​PKI Gaya Baru dan PKI Milenial

​PKI Gaya Baru dan PKI Milenial Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag.

Secara alami (by nature), mereka yang kalah akan terus berusaha menjadi pemenang dengan berbagai cara. Buktinya, peristiwa sengketa tanah di daerah Jenggawah, Jember tahun 1978, ternyata ditengarai didalangi oleh tokoh-tokoh eks G-30- S/.

Munculnya fenomena Partai Komunis Indonesia () Gaya Baru dalam beragam aksinya yang terbaru adalah upaya tidak dimasukkannya Tap MPRS No.XXV/1966 dalam RUU HIP. Secara umum, perlu diingat bahwa setiap ideologi di dunia, baik yang masih eksis maupun yang sudah musnah, semuanya mempunyai pengikut dan pernah meraih masa kejayaan.

Oleh karena itu, kapan saja akan muncul kerinduan akan hadirnya kembali romantisme kejayaan masa lalu. Sebagai contoh: lahirnya gerakan Nazi-Baru (Neo-Nazi) di Jerman, Ku-Klux-Klan (KKK), sebuah aliran rasisme di Amerika Serikat yang sering muncul secara sporadis seperti kasus pembunuhan George Floyd, warga kulit hitam. Ia dibunuh oleh seorang polisi kulit putih yang disinyialir penganut KKK.

Secara khusus, paham komunisme di Indonesia harus diakui bukan hilang karena tidak populer, akan tetapi semata-mata karena “dihabisi” oleh warga agamis dan nasionalis. Sudah barang tentu, sisa-sisa pengikut yang fanatis, terutama “keturunan biologis” dari mereka yang ditumpas di masa lalu, akan terus mempunyai dendam-ideologis dan balasdendam nyawa yang terus membara. Komunis di Indonesia sedang dalam masa hibernasi, yang akan muncul kapan saja, oleh siapa saja, di mana saja, dan berbentuk apa saja.

Mungkin tidak lagi Gaya Baru, akan tetapi Milenial.

*Penulis adalah Guru Besar pada UINSA Surabaya dan Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO