BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Ramainya penolakan full day Sschool (FDS) oleh Badan otonom (Banom) Nahdlatul Ulama di beberapa kota/kabupaten diikuti Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama ( PC IPNU) Bojonegoro. Bagi mereka, FDS ada dampak negatif dan positifnya, namun banyak negatifnya.
Menurut ketua PC IPNU Bojonegoro M. Nur Abidin, FDS yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia itu jika dinilai dari sisi positifnya untuk memaksimalkan belajar dan pembelajaran, terlebih meningkatkan potensi siswa. Namun jika dilihat dari dampak negatifnya bisa membuat pelajar menjadi jenuh dan bosan.
Baca Juga: Fashion Show Gaun Plastik Bekas Meriahkan Peringatan 1 Abad NU
"Penerapan sistem full days school harus dikaji dengan serius dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya, sebab tujuannya untuk memajukan pendidikan di Indonesia yang notabenya setiap daerah berbeda kultur dan budaya," ujar Abidin, Sabtu (12/8).
Dampak negatif lainnya, kata dia, para pelajar cenderung kurang bisa bersosial kepada masyarakat, bahkan pelajar yang biasa mencari ilmu agama (ngaji) usai pulang sekolah terancam tidak bisa, lantaran waktunya habis di sekolahan.
"Jika benar diterapkan, saya yakin pendidikan di Indonesia ini bukan tambah maju tapi tambah semrawut," tegas dia.
Baca Juga: Tafsir Al-Isra 7: Sarjana Itu Menyobek Ijazahnya Sendiri
Penolakan FDS juga disampaikan M. Nazik, salah satu pengajar di Madrasah Diniyyah (Madin) Desa Simorejo, Kecamatan Kanor. Menurutnya, kebijakan full day school dianggap lebih banyak mendatangkan kerugian dibanding manfaatnya. Secara budaya, program sekolah lima hari itu mengancam keberadaan madrasah diniyah.
"Padahal madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan budi pekerti kepada anak didik," tutur dia. (nur/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News