JEMBER, BANGSAONLINE.com - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir memenuhi undangan dari Universitas Jember (Unej) untuk memberikan sambutan dalam acara soft launching gedung integrated laboratory, Jember, Jawa Timur, Kamis (10/10/2019).
Saat datang, Menristekdikti disambut langsung oleh Rektor Unej Moh. Hasan. Namun saat pulang, malah dilepas teriakan protes sejumlah aktivis mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unej.
Baca Juga: Mahasiswa UTM Ajak Masyarakat Siaga Meski RUU Pilkada Dibatalkan: DPR RI dan Jokowi Bisa Bermanuver
Dalam teriakan protes itu, sejumlah mahasiswa menyampaikan penolakan tindakan represif Menristekdikti dan mengeluarkan dua tuntutan.
"Pertama, mencabut pernyataan Menristekdikti terkait ancaman kepada rektor yang menyuruh dan membiarkan mahasiswa melakukan aksi turun jalan. Kedua, mendesak Menristekdikti menindaklanjuti jatuhnya korban pada aksi turun jalan," ujar Wakil Presiden BEM Unej Muhammad Rizal usai melakukan aksi protesnya di depan menteri.
Ia mengungkapkan, aksi protes yang dilakukannya itu, sebelumnya setelah diketahui ada birokrat kampus yang meminta agar tak ada aksi unjuk rasa dengan alasan menjaga kondusivitas.
Baca Juga: Bersama PDGI Jatim, RSGMP Unej Gelar Bakti Sosial
"Kami mau melakukan aksi. Kami diredam dengan disediakan audiensi. Tapi audiensinya tidak ada proses dialektika. Tidak ada kesepakatan dan tidak ada output bagi kami,” jelasnya.
Menurutnya, aksi penyampaian pendapat di depan menteri terkesan dikondisikan. “Kami digembosi banyak kali sampai tidak dibolehkan, hanya dikasih waktu 10 menit,” kata Presiden Mahasiswa Unej Ahmad Fairuz Abadi ikut menambahkan.
Mahasiswa akhirnya sepakat bertemu dan berdialog dengan Nasir, setelah acara seremonial selesai. Namun kekecewaan mahasiswa yang dirasakan. Karena Nasir menolak menandatangani dukungan terhadap dua tuntutan sebagaimana diinginkan mahasiswa.
Baca Juga: Universitas Jember Kecam Pembongkaran Rumah Singgah Bung Karno di Padang
Bahkan Nasir merasa tidak pernah merepresi rektor dan persoalan jatuh korban dalam aksi mahasiswa bukan kewenangannya untuk menangani. “Buat apa (tanda tangan),” katanya singkat.
Bahkan sempat pernyataan itu dijawab Wakil Presiden BEM Unej Rizal. "Kami butuh buat catatan sejarah kami,” katanya.
“Buat apa sejarah? (Ada) pernyataan di media. Sudah cukup ya?,” kata Nasir yang kemudian meninggalkan ruangan.
Baca Juga: Undang Tim dari Jerman, Universitas Jember Lanjutkan Akreditasi Internasional
Sebelumnya, mahasiswa dan Nasir sempat terlibat dialog. Mereka meminta klarifikasi pernyataan Nasir di media massa beberapa waktu lalu yang merespons aksi unjuk rasa mahasiswa. Rizal menganggap pernyataan itu mendiskreditkan mahasiswa.
Nasir menegaskan tak pernah memberikan pernyataan di media massa sebagaimana dituduhkan. “Saya ingin mendorong mahasiswa Indonesia bagaimana menghadapi era global. Kalau mahasiswa menuntut RUU yang dilakukan (disahkan, red) DPR, silakan dibicarakan melalui prosedur hukumnya,” katanya.
Nasir mengaku pernah mengumpulkan ribuan mahasiswa di Semarang, Jawa Tengah. “Kita selesaikan urusan ini di perundingan atau dalam diskusi. Bukan di jalan. Jalan itu bukan untuk menyelesaikan masalah,” katanya. Ia mendorong dilakukannya diskusi.
Baca Juga: Tolak Masa Jabatan Kades 9 Tahun, Puluhan Mahasiswa Geruduk Kantor DPRD Kabupaten Kediri
Namun, Nasir mengatakan, tak melarang seseorang menyatakan pendapat. “Itu hak individu. Tapi saya ingin mengajak para mahasiswa berdiskusi dengan kepala dingin, dengan para ahli,” tandasnya. (jbr1/yud/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News