MUI Jambersari Darus Sholah: Agama dan Hadits Jangan Dijadikan Komoditas Politik

MUI Jambersari Darus Sholah: Agama dan Hadits Jangan Dijadikan Komoditas Politik Kedua kontestan di Pilkada serentak 2018 ini, yakni Salwa-Irwan No.1 dan Dafir-Dayat No.2.

BONDOWOSO, BANGSAONLINE.com - Suhu politik pemilihan kepala daerah di Bondowoso nampaknya semakin sengit. Pertarungan dua kader terbaik NU itu memiliki arus dukungan yang sama-sama kuat di akar rumput masyarakat.

Kedua kontestan di Pilkada serentak 2018 ini, yakni Salwa-Irwan No.1 dan Dafir-Dayat No.2. Mereka berdua adu strategi untuk meraup dukungan masyarakat, bahkan cerita malam Isro' Mi'rajpun dijadikan bahan kampanye yang pada malam itu Nabi Muhammad disodori dua pilihan minuman, No.1 susu dan No. 2 khamer.

Baca Juga: Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila, Pasangan Dhafir-Dayat Ungguli Sabar

Pidato KH. Salwa Arifin, pengasuh Ponpes Mambaul Ulum, Tangsil Wetan, Kecamatan Wonosari di salah satu kecamatan Bondowoso itu bermula. Pidato yang seharusnya menjadi bagian terpenting dari khazanah keilmuan, tentang sejarah kenabian itu ditelan dan berbelok menjadi komoditas politik.

“Saya tidak ingin mengoreksi isi pidato KH. Salwa Arifin, saya hanya ingin mengatakan bahwa sangat tidak elok rasanya menjadikan persoalan risalah kenabian itu sebagai komoditas politik. Tidak baik juga mengoreksi isi maupun mempertentangkan hadis yang tidak ada kaitannya itu dengan situasi Pilkada,” ujar Ketua MUI Kecamatan Jambesari Darus Sholah Kiai Mahfud Rozi, Minggu (1/4).

Menurutnya, KH. Salwa merupakan tokoh yang luar biasa. Beliau adalah figur yang seharusnya menjadi panutan dan menjadi penawar rindu ketika masyarakat Bondowoso sedang mengalami masa dimana mereka harus diberikan kasih sayang.

Baca Juga: Begini Cara Dafir-Dayat Selamatkan Petani Bondowoso Saat Gagal Panen

Sebab, menurut alumni senior PP Sidogiri, Rais Syuriah MWC NU Jambesari mengatakan bahwa debat terkait dengan masalah susu dan khamer dalam pidato Kiai Salwa tidak layak bahkan cenderung melahirkan sikap sikap berbudi pekerti yang buruk, berakhlak buruk terhadap ulama hadist. 

“Tidak elok ya, kita adalah masyarakat santri. Jangan sampai menjadikan risalah kenabian, menjadikan hadist nabi sebagai bahan untuk kepentingan politik sesaat. Apalagi hanya untuk memuaskan nafsu berkuasa,” ujarnya.

Soal urutan susu dan khamar dalam cerita Isra Miraj kata Mahfud, kalau mengacu pada kitab hadist induknya tentu sangat menguntungkan pasangan nomor urut 2. Karena dari sekian kitab lebih banyak menerangkan kalau khamer no 1 dan susu no 2.

Baca Juga: Ratusan Ribu DPS Pilkada Bondowoso Diduga Invalid

"Saya kira tidak perlu berdebat karena cendrung akan melahirkan su'ul adab kepada para Ulama hadist, dan juga tidak elok kalau kemudian hal yang bermuatan agama dijadikan kepentingan politik praktis," pungkasnya. (gik/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO