SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Sejumlah retakan yang terjadi pada bangunan Candi Tetek Belahan mendapat perhatian dari Ki Bagong Sabdo Sinukarto, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan (DK3P).
"Candi Belahan ini belakang bangunane retak semua, beberapa hari lalu saya sudah bilang ke Disbudpar, tapi belum ada reaksi. Ini gimana?," keluh Ki Bagong kepada BANGSAONLINE.com via WhatsApp, Ahad (26/5).
Baca Juga: Warga Sukoreno Pasuruan Temukan Candi di Pemakaman Umum Desa
Menurut Ki Bagong, retakan yang terjadi pada Candi Tetek Belahan merupakan dampak dari getaran kendaraan yang melintas di sekitar candi. Karena itu, ia mengusulkan agar dibangun jalan arteri, khususnya untuk kendaraan roda empat, supaya tidak berlalu lalang melintasi sekitar candi tersebut.
Ki Bagong juga menyarankan kepada Pemerintah Kabupaten Pasuruan, khususnya Disparbud, untuk segera bekerja sama dengan Badan Penelitian Cagar Budaya (BPCB) guna memperbaiki kondisi candi tersebut.
"Kebiasaan pemerintah itu saling lempar tugas kalau ada usulan semacam perbaikan cagar budaya seperti itu. Nanti kalau saya laporan ke Disparbud, mesti saling lempar itu. Dari situ suruh ke BPCB, sesampai di Trowulan, masih akan dilakukan penelitian ulang, pengkajian dan segala macem, halah keswuen (terlalu lama, red). Aku punya uang sendiri tak tanggung semua itu," terang Ki Bagong.
Baca Juga: Datangi Gedung DPRD Kabupaten Pasuruan, Warga Keluhkan Larangan Mandi di Candi Belahan
Selaku insan budaya, Bagong mengaku prihatin melihat kondisi candi yang hampir rusak tersebut. Pasalnya, Candi Tetek Belahan merupakan satu-satunya candi di Jawa Timur yang memiliki keistimewaan berupa mata air. Hal ini menjadi ikon kharismatik bagi wisatawan.
Ki Bagong memaparkan bahwa pengunjung yang datang ke candi tersebut itu dari berbagai daerah dan tak pernah absen tiap tahun. Di antaranya berasal dari Bali, Jawa Tengah, Kalimantan, dan berbagai daerah di luar Pasuruan.
Baca Juga: Dilarang Mandi dan Ritual di Candi Belahan Gempol, FPK Protes
"Jadi jika Pemerintah Kabupaten Pasuruan peka dengan kondisi cagar budaya tersebut, tentunya Pasuruan akan dipandang positif di mata para pengunjung dari berbagai daerah," katanya.
Lebih lanjut, Ki Bagong menceritakan bahwa candi tersebut merupakan peninggalan purbakala sebelum Majapahit berdiri. "Candi itu dibangun di masa kerajaan Airlangga, sekitar abad 9 atau 10," ceritanya.
"Mugo-mugo anak cucu kita masih bisa menyaksikan peninggalan nenek moyang kita," pungkas Ki Bagong.
Baca Juga: Kolam Sedang, Sisa-sisa Jejak Petilasan Pembuatan Keris Majapahit
Sementara pengakuan warga sekitar bahwa air candi itu dianggap memiliki kekeramatan tersendiri. Menurut Habibi warga asal Bulusari, Gempol, Pasuruan, bahwa warga setempat percaya air yang mengalir dari candi itu bisa membuat awet muda. "Air itu juga gunanya untuk menyembuhkan segala penyakit," kata Habibi kepada BANGSAONLINE.com.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Kepala Bidang Pelestarian Budaya Disparbud Pasuruan Nurul Hidayati mengaku telah menerima laporan terkait kerusakan candi tersebut. "Iya mas, saya sudah dapat Infonya. Sudah saya laporkan ke pihak pengelola," singkat Nurul saat dikonfirmasi BANGSAONLINE.com.
"Saya harus konsultasi dulu mas, dengan BPCB," tambah dia. (afa/rev)
Baca Juga: Ini Alasan Tim BPCB Jatim Belum Berani Pastikan Waktu Perbaikan Candi Belahan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News