinggir pantai depan halaman makam Syech Burhanuddin di Ulakan.
Baca Juga: Jangan Main-Main dengan Kata Kiblat, Ketahui Sejarah Perpindahannya yang Penuh Hikmah
Jika bulan memang terlihat, maka pada malam harinya akan langsung shalat tarawih, dan besoknya puasa. Namun, jika tidak, maka para ulama akan mengadakan sidang isbat, untuk menggenapkan Bulan Syakban sebanyak 30 hari. “Melihat bulan dilakukan dengan mata telanjang,” ujarnya.
Kata Tuangku Ali Imran, selain jamaah Syattariyah dari dalam Sumbar, seperti Solok, Agam, dan tentunya Padangpariaman, ada juga yang datang dari Pulau Jawa, seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. “Semuanya akan berkumpul di Ulakan untuk manilik bulan,” ujarnya.
Wakil Bupati Padangpariaman, Suhatri Bur menyampaikan, meski berbeda dengan pemerintah dan aliran lainnya, jangan lantas menjadikan sebagai perpecahan. Untuk itu, dia mengimbau untuk saling memahami dan memulai Ramadhan dengan khusuk dan menjalankan sebanyak mungkin ibadah.
Baca Juga: Kompak! Personel Gabungan dari Polsek Sidoarjo Kota dan Koramil 0816/01 Bagi Takjil ke Masyarakat
“Bukan perbedaannya, namun ibadahnya. Tentu semuanya sudah menurut syariaat. Jadi mari perbanyak ibadah, shalat Tarawih, baca Alquran, infak dan akhirnya berzakat,” ucapnya. (jpnn/mer/tic/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News