!["Teman Ahok" Tipu Banyak Orang, Hari Ini KPK Teken Surat Penyelidikan "Teman Ahok" Tipu Banyak Orang, Hari Ini KPK Teken Surat Penyelidikan](/images/uploads/berita/700/feca8c98937bf5ab514fdcb089f68885.jpg)
Awalnya, mereka berhasil menarik simpati karena dianggap model dari civil society next generation. Kelompok sukarelawan anak muda yang sadar politik, tapi tak mau tersandera politik. Namun, ujungnya terbongkar semua yang dilakukan hanya skenario politik.
"Makin kebongkar siapa Teman Ahok sebenarnya," katanya.
Di sisi lain, Politisi PDIP, Arteria Dahlan menilai proses penggalangan dukungan yang dilakukan Teman Ahok pada akhirnya mempersulit proses verifikasi data. Sebab penggalangan 1 juta KTP untuk Ahok dilakukan di mal atau di posko-posko.
Berbeda dengan calon perseorangan lainnya yang justru mendatangi rumah-rumah pendukung dengan cara mencacah dukungan secara manual.
"Jadi konsepnya rumahnya dulu diketahui baru habis itu mana orangnya mana KTPnya. Kalau ini kan enggak, KTP nya dulu baru sekarang cari rumahnya, itu kan sulit. Jadi kebingungan sekarang," kata Arteria.
Arteria yang juga anggota Komisi II DPR ini menyebut, sebagai pihak yang merevisi Undang-undang Pilkada, para pendukung calon independen harus dibuktikan secara fisik terlebih dahulu sebelum KTP sebagai identitas resmi pendukung. Sebab cara-cara yang digunakan oleh Teman Ahok menyulitkan saat verifikasi faktual dan rentan pemalsuan.
"Misalnya saya pakai alamat rumah orangtua tapi saya sudah tinggal di tempat berbeda, jadi kalau mau diverifikasi kan jadi sulit. Itu kalau yang benar. Kalau yang salah kan bisa saja orangnya tinggal di mana terus KTP-nya pinjem sama orang Jakarta buat dukungan Ahok," jelasnya.
Namun demikian, dirinya berharap proses verifikasi faktual pendukung Gubernur DKI Jakarta itu tidak menjegalnya untuk maju dari jalur independen.
"Jangan sampai masalah ini jadi menghambatnya. Jadi jelas kalau Pak Ahok kepilih karena didukung masyarakat Jakarta, kalau enggak kepilih ya memang karena enggak kepilih," tuturnya.
Sementara Ketua KPK Agus Rahardjo mengakui dirinya belum sempat menandatangani surat penyelidikan atas persoalan tersebut. Dia berjanji dalam waktu dekat segera menandatangani surat penyelidikan itu.
"Mungkin besok atau lusa," ujar Agus di Gedung DPR, Senayan Jakarta, Selasa (21/6) kemarin.
Sebelumnya usai menjalani pemeriksaan di KPK, Sunny Tanuwidjaja selaku staf khusus Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok membantah dugaan tersebut.(det/mer/tic/rol/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News