JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Demam Pokemon Go di masyarakat diiringi rumor yang kurang menyenangkan di dunia maya. Kali pertama muncul kata Pokemon memiliki arti ‘aku Yahudi’ sedangkan Pikachu memiliki arti ‘jadilah Yahudi’. Sedangkan yang terakhir Pokemon dikembangkan karena anti Islam, alasannya banyak Pokemon di masjid. Benarkah demikian?
Budi Rahardjo, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB menilai, sorotan terhadap Pokemon Go yang dikaitkan dengan agama dinilai tidak relevan dan berlebihan. Kegaduhan atas fenomena Pokemon Go cukup melenceng, jika dikaitkan dengan isu agama.
Baca Juga: Demam Pokemon GO, MUI Jombang Imbau Warga tak Tergoda Mainkan
"Pokemon Go dikembangkan orang yang anti-Islam? Wah, ini sudah kejauhan teorinya. Alasannya karena banyak Pokemon di masjid," tutur Budi di Bandung, Minggu (24/7).
Menurut Budi, database untuk penempatan Pokemon berasal dari perbaikan aplikasi permainan Ingress yang dikembangkan oleh Niantic Labs, perusahaan yang membuat dua aplikasi tersebut.
Ingress adalah permainan digital berbasis perangkat mobile yang menantang gamer untuk mengeksplorasi dunia dan menguasai tempat-tempat tertentu sebagai kawasan miliknya.
Baca Juga: MUI Pusat Belum Fatwakan Haram Pokemon, MUI Daerah sudah Ramai-ramai Haramkan
Baik Ingress maupun Pokemon memanfaatkan teknologi augmented reality dan juga didasarkan pada pemetaan lokasi dengan GPS, sehingga mengajak pengguna mencari kekuatan virtual di tempat-tempat seperti museum, monumen, dan ruang terbuka publik. Ingress dirilis pada 2013 untuk Android, kemudian disusul untuk iOS pada 2014.
Masjid, sambung Budi, kebetulan adalah tempat banyak orang berkumpul dan terdata di Ingress sebelumnya. "Apalagi, Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia. Itu saja, jadi tidak ada konspirasi di sini," ujar Budi.
Menurut dia, Niantic bagaimanapun merupakan perusahaan swasta murni komersial. Mereka sangat menghargai kerahasiaan data penggunanya. Jika tidak, bisnisnya akan hancur dengan sendirinya.
Baca Juga: BJ Habibie: Kalau Mau Jadi Presiden, Jangan Main Pokemon
Perusahaan digital besar umumnya sangat tidak suka menyerahkan data ini ke pemerintah, meskipun mereka kadang menjual data ini untuk keperluan bisnis lainnya semisal iklan.
"Jadi secara umum, perusahaan Nintendo tidak bekerja sama dengan CIA, meski CIA terkenal melakukan penyadapan-penyadapan terhadap perusahaan-perusahaan Amerika juga. Jadi boleh jadi terjadi penyadapan, tetapi tanpa sepengetahuan perusahaan sendiri. Jadi terjadi spy-and-contra-spy antara mereka. Adu kepintaran," imbuh Budi.
‘Aku Yahudi’
Baca Juga: Main Pokemon, Remaja 18 Tahun Tewas Diberdondong Senapan, Arab Saudi Keluarkan Fatwa Haram
Selain dikaitkan dengan isu agama, Pokemon juga memiliki kabar negatif lainnya bagi penggemarnya. Misalnya beberapa waktu belakangan ini, di media sosial beredar link yang menyebutkan jika Pokemon memiliki arti yang negatif dan menyudutkan salah satu agama. Banyak beredar di media sosial bahwa Pokemon sebenarnya dalam bahasa Syriac atau bahasa Suryani mempunyai arti “Aku Yahudi”. Sementara Pikachu disebutkan berarti “Jadilah Yahudi”, dan Charmander bermakna “Tuhan itu Lemah”.
Hal ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra dan menjadi perdebatan sengit di media sosial. Banyak yang meyakini dan membagikan rumor itu, banyak pula yang menganggap itu hanyalah hal yang cocoktologi.
Kala film kartun Pokemon sedang naik pamor di awal 2000an, Los Angeles Times pernah mengeluarkan berita terkait hal ini pada edisi 24 April 2001. Saat itu, negara-negara yang terletak di wilayah Timur Tengah memang pernah mempermasalahkan hal tersebut.
Baca Juga: Cegah Game Pokemon, Kolonel Chk M Ali Ridho Razia Ponsel Anggota Kodim/0814 Jombang
Dalam berita LA Times, disebutkan bahwa saat itu di negara-negara Timur Tengah seperti Oman, Qatar, Dubai, Yordania, Mesir, dan Arab Saudi banyak beredar rumor bahwa game Pokemon mempunyai konotasi yang mempromosikan perilaku anti Islam dan meyakini Yahudi.
Pihak Nintendo tentu saja membantah hal ini, tapi para pemimpin negara-negara itu masih tak bisa menerima Pokemon. Rumor itu muncul di tengah kekhawatiran negara-negara Arab akan asimilasi budaya yang muncul.
Sheik Abdel Monem abu Zent, mantan anggota parlemen Yordania menyampaikan bahwa mainan ini merupakan bagian dari rencana Yahudi untuk merusak pikiran generasi muda kita karena menyinggung pemikiran menghujat, mengolok-olok Allah dan nilai-nilai moral kita sehingga sangat berbahaya bagi generasi muda.
Baca Juga: Kapolres Bojonegoro Larang Anggota Main Game Pokemon Go
Sementara itu, Mohammed Abu Laila, profesor dari Al Azhar University menyebut jika hingga saat itu tak ada bukti kuat yang membenarkan rumor yang membuat para orangtua melarang anaknya bermain game Pokemon itu.
Dalam pernyataan di sebuah surat kabar Amman Yordania, Gereja Kristen Syriac Orthodox membantah tuduhan bahwa Pokemon dan nama karakter lain berakar dalam bahasa Syriac kuno dan mempunyai makna menghina Islam. Para petinggi gereja mengaku terkejut dengan surat yang masuk yang menyebut bahwa Pokemon memuat ajakan Yahudi. Hal itu tentu menimbulkan keresahan tersendiri.
Ia mengatakan jika dirinya bahkan telah menanyakan langsung kepada pihak yang mempopulerkan Pokemon. Pokemon sebenarnya hanyalah singkatan dari Pocket Monster atau monster saku.
Baca Juga: John Hanke Menciptakan Pokemon Go: 20 Tahun Merancang, Semalam Berhasil
Dinamakan Pocket Monster karena pokemon ini memiliki bisa dimasukkan dalam Pocket Ball yang bisa dimasukkan dalam saku. Sementara itu Pikachu merupakan gabungan dari kata Pika dan Chu. Pika merupakan nama binatang yang masih satu rumpun dengan kelinci, sedangkan Chu dalam bahasa Jepang artinya mencicit. (lp6/jdb/brln/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News