Jalan Semakin Rusak, Warga Desa Banyuurip, Senori Pertanyakan CSR PT. GCI

Jalan Semakin Rusak, Warga Desa Banyuurip, Senori Pertanyakan CSR PT. GCI Kondisi jalan desa Banyuurip yang rusak parah akibat sering dilalui kendaraan berat milik PT GCI. foto: AHMAD/ BANGSAONLINE

TUBAN, BANGSAONLINE.com - Warga Desa Banyuurip, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban mempertanyakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT GCI (Geo Cepu Indonesia) selaku KSO (Kerja sama Satuan Operasi) pengelola minyak milik PT Pertamina EP. Pasalnya, PT GCI sudah puluhan tahun menambang di Desa Banyuurip setempat.

Warga pun menilai keberadaan perusahaan tersebut belum memberi kontribusi kepada lingkungan sekitar.

Baca Juga: Mediasi Soal PHK Karyawan PT GCI Belum Buahkan Hasil

Sekretaris Desa Banyuurip, Aris, mengatakan bahwa tuntutan warga sekitar tidaklah berat, hanya meminta jalan-jalan yang rusak segera diperbaiki. Sebab, rusaknya jalan itu disebabkan kendaraan berat milik PT GCI yang kerap lewat.

"Hampir sehari ada 15 sampai 20 alat berat milik perusahaan yang melewati jalan poros penghubung dusun di desa ini. Karena bebannya berat, akhirnya membuat jalan berlubang-lubang," kata Aris saat ditemui BANGSAONLINE.com, Jum'at (3/2).

"Selama ini warga sekitar juga tidak diberi CSR. Lihat mas, jalan-jalan berlubang saja tidak diperbaiki," tambah Sekdes itu.

Baca Juga: Protes Di-PHK Sepihak, Puluhan Karyawan PT GCI Demo

Senada disampaikan Arif, salah satu guru sekaligus pengurus Masjid Nurul Iman, yang juga terletak di Desa Banyuurip. Kepada BANGSAONLINE.com, ia menyampaikan bahwa memang ada perbedaan ketika KSO-nya masih dipegang Bina Patra, dengan KSO saat ini, PT GCI.

"Adanya perbedaan perawatan masjid yang selama ini dibangun oleh perusahan. Dulunnya kata orang sini, pembangunan masjid dari Bina Patra," kata Arif

Sedangkan, saat KSO-nya PT GCI, Arif mengungkapkan, kini masjid tersebut sudah tak lagi diperhatikan. "Sarana dan prasarana masjid tidak diperhatikan oleh perusahaan. Seperti tembok mengelupas, air bersih yang sering mati dan atap masjid bocor karena lapuk dimakan usia," terang Arif.

Baca Juga: Ratusan Karyawan PT. GCI Mogok Kerja, Tuntut Kejelasan Nasib 60 Pekerja yang di-PHK

"Kami juga khawatir keselamatan 63 santri yang belajar ngaji setiap sore di masjid ini," imbuh Arif.

Ia mengatakan, sekarang ini operasional masjid hanya diberi Rp 600 ribu per bulan. Rinciannya, Rp 400 untuk biaya perawatan dan Rp 200 ribu untuk bisaroh 5 guru ngaji. Untuk itu, ia berharap agar Pertamina atau KSO-nya lebih memperhatikan sarana dan prasarana masjid.

Dikonfirmasi terkait hal ini, Humas PT GCI, Sugiharto, tak menjawab. Dihubungi melalui ponselnya, yang bersangkutan tak mengangkat meski terdengar nada sambung. (ahm/wan/rev)

Baca Juga: Komisi B DPRD Tuban Blejeti PT GCI, Kontribusi Dinilai Minim, Pertanyakan Transparansi DBH

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO