Tekan Penyebaran Covid-19, BHS Dorong Gugas Terjunkan ASN Sosialisasi Sadar Bermasker

Tekan Penyebaran Covid-19, BHS Dorong Gugas Terjunkan ASN Sosialisasi Sadar Bermasker PAPARAN IDE: Bambang Haryo Soekartono (BHS) berdiskusi dengan awak media, di BHS Centre, Rabu (8/7). foto: MUSTAIN/ BANGSAONLINE

Begitu juga di sentra UMKM dan mal juga harus dibatasi dengan tirai plastik. Tujuannya antara pedagang dan pembeli tidak sampai bersentuhan secara fisik sekaligus menjaga social dan physical distancing.

Tak hanya itu, BHS juga menyarankan agar pengelola pasar tradisional mewajibkan para pedagang mencantumkan daftar harga 11 komoditas bahan pokok di depan lapak jualannya. Hal itu untuk mengurangi komunikasi dan kontak fisik antara pedagang dan pembeli. Sebab pembeli tidak perlu menawar lagi karena harga barang sudah jelas dan pasti.

"Termasuk di pasar diberi pengeras suara yang menginformasikan pengunjung agar selalu memakai masker. Kalau saya sebagai Ketua Tim Gugus Tugas, saya wajibkan semua toko dan stan di pasar menggunakan tirai plastik. Termasuk di mal dan pertokoan lainnya," tegas alumnus ITS Surabaya ini.

Soal imbauan bermasker, BHS menambahkan, upaya sosialisasi bisa memanfaatkan para kepala desa (kades) dan perangkat desa. Jika semua pihak bergerak, BHS optimistis masyarakat akan sadar untuk selalu menggunakan masker.

"Bahkan antar waga juga bisa saling mengingatkan jika ada yang kedapatan tidak menggunakan masker. Akan tetapi jangan sampai bertengkar hanya gara-gara masker. Itu sudah dilakukan di Jateng dan Jabar sehingga angka penyebaran Covid-19 bisa ditekan," kata BHS.

BHS lalu mencontohkan di Jawa Tengah yang menggunakan konsep 'Jogo Tonggo' yang dianggap sukses menurunkan angka penyebaran Covid-19. Konsep ini diterapkan di lingkup Rukun Tetangga (RT).

Di mana pengurus RT mengamati kekurangan warganya, siapa yang tidak punya masker dan tidak punya makanan bergizi. Sehingga, bisa dibantu oleh warga yang mampu di RT itu.

Ditegaskan BHS, konsep tersebut bisa diterapkan di Kabupaten Sidoarjo, misalnya dengan nama "Tepo Sliro Tonggo". Sehingga BHS pun menilai penerapan jam malam tidak efektif lagi. Karena memang pada malam hari, aktivitas warga sudah banyak berkurang. (sta/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO