GRESIK, BANGSAONLINE.com - KPU Gresik menargetkan partisipasi pemilih pada coblosan Pilkada Gresik 2020 mencapai 77,5 persen dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) 918.192 orang. KPU optimis target ini bisa dicapai, meski pelaksanaan pilkada kali ini diselenggarakan dalam pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Ketua KPU Gresik, Achmad Roni saat membuka Sosialisasi Peran Media Dalam Mensukseskan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Gresik Tahun 2020, yang diikuti wartawan Gresik tergabung dalam Komunitas Wartawan Gresik (KWG), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan sejumlah wartawan lain. Sosialisasi ini diselenggarakan di Hotel Aston Inn, Jalan Sumatera No.1 Desa Randuagung Kecamatan Kebomas, Jumat (6/11/2020).
Baca Juga: Jika Temukan Kecurangan di Pilkada Gresik, Saksi Kotak Kosong Bisa Gugat ke MK
Menurut Roni, target partisipasi pemilih 77,5 persen sesuai yang dipatok KPU RI. Target itu naik 7,6 persen dari capaian partisipasi pemilih di pilkada tahun 2015 sebesar 70,10 persen.
Untuk merealisasikan target tersebut, Roni berharap bantuan media sebagai mitra KPU Gresik untuk menggelorakan masyarakat agar bersedia datang ke TPS untuk menyalurkan suaranya demi suksesnya gelaran Pilkada 2020.
"Media sebagai pilar demokrasi memiliki peran strategis dalam membantu KPU untuk menyukseskan pilkada. Makanya, diharapkan dengan peran media ini penyelanggaraan Pilkada bisa sukses," katanya.
Baca Juga: Poster Ajakan Coblos Kotak Kosong Bertebaran di Kabupaten Gresik
Roni juga berharap Pilkada 2020 bisa berlangsung kondusif. "Semua tak lepas dari peran media dalam menyampaikan informasi kepada publik," pungkasnya.
Narasumber dalam sosialisasi ini adalah Divisi Sosdiklih dan Parmas KPU Jatim Gogot Cahyo Baskoro, dan Divisi Sosdiklih Parmas dan SDM KPU Gresik Makmun, dengan moderator Ketua KWG M. Syuhud Almanfaluty.
Gogot menyatakan, merubah mindset pemilih yang menentukan pilihan karena imbalan sesuatu akan terus dilakukan dengan melakukan pendidikan politik memang berat.
Baca Juga: Dinkes Gresik Gandeng KWG Gelar Talkshow Penanganan AKI, AKB, dan Stunting
Meski KPU menyadari hal ini sangat sulit pembuktiannya. "Pragmatis seperti money politic kan ibaratnya mohon maaf seperti orang kentut, terdengar suaranya dan tercium baunya, tapi sulit dibuktikan," jelasnya.
Dalam kesempatannya, Gogot Cahyo Baskoro menjelaskan upaya yang dilakukan KPU dalam memerangi pemilih pragmatis. Di antaranya melalui pendidikan pemilih, agar masyarakat bisa memilih berdasarkan hati nurani, bukan karena embel-embel seperti uang.
Gogot mengungkapkan, salah satu faktor terjadinya money politic karena kondisi masyarakat pemilih yang tergolong belum mapan (berkecukupan).
Baca Juga: Pro Bumbung Kosong, 2 Kali Mega Bagus Tak Hadiri Panggilan PDIP Gresik
"Makanya, butuh waktu untuk merubah, memberikan pendidikan kepada pemilih melalui berbagai pendekatan. Misalnya, dengan pendekatan pencerahan, masa hanya karena dikasih uang Rp 50-100 ribu, masyarakat salah memilih pemimpin, sehingga akan menyesal selama lima tahun, dan lainnya," terangnya.
"Untuk memerangi praktik money politic ini, peran para calon dalam menyampaikan program-program yang ditawarkan juga sangat penting untuk merubah pola fikir pemilih pragmatis dalam menentukan pilihan," paparnya.
Pada kesempatan ini, Gogot mengakui bahwa target partisipasi yang dicanangkan KPU Pusat sebanyak 77,5 persen di saat pandemi Covid-19, memang berat. "Namun, dengan ikhtiar, upaya maksimal dengan didukung semua lapisan masyarakat akan bisa dicapai, saya optimis bisa," pungkasnya.
Baca Juga: Ini Kata KPU Gresik soal Pilkada Ulang Jika Calon Tunggal Kalah dengan Kotak Kosong
Sementara Makmun menyampaikan upaya-upaya KPU Gresik dalam menyosialisasikan Pilkada Gresik kepada masyarakat. Menurutnya, untuk menyukseskan penyelenggaraan pilkada memang membutuhkan peran semua pihak, termasuk media.
"Target partisipasi pemilih tersebut tak hanya bersifat kuantitatif (jumlah), namun juga kualitas. Makanya, KPU gencar melakukan pendidikan pemilih dengan menggandeng berbagai elemean masyarakat, mulai organisasi profesi seperti KWG, PWI, organisasi keagaman, organisasi kepemudaan, organisasi perempuan, dan komponen masyarakat lain," ungkapnya.
Makmun mengakui bahwa salah satu tugas berat KPU dalam penyelenggaraan pilkada adalah merubah pola pikir (mindset) pemilih pragmatis dalam menentukan pilihan. "KPU secara pelan-pelan terus memberikan pendidikan pemilih. Dan, alhamdulillah hasilnya sangat bagus, banyak pemilih yang akhirnya mengerti," pungkasnya. (hud/ian)
Baca Juga: Tak Ada Paslon Lagi yang Mendaftar, Yani-Alif Resmi Lawan Kotak Kosong di Pilkada Gresik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News