Tanpa Surat Kematian dan Surat Jalan, Pasutri di Nganjuk Bawa Jenazah Bayinya Pulang Kendarai Motor

Tanpa Surat Kematian dan Surat Jalan, Pasutri di Nganjuk Bawa Jenazah Bayinya Pulang Kendarai Motor Ketua DPRD Nganjuk, Tatit Heru Tjahyono. (foto: BAMBANG/ BANGSAONLINE).

NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Orang tua bayi yang jenis kelaminnya tertukar secara administrasi, yakni Fery Sujarwo dan Arum Rosalia, mengungkapkan penanganan jenazah anaknya usai lahiran dan akhirnya meninggal di RSUD Nganjuk.

Ferry Sujarwo menjelaskan, pihak rumah sakit hanya meminta dirinya membawa kain jarik setelah mengabarkan bahwa anaknya telah meninggal dunia. Kemudian, dirinya diminta segera mengambil jenazah bayinya untuk dibawa pulang dan dimakamkan.

"Saya membawa mayat anak saya dengan terbungkus kain jarik dalam gendongan menaiki sepeda motor tanpa surat keterangan kematian," ujar Fery Sujarwo kepada BANGSAONLINE.com, Rabu (2/9/2020).

"Dengan pembungkus kain jarik, maka bayi saya, saya bawa pulang. Saya ambil anak saya di luar ruangan inkubator, bukan berada di kamar mayat," ucapnya.

Mengenai surat-menyurat, termasuk surat kematian maupun surat jalan, ia mengaku tidak mendapatkan selembar pun dari RSUD Nganjuk. "Saya membawa pulang tanpa disertai surat jalan maupun surat kematian, apalagi ada ambulans. Saya hanya dibonceng dengan sepeda motor," keluh Fery.

Sementara itu, Ketua DPRD Nganjuk, Tatit Heru Tjahyono mengaku sangat prihatin dengan kejadian yang menimpa bayi dari pasangan Ferry dan Arum. Di samping, juga kesalahan administrasi yang menyebabkan kesalahan tulis jenis kelamin pada bayi tersebut.

Terkait hal ini, ia mengatakan DPRD akan persiapkan tim investigasi melalui Komisi IV. Selain itu, juga memanggil pihak-pihak terkait untuk dimintai keterangan. "Saya akan perintahkan Komisi IV secepatnya memanggil dan membentuk tim investigasi. Saya tegaskan secepatnya dan digelar terbuka bersama seluruh media," tandasnya.

Menurutnya, berbagai pemberitaan terkait kasus ini menimbulkan citra buruk bagi institusi RSUD Nganjuk. "Karena insiden ini, maka citra pelayanan akan semakin terpuruk di hadapan masyarakat," katanya.

Ia juga menyorot tidak adanya ambulans bagi jenazah si jabang bayi. "Meskipun sudah menjadi jenazah, harus menjadi prioritas khusus, bukan sebaliknya. Kalau memang benar dari hasil investigasi, jenazah pulang tanpa mobil ambulans, itu kesalahan fatal bagi RSUD," tegasnya.

Ia menambahkan, bahwa saat ini pemerintah sudah membebaskan refocusing untuk rumah sakit dan pendidikan, sehingga tidak ada pengurangan anggaran untuk dua bidang tersebut. Karena itu, ia pun mempertanyakan pelayanan RSUD Nganjuk terkait mobil ambulans.

"Saya anggap ironis. Puluhan ambulans di Nganjuk membiarkan jenazah pulang dengan dibungkus jarik. Masa hanya sekadar mobil ambulans RSUD tidak bisa menyediakan?," tukasnya. (bam/zar)