Kiai As’ad Ali Pernah Diragukan Ke-NU-annya, Apa Komentarnya?

Kiai As’ad Ali Pernah Diragukan Ke-NU-annya, Apa Komentarnya? Dr. KH. As'ad Said Ali (kanan) bersama Dr Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dalam acara peresmian Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto jawa Timur, Kamis (24/7/2019). foto: BANGSAONLINE.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dr. KH. As’ad Said Ali, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (Waka BIN) mengaku pernah diragukan ke--annya ketika diangkat sebagai Wakil Ketua Umum PB pada 2010-2015. Uniknya, orang yang menganggap Kiai As’ad bukan kader itu justru salah satu pengurus teras PB.

“Saya datangi. Saya tanya lebih lama siapa mondoknya antara saya dengan sampean,” kata Kiai As’ad Ali. Tak pelak, pengurus PB yang merasa paling itu gelagapan. Ternyata justifikasi dan bukan itu sangat politis.

Pengalaman unik itu disampaikan Kiai As’ad Ali kepada BANGSAONLINE.com saat media ini menjemput tokoh kelahiran Kudus Jawa Tengah itu di Bandara Internasional Juanda Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (24/7/2019) lalu.

Sejak peristiwa itu, keraguan terhadap ke--an Kiai As’ad reda. Apalagi, ia menjabat sebagai wakil ketua umum PB karena diminta KHA Sahal Mahfudz yang saat itu terpilih sebagai Rais Aam.

Kiai As’ad Ali sendiri merasa sejak lahir karena orang tua dan keluarganya memang tulen. Bahkan sebelum masuk struktur PB, Kiai As'ad disebut-sebut banyak membantu terutama dari segi pendanaan. Kiai As’ad alumnus juga Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta asuhan KH Ali Makshum. 

Hanya saja sejak muda ia meniti karier di BIN. Ia masuk BIN sejak lulus FISIP Universitas Gadjah Mada (UGM) Jurusan Hu­bungan Internasional tahun 1974. Ia malang melintang di dunia intelijen tak kurang 36 tahun. Karena itu mudah dipahami jika banyak pihak menilai bahwa tokoh yang lahir 19 Desember 1949 itu merupakan salah satu tokoh BIN terbaik di negeri ini.

Di , Kiai As’ad identik dengan kaderisasi, terutama Pendidikan Kader Penggerak Nahdhaltul Ulama (PKP). Namun Kiai As’ad mengklarifikasi. Menurut dia, PKP berawal dari keputusan pleno PB di Yogyakarta. Namun program pengkaderan itu tak jalan karena tak ada yang menangani terutama karena faktor dana. Maklum, untuk kegiatan itu butuh Rp 300 juta pada gelombang pertama. Akhirnya Kiai As’ad terjun langsung.

Lihat juga video 'BREAKING NEWS: Pernyataan Dr KH As'ad Said Ali Bersedia Dicalonkan sebagai Ketua Umum PBNU':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO