Air Mata (Dalam Kasih Sayang dan Kelembutan)

Air Mata (Dalam Kasih Sayang dan Kelembutan) Nampak Ning Ita Wali Kota Mojokerto menyapa warga kota dengan penuh kekeluargaan.

Tiba-tiba wanita dengan hijab besar yang menutup hampir sebagian tubunhya itu meneteskan air mata. Suasana canda tawa terjeda beberapa saat, terseruak oleh keharuan kala tetesan air mata jatuh membasahi jarik yang ia kenakan.

Reflek tangan kanannya pun bergerak mengusap jarik dengan kombinasi bunga mawar menyela di tengah tengah parangnya itu. Lalu menarik sudut jilbab diangkat mengusap basah kedua kelopak matanya.

Sontak, Ning Ita pun tak kuasa menahan haru. Punggung jari telunjuknya langsung terangkat mengusap tetes air mata yang membasahi ujung bulu matanya, meski cepat-cepat harus menguasai diri dan kembali ke suasana semula.

Begitupun aku yang menyaksikan tepat di depannya, tak bisa lepas terbawa haru. Tak terasa sudut kelopak mataku yang semula basah keringat, kini bercampur tetes air mata. Tapi frekuensi kedipan ujung bulu mata yang bergerak cepat, segera mengeringkan tetes lembut air mata itu, hingga tak kelihatan bekasnya dan kembali senyum sediakala.

Aku berusaha menahan rasa haru itu. Rasa yang menyentuh lembut relung kalbuku. Hingga tetesan air sejuk terasa seperti mengalir dalam kering kerongkonganku. Lagi lagi aku harus menguasai diri dan kembali mengulumkan senyum dengan cepat.

Tak lama para punggawa dengan membawa minuman susu dan roti yang sudah siap disantunkan, diserahkan langsung oleh Ning Ita kepada masing-masing penghuni rumah lansia itu.

"Ibu-ibu harus tetap semangat menjalani kehidupan ini, agar tetap sehat dan dapat melaksanakan Ibadah sholat dengan khusyu'," ungkap Ning Ita sembari menghibur kepada mereka semua.

"Aamiin," jawab serentak mereka.

"Saya juga minta tolong didoakan agar selalu dalam keadaan aman dan masyarakatnya makin makmur," pinta Ning Ita. "Aamiin," jawab mereka.

Terdengar di antara mereka yang meneruskan dengan kalimat, "Kulo dongakno Jeng," (Saya doakan Jeng). "Aamiin," jawaban balik Ning Ita.

Aku pun ikut mengamininya dalam hati.

Spontanitas munajat dari hamba di usia senjanya, lebih dekat mustajabah, karena lirikan welas asih Rahmat-Nya selalu mengikuti ke mana ia berada. Terus diikuti dan tak pernah melepaskan dari lembut kasih sayang-Nya.

Pun pula tetesan air mata kelembutan dan kasih sayang, akan memantulkan rasa cinta. Cinta kepada sesama. Cinta kepada alam semesta dan semua ciptaan-Nya. Karena dengan cinta akan menjadi magnet curahan Rahmat yang tak terhingga.

Karena Rahmat pula, kita dapat mengelola untuk mewujudkannya menjadi barokah yang melimpah. Tak salah kala Wali Kota mohon doa kepada wanita senja agar masyarakat hidupnya makin makmur dan sejahtera.

Semoga niat itu senantiasa terjaga dari segala atribut tendensi yang dapat mengeringkan Rahmat.

Semoga titik-titik air yang mengalir dari sudut kelopak mata itu terjaga dari tangis kemunafikan.

Semoga pekat air mata yang mengering di kelopak mata dan bekas yang melekat di punggung jari telunjuk, serta manik tetesnya yang mengena motif mawar di sela parang jarik, ataupun yang masih membekas di sudut hijab wanita renta itu, menjadi saksi, bahwa itu adalah tetesan air dingin dari jenis tangis kasih sayang dan kelembutan.

Semoga Rabu 27 Februari 2019 kala semburat sinar surya yang menerobos awan tipis terarak udara panas, sedikit di arah timur titik nadzir, adalah saat yang dapat melahirkan kecintaan dan mengantarkan menuju kebahagiaan yang hakiki fiddun-ya chattal akhiroh. Aamiin...*

*) Penulis adalah Kabag Humas dan Protokol Sekretariat Daerah .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pastikan Harga Stabil Jelang Idul Adha, Wali Kota Mojokerto Sidak Pasar Hewan dan Bahan Pangan':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO