BangsaOnline-Haul kelima wafatnya KH. Abdurrahman Wahid dihadiri ribuan orang. Setidaknya dari data yang dihimpun dari polisi, sekitar 1.000 orang akan memadati Kompleks Al-Munawaroh, Jalan Warung Silah 10, Ciganjur, Jakarta Selatan. Jumlah ini bisa bertambah.
Dari pantauan, memang sudah terlihat massa yang ingin menghadiri haul Gus Dur. Bahkan pengamanan baik dari banser maupun pihak kepolisian berjaga disekitar tempat acara.
Haul ke-5 ini mengangkat tema "Kepemimpinan Etis dan Tawadhu kepada Kepentingan Umat dan akan diisi pembacaan tahlil oleh pengasuh Pesantren Al-Aziziyah Denanyar Jombang, Jawa Timur KH. Azis Masyhuri serta testimoni mengenai kehidupan mantan Ketua Umum PBNU itu.
Juga ada penampilan dari pelawak Mohamad Syakirun alias Kirun dan penulis Presiden Gus Dur Untold Stories, Priyo Sambadha. Sementara taushiyah, ceramah agama akan dibawakan Si Celurit Emas dari Madura, KH. Dzamawi Imron.
Acara akan dimeriahkan pula dengan tarian sufi, pertunjukan lukisan bayangan pasir oleh seniman asal bandung Ja'far Fauzan, dan pembacaan puisi Arab yang dibuat khusus KH. Husein Muhammad, murid Gus Dur yang juga mantan komisioner Komnas Perempuan.
Ribuan jamaah yang akan hadir ini datang dari wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, bahkan dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Tak hanya anggota majlis taklim, komunitas, yang akan hadir juga para pejabat negara, tokoh publik hingga kalangan umum.
Baca Juga: Hadratussyaikh Menempatkan Keulamaan di atas Politik, Berwibawa dan Fatwanya Didengar
Inayah Wahid, puteri keempat sekaligus panitia 5 Tahun Wafatnya Gus Dur saat ditemui dikediamannya di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu malam (27/12) mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu mengatasi beragam masalah kebangsaan seperti kemiskinan, bencana alam, korupsi, konflik dan kekerasan. Bahkan, Indonesia perlu mengembangkan gerakan kepemimpinan yang bertumpu pada nilai-nilai etis dan memiliki sikap rendah hati dan tidak sombong.
"Kepemimpinan etis itu ukurannya kepatutan, moralitas umum, dan kemaslahatan bersama. Bukan sekedar hukum formal dan pencitraan di media" ujarnya.
Inayah mengkritisi sikap pemimpin yang lebih suka mempertontonkan kemewahan dan kerap menyampaikan pernyataan yang bertolak belakang dengan perbuatan.
"Ada pemimpin yang kekayaannya menumpuk di tengah hidup warganya yang menghadapi busung lapar," ungkapnya.
Jika tujuan dasar pemimpin adalah memenuhi kepentingan umat, jelasnya, maka seorang pemimpin harus betul-betul mengerti dan peka terhadap apa yang dirasakan umat yang yang dipimpinnya. Jika sebagian besar umat masih menghadapi masalah kesulitan ekonomi maka kepemimpinan etis tidak akan memamerkan kemewahan dan kekayaan, meski memang sebetulnya memiliki cukup kekayaan.
"Menurut kami sekeluarga, tema kepemimpinan etis dan tawadhu penting untuk dimunculkan tahun ini karena pergantian kepemimpinan di Indonesia," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News