BLITAR, BANGSAONLINE.com - Penyebaran HIV-AIDS di Kota Blitar semakin hari semakin mengkhawatirkan. Bahkan saat ini Kota Blitar masuk dalam kategori merah penyebaran penyakit yang disebabkan karena virus itu.
Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan Pengamatan dan Pemberantasan Penyakit, Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Dinas Kesehatan Kota Blitar Dissie L. Arlini mengatakan hasil temuan kasus warga Kota Blitar yang positif HIV-AIDS setiap tahun meningkat. Sampai September 2016, jumlah kasus sudah mencapai 100 penderita.
Baca Juga: RS Medika Utama Blitar Bantu Pekerja Informal Dapatkan Perlindungan dari BPJS Ketenagakerjaan
"Data tersebut sudah termasuk kasus temuan baru kita, di mana memang setiap tahun kami selalu menemukan data penderita baru, " tuturnya, Minggu (2/10).
Menurut Dissie kondisi ini sudah masuk kategori mengkhawatirkan karena mayoritas temuan kasus HIV-AIDS di Kota Blitar sudah masuk stadium AIDS. Bahkan diperkirakan masih banyak warga yang positif HIV yang belum terdeteksi karena masih merasa enggan memeriksakan diri karena malu atau takut dengan vonis HIV-AIDS. "Kebanyakan yang tidak mau memeriksakan diri kan karena malu, atau takut divonis, padahal jika segera terdeteksi penanganannya bisa diupayakan agar tidak semakin parah," imbuhnya.
Lanjut Dissie pihaknya sudah mengoptimalkan screening sosialisasi HIV-AIDS di semua Kelurahan di Kota Blitar termasuk test HIV-AIDS bagi ibu hamil di Puskesmas. Hal itu dilakukan untuk mendeteksi penderita HIV-AIDS sedini mungkin, agar cepat bisa ditangani dan tidak menukarkannya ke orang lain.
Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Dominasi Kasus Baru HIV/AIDS di Kabupaten Blitar, Kok Bisa?
"Ya kami terus berupaya agar penderita HIV ini bisa terdeteksi sedini mungkin agar cepat mendapatkan penanganan," jelasnya.
Sementara kalangan dewan DPRD kota Blitar menduga penyebaran virus HIV tersebut berasal dari menjamurnya kafe karaoke di Kota Blitar. Anggota Komisi I DPRD Kota Blitar Nuhan Eko Wahyudi mengatakan, dengan banyaknya kafe karaoke otomatis jumlah pemandu lagu juga bertambah. Ironisnya kebanyakan pemandu lagu tersebut kebanyakan datang dari luar daerah. Yang memperparah ada beberapa pemandu lagu yang merupakan mantan PSK dari beberapa lokalisasi yang sudah ditutup, seperti Dolly dan juga beberapa lokalisasi lainnya.
"Jika pemandu lagu itu mantan PSK, jelas mereka beresiko tinggi terinveksi HIV-AIDS serta berpotensi menyebarkannya ke pelanggan karaoke mereka, apalagi setelah lepas dari lokalisasi tidak ada yang memantau kualitas kesehatan mereka", kata Nuhan.
Baca Juga: Kasus Demam Berdarah di Blitar Melonjak: 9 Bulan, 634 Warga Terjangkit
Untuk itu ia mengimbau agar Pemkot semakin memperketat pengawasan warga yang pekerjaanya memiliki resiko tinggi penukaran virus mematikan tersebut. Selain itu warga yang memiliki orientasi seksual menyimpang juga harus diawasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari.
"Sebenarnya ini seperti fenomena gunung es, fakta yang terungkap hanya sedikit namun kenyataan di lapangan sangat masih sangat banyak yang belum terdeteksi, " pungkasnya. (tri/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News