SITUBONDO, BANGSAONLINE.com - Hidup sebatang kara di gubuk reot berukuran 2,5 x 3 meter dengan kondisi tubuh sangat terbatas, Nenek tuna daksa asal Desa Peleyan Kecamatan Kapongan ini luput dari perhatian pemerintah setempat.
Ibu Ima, demikian nenek tuna daksa ini dikenal di kampungnya, bahkan harus mengungsi dari gubuk reotnya saat hujan turun karena kondisi gubuknya yang bocor di hampir setiap sudutnya.
Baca Juga: Terima Aduan dari BPS Terkait Pemberitaan, Ketua PWI Situbondo: Wartawan Harus Berpedoman pada KEJ
Meski dengan kondisi tubuh yang terbatas, nenek yang hanya menerima batuan raskin dari program pemerintah ini tetap sabar menjalani hidup dalam kondisi serba kekurangan.
"Saya hidup sendirian nak, keadaannya sudah seperti ini. Untuk hidup saya berjualan cemilan di sekolah. Penghasilan kotor Rp 30 ribu, itu pun kalau dagangan laku semua, modalnya hutang dulu. Nanti jika 10 hari baru membayar," lirihnya.
Nenek yang tidak pernah merasakan rasanya memiliki kedua kaki sejak lahir dan hanya tinggal sebatangkara sejak kecil ini mengaku, sampai saat ini belum pernah menerima bantuan dari pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pisat.
Baca Juga: Temaram Lilin dan Pembacaan Puisi Hiasi Peringatan HPN 2023 IWO Situbondo
Satu-satunya bantuan pemerintah yang dia terima berupa beras untuk orang miskin (Raskin). Itu pun harus didapat dengan uang tebusan seperti warga miskin lainnya.
"Hanya beras raskin itu, itu pun bisa didapat dengan uang tebusan, kalau (bantuan) yang lainnya tidak pernah," tuturnya.
Kondisi memprihatinkan yang harus dijalani nenek tuna daksa ini mengundang keprihatinan Forum Jurnalis Harian Situbondo (Rumah Satu) untuk sekadar berbagi memberikan uluran tangan berupa sembako dan uang ala kadarnya dari hasil sumbangan anggota.
Baca Juga: Ajak Sinergi Majukan Situbondo, Bupati Karna Buat Sejarah Rangkul Semua Media
"Alhamdulillah, teman-teman Forum Silaturrahmi Jurnalis Harian Situbondo bisa berbagi. Tidak banyak, hanya sembako dan uang ala kadarnya dari hasil sumbangan teman-teman anggota Rumah Satu," kata Zaini Zen, ketua Rumah Satu.
Pria yang akrab disapa Zen ini menambahkan, apa yang dilakukan oleh Rumah Satu tersebut bukan soal materi, melainkan cara seluruh teman-teman jurnalis harian yang tergabung dalam Rumah Satu bisa menumbuhkan sikap empati kepada masyarakat yang kurang mampu.
"Mudah-mudahan barokah. Bu ima, penyandang tuna daksa di Desa Peleyan, Kecamatan Kapongan, dengan kondisi fisik yang susah untuk berjalan, beliau harus berjualan di salah satu sekolah dasar untuk menyambung hidup. Semoga Ibu Ima ini menjadi inspirasi bagi kami," harapnya. (stb1/had/rev)
Baca Juga: Lecehkan Profesi Jurnalis, Warga Situbondo Dilaporkan ke Polisi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News