SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Di era moderen yang serba canggih dan digital ini, tantangan orang tua untuk mendidik anak bukan semakin ringan, sebaliknya justru semakin berat. Dengan hanya sebuah gadget di tangan, anak bisa mendapatkan informasi yang baik maupun yang jahat hanya dalam sebuah sentuhan di layar gadget. Informasi jahat akan mudah mengendap dan menjadikan prilaku buruk anak.
Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Perpustakaan Khofifah, Prof Kiai Imam Ghazali Berharap seperti Al-Azhar Mesir
“Padahal anak adalah ‘investasi’ masa depan orang tuah. Anaklah yang akan menentukan nasib orang tua kelak, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat,” ujar Dr. H. Nafi’ Mubarok SH, MHI, Ketua Yayasan PP Sunan Kalijogo ketika berbincang dengan BANGSAONLINE.com, Jumat (9/6).
Nafi’ melanjutkan, orang tua berharap, saat tua menjadi masa istirahat dan menikmati seluruh hasil perjuangan hidup di masa muda. Namun ketika investasi pada anak itu salah, justru anak-anak tidak membuatnya gembira, sebaliknya bahkan menyusahkan. Banyak orang tua yang dibuat tidak berdaya karena perilaku anak.
“Kalau sudah seperti itu orang tua akan menyalahkan anak. Padahal, awalnya, anak ibaratnya hanyalah kertas kosong. Gambaran dan isi kertas kosong itu terserah pada orang tua yang menulisnya. Sebelum terlambat, mari kita isi kertas kosong anak-anak kita itu dengan gambaran kebaikan,” papar Nafi’ yang juga mengelola MTs dan MA Unggulan Sunan Kalijogo ini.
Baca Juga: Khofifah Sebut Pesantren Digital Al Yasmin Jadi Kafetaria Dakwah Bil Mal
MTs dan MA Sunan Kalijogo sendiri, papar Nafi’, memiliki kiat tersendiri untuk mengatasi dekandensi moral generasi muda saat ini. Selain belajar di MTs atau MA siswa juga ada kewajiban untuk mondok selama 24 jam. Dengan demikian, siswa akan terproteksi dari pengaruh buruk yang kemungkinan masuk.
“Ketika itulah siswa kita ajarkan untuk baca tulis Alquran, kemudian bahasa Arab dan membaca kitab Kuning. Kelak ketika mereka sudah lulus akan benar-benar menjadi generasi qurani. Mereka akan menjadi orang yang berilmu, beramal, bertaqwa dan menjadi anak yang akhlakul karimah,”terang Nafi’.
Kenapa sistem pendidikan seperti itu penting? Nafi’ menceritakan, dalam Alquran dikisahkan; terdapat anak yang hendak disiksa di nereka. Namun dia menolak, dan justru melaporkan orang tuanya. Sang anak mengatakan, kesesatannya karena orang tuanya tidak memberinya bekal yang baik. Dia siap disiksa apabila orang tuanya juga disiksa, bahkan kalau bisa dua kali lipatnya, karena menyebabkan kesesatannya. (ns)
Baca Juga: BRI Cabang Kaliasin Bangun Sinergi dengan Pesantren Luhur Al Husna Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News