Cintai Wayang Sejak Balita, Akhirnya Jadi Dalang

Cintai Wayang Sejak Balita, Akhirnya Jadi Dalang In action. foto; istimewa

“Saya selalu memainkan wayang versi Surakarta, karena di saerah saya (kediri) ada pengaruh-pengaruh dari keraton Surakarta. Termasuk bahasa yang digunakan. Saya selalu menggunakan Purwo karena perbendaharaan cerita. Dari kecil sudah belajar tentang wayang kulit purwo. Jika mau ganti berubah ke jenis wayang lain harus memperbarui tentang pengetahuan cerita termasuk pola garap dan sajian.”

Untuk menjaga dan melestarikan kesenian Jawa, Faisal mengajarkannya kepada generasi muda, khususnya anak SD. Ia mengajar pedalangan di SD. Menurutnya anak SD adalah anak yang paling berpotensi untuk meneruskan dan melestarikan bangsa. Selain mengajarkan pewayang di SD, ia juga mempunyai cara lain untuk mengajak generasi muda menyukai wayang. Cara untuk melestarikan yaitu dengan mengajak teman-temannya menonton wayang dan menjelaskan tentang peranan tokoh dalam setiap cerita wayang.

Setiap Suro dan acara–acara besar dalam kalender Jawa, ia banyak sekali tawaran untuk mendalang. Sebulan bisa mencapai 10 kali mendalang. Setiap mendalang, ia meraih upah sampai 5 juta per malam.

“Setiap hari wayang berkembang semakin cepat. Meskipun seiring dengan pesatnya teknologi pada masa kini. Wayang masih menjadi pusat perhatian tersendiri bagi masyarakat. Seiring dengan Kemajuan Teknologi ada keuntungan terendiri dalam dunia pewayangan. Anak kecil bisa belajar dan mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai wayang melalui handphonenya,” Tutur Faishal.

Selain itu ia juga tidak khawatir tentang masa depan wayang di Indonesia. Menurutnya setiap generasi di Indonesia mempunyai potensi untuk melestarikan kesenian termasuk Wayang. Sekarang pun sudah banyak generasi muda di Indonesia yang belajar tentang pewayangan dan pedalangan. (*)

Sumber: *Dhian Bhintariana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO