BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - Tradisi petik laut yang diselenggarakan setiap tanggal 15 Suro dalam tahun Jawa, merupakan tradisi masyarakat Muncar, Banyuwangi yang sudah dijalani selama 115 tahun. Tradisi itu Minggu (16/10) dilaksanakan dengan meriah.
Petik laut merupakan tradisi tolak balak sekaligus ungkapan syukur atas hasil yang dicapai selama ini. Pelabuhan Muncar merupakan pelabuhan terbesar yang ada di Banyuwangi.
Baca Juga: Dongkrak Pencatatan KI Komunal, Kemenkumham Gandeng Pemkab Banyuwangi-Dewan Kesenian Blambangan
Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko saat membuka pesta tradisi masyarakat pesisir ini mengatakan, Pemkab konsisten mengangkat kearifan budaya lokal yang telah ada di tengah masyarakat. Salah satunya dengan mengemas tradisi tersebut menjadi bagian dalam agenda wisata tahunan Banyuwangi Festival.
“Ini bentuk intervensi Pemda untuk mengenalkan budaya asli Banyuwangi kepada masyarakat global dengan membranding tradisi ini dalam kemasan festival. Kita berharap tradisi ini akan terus hidup dan menjadi daya tarik yang mampu menggerakan kunjungan wisatawan ke Banyuwangi,” ujar Wakil Bupati.
Ketua penyelenggara Petik Laut Muncar, H. M. Hasan Basri mengatakan, tradisi ini rutin digelar nelayan pesisir Muncar sejak tahun 1901 silam. Tepatnya setiap tanggal 15 Syuro penanggalan Jawa, atau 15 Muharram penanggalan Qomariah yang bertepatan dengan pasangnya air laut.
Baca Juga: Pameran Seni Rupa ArtOs, Khofifah: Jadi Penyemangat Seniman Lokal untuk Terus Berkembang
Dalam arak-arakan, tandas Hasan, iring-iringan kapal berhenti di lokasi laut yang berair tenang dekat semenanjung Sembulungan yang disebut warga pesisir Muncar dengan plawangan. Di lokasi inilah ritual utama dilakukan, sesaji dilarung ke laut di bawah pimpinan seorang sesepuh nelayan.
Teriakan syukur masyarakat pesisir sontak menggema saat sesaji jatuh dan tenggelam di telan ombak. Para nelayan bergegas menceburkan diri ke laut berebut mendapatkan sesaji. Sesekali mereka juga terlihat menyiramkan air yang di lewati sesaji ke seluruh badan perahu.
"Kami percaya air ini menjadi pembersih malapetaka dan diberkati ketika melaut nanti," kata salah satu nelayan. (bwi1/rev)
Baca Juga: Nelayan Muncar Gelar Petik Laut Secara Sederhana di Masa Pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News