SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim terus berupaya membangkitkan ekonomi Jawa Timur, salah satunya dengan membuka peluang bagi pengusaha untuk berinvestasi di sektor migas bersama Shell Indonesia. Sebelumnya, Kadin Jatim juga telah menjembatani pengusaha Jatim untuk bermitra dengan Pertamina Lubricant.
Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan potensi bisnis migas masih cukup menarik dan potensial, kendati saat ini masih dalam kondisi pandemi. Hal ini disebabkan pergerakan orang dan barang masih tetap diperlukan guna menjaga stabilitas ekonomi dan negara secara keseluruhan.
Baca Juga: Gandeng UPT Metrologi Legal Sidoarjo, Polisi Cek SPBU
"Saat awal pandemi, bisnis migas juga ikut turun drastis akibat pemberlakuan kebijakan PSBB di sejumlah daerah. Namun saat ini sudah mengalami kenaikan dan di Jatim sudah mendekati normal. Untuk itu, kami sangat tertarik terhadap keinginan Shell yang membuka peluang untuk berbisnis migas. Karena dalam kondisi seperti ini, peluang bisnis apapun harus dicoba. Ini yang diperlukan dan sudah ada beberapa teman yang berpikiran untuk merambah atau bergeser ke bisnis lain. Kadin Jatim mendorong pengusaha di Jatim untuk menangkap peluang tersebut," tegas Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto saat acara Kadin Jatim Talk dengan tema "Potensi bisnis energi di masa new normal", Rabu (7/10/2020).
Peluang tersebut menurutnya, menjadi semakin menarik di saat pengusaha merasakan kemudahan dalam melakukan usaha. "Ini menjadi konsen Kadin Jatim, kami akan berusaha mengawal peluang tersebut hingga menjadi realita. Karena sebetulnya peluang ini banyak tetapi kendala juga banyak, misalnya dari sisi perizinan," ungkapnya.
Untuk itu, Adik juga meminta kejelasan kepada Shell tentang perpajakan dan perizinan yang dibutuhkan tersebut, apakah juga dibantu oleh pihak Shell sehingga perijinan mudah didapatkan.
Baca Juga: Pengawasan Terakhir Sebelum Lebaran, Disperdagin Kota Kediri Tak Temukan Kecurangan di SBPU
"Semua pertanyaan sama, siapa yang menanggung pajak? Apakah Shell ataukah mitra Shell? Semua yang terkait dengan regulasi. Urusan regulasinya siapa, izin prinsipnya siapa, dan jenis investasi yang ditawarkan ini seperti apa?," tanya Adik.
Sementara itu, Head of Dealer Owned Network Shell Indonesia, Agung Saputra mengakui selama pandemi Shell Indonesia secara nasional juga ikut terhempas. Terlebih pada saat awal pandemi di bulan Maret-April 2020. Tetapi kenaikan bisnis ini juga cukup cepat karena pergerakan manusia dan barang tidak bisa distop sepenuhnya dalam kurun waktu cukup lama.
"Begitu Jakarta dan Jabodetabek sempat relaksasi, penjualan kami sudah bisa naik, volumenya mencapai 85 persen dari volume normal. Sekarang memang belum kembali seperti sediakala, sedikit menurun tetapi tidak sejelek awal pandemi," terang Agung.
Baca Juga: Jelang Lebaran, Polisi di Sidoarjo Tinjau SPBU
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perilaku konsumen setelah pandemi mengalami perubahan. Mereka harus tetap keluar rumah, tetapi juga harus menjaga jarak. Akhirnya mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.
"Yang biasa naik kendaraan umum, seperti kereta, bus, dan MRT, sekarang balik lagi menggunakan mobil dan motor pribadi karena kebutuhan menjaga jarak dan menjaga diri dengan alasan kesehatan. Penambahan jumlah kendaraan bermotor tiap tahun juga cukup tinggi mencapai 5,35 persen. Oleh karena itu peluang bisnis di sektor energi masih besar dan terbuka," terangnya.
Potensi ini juga bisa dilihat dari cakupan dan jumlah SPBU di Indonesia yang jauh lebih sedikit dibanding Malaysia dan Thailand. Di Malaysia, satu unit SPBU melayani 10 ribu orang dan di Thailand satu unit SPBU melayani 23 ribu orang. Sementara di Indonesia, satu unit SPBU melayani 40 ribu orang.
Baca Juga: Antisipasi Kecurangan Pegawai SPBU, Polres Bangkalan Tinjau Harga dan Ketersediaan BBM
Dan pemerintah juga terus berupaya menaikkan konsumsi BBM nonsubsidi sehingga volumenya saat ini jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Pada tahun 2018, konsumsi BBM nonsubsidi mencapai 42 persen, terbesar jenis BBM dengan ron 90 sebesar 72 persen dan ron 92 sebesar 23 persen.
"Inilah kenapa akhri-akhir ini banyak brand yang masuk Indonesia, mencoba mencicipi kue ini. Dan Shell sendiri telah masuk Indonesia sejak 2005. Sudah memiliki hampir 120 SPBU di Indonesia. Kami sudah merasakan pahit manis industri ini di saat harga minyak begitu tinggi, dan pada saat harga rendah. Dan saat ini kami fokus di lima provinsi, DKI Jakara, Banten, Jawa barat, Jatim, dan Sumatra Utara. Jumlah SPBU Shell di Jatim mencapai 14 unit tersebar di Surabaya, Jombang, dan Tuban," katanya.
Salah satu Mitra Shell di Jombang, Fatchur Rahman mengatakan sangat senang bermitra dengan Shell, karena Shell selalu mengedepankan transparansi dan komunikasi yang baik.
Baca Juga: Jelang Idulfitri, Polres Probolinggo Kota Mengecek Meterisasi dan Kandungan BBM Sejumlah SPBU
"Shell selalu support dengan transparansi sejak awal pengajuan kerja sama. Dari awal memang pengurusan izin kami selalu diberi support dan komunikasi yang baik. Sampai saat ini Shell selalu melakukan transparasi dari sisi pembayaran pajak dan pembangunan SPBU kami. Dengan trasnparansi ini, kami tidak ragu bekerja sama dengan Shell karena memiliki manajemen dan produk yang baik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News