
SIDOARJO, BANGSAONLINE.com – Berbeda dengan candi lain di Sidoarjo, Candi Pamotan I dan II kondisinya memrihatinkan. Di musim hujan, sebagian candi terendam air, dan akhirnya tergerus.
Lilik, juru kunci candi Pamotan I dan II, menyesalkan hal ini, ketika ditemui, Kamis (22/09/2016).
Candi yang terletak di Desa Pamotan Kecamatan Porong, Sidoarjo ini dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dari pusat Kota Sidoarjo. Tepatnya berjarak 12 km dari Alun-alun, dengan mengendarai kendaraan bermotor, dikarenakan untuk masuk wilayah candi ini jalannya tidak lebar sekitar 2 meter.
Sementara jarak antara candi Pamotan I dengan candi Pamotan II hanya kurang lebih 50 meter.
Kini, kedua candi kondisinya memprihatinkan. Sebab jika hujan lebat melanda wilayah candi tersebut, maka kedua candi tersebut akan terendam khususnya candi Pamotan I. “Apalagi Pamotan I ini, kalau hujan lebat lama pasti terendam hingga sebagian candinya,” ujarnya.
Dirinya mengaku khawatir dengan keadaan candi yang semakin tergerus air. Apalagi kedua puncak candi itu sudah tidak utuh alias roboh.
Untuk candi Pamotan II tidak jauh berbeda dengan Pamotan I karena susunan batu bata merah candi hampir tidak berbentuk. Candi ini mempunyai nasib sama, yaitu terendam banjir.
Terkadang sebagian batu merahnya banyak yang tergerus dan runtuh dan juga terlihat arca di candi sudah tidak utuh yaitu bagian kepala arca yang sudah hilang. “Khusus candi ini masih belum ada yang meneliti, jadi kondisinya ya begini jika ada yang jatuh ya ditata lagi,” ujarnya.
(Kondisi candi Pamotan yang nyaris tak berbentuk)
Dirinya menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada yang melakukan penelitian arkeologi dan renovasi, seperti candi-candi lain, salah satunya adalah candi Pari. Hal ini yang membuat Lilik khawatir karena jika dibiarkan, maka kondisi candi akan rusak dan hilang.
Lilik berharap ada dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk ikut memperhatikan kedua candi ini karena candi ini juga bisa dibuat pembelajaran sejarah bagi generasi penerus bangsa.
“Kalau candi ini rusak dan hilang, pemuda masa depan belajar sejarahnya lewat mana kalau gak datang langsung ke lokasi,” lanjut dia. (rizky alvian/UTM)