BLITAR, BANGSAONLINE.com - Debat Publik Putaran Kedua Pasangan Calon (Paslon) Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) Blitar 2020 selesai digelar Senin (16/11/2020) malam.
Debat publik dengan tema lingkungan dan kesehatan tersebut mempertemukan Pasangan Calon Nomor Urut 01 Rijanto-Marhaenis UW dan Pasangan Nomor Urut 02 Rini Syarifah-HR Santoso.
Baca Juga: Jelang Debat Publik Terakhir Pilbup Kediri 2024, KPU Gelar Media Briefing
Dalam debat tersebut, Calon Wakil Bupati Nomor Urut 01 Marhaenis Urip Widodo sempat mengkritik KPU Kabupaten Blitar sebagai penyelenggara yang memperbolehkan Calon Bupati Nomor Urut 02 Rini Syarifah membawa kertas sontekan.
"Kesempatan ini saya sampaikan kepada penyelenggara KPU Kabupaten Blitar untuk bisa lebih fair dalam menyelenggarakan debat. Kasihan Mbak Rini kalau harus membaca seperti itu karena dilihat banyak audiens di Kabupaten Blitar. Jadi, saya sarankan kepada KPU agar manfaatkan dan fungsikan kemampuan mereka secara utuh dan rasional. Jangan pakai repekan (sontekan) seperti itu, karena kasihan beliaunya kadang pertanyaan dan jawaban tidak sama. Itu yang saya sampaikan agar debat ketiga nanti bisa berjalan dengan baik," ungkap Marhaenis dalam salah satu sesi debat.
Reaksi Marhaenis ini dilontarkan usai Rini Syarifah yang akrab disapa Mak Rini itu menjawab pertanyaan dari Calon Bupati Nomor Urut 01 Rijanto soal Universal Health Coverage (UHC) bagi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. "Untuk UHC, apa yang Ibu lakukan untuk mencapainya?” tanya Rijanto.
Baca Juga: Debat Kedua Pilwalkot Malang, Koalisi Rakyat Peduli Wong Cilik Jadi dalam Visi-Misi Paslon Abadi
Mendapat pertanyaan dari rivalnya tersebut, Mak Rini justru menjawab soal pembangunan berkelanjutan guna mengatasi pencemaran lingkungan.
"Menurut data BPS tahun 2018-2019, Kabupaten Blitar adalah salah satu daerah dengan tingkat pencemaran lingkungan yang cukup tinggi. Untuk pencemaran udara, ada 71 desa yang terdampak, hampir menyerupai daerah industri seperti Sidoarjo dan Gresik," jawab Mak Rini.
Jawaban itu kemudian langsung mendapat sanggahan dari Rijanto.
Baca Juga: Debat Publik ke-2 Pilbup Nganjuk, Aushaf Fajr: Ungkap Visi-Misi dan Terobosan Tentang Desa Digdaya
"Tampaknya jauh dari yang saya harapkan. UHC tentunya adalah upaya-upaya kita dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk fasilitasnya. Termasuk pembangunan puskesmas. Kabupaten Blitar dari 24 puskesmas. Sebanyak 8 sudah terakreditasi puskesmas utama dan 16 puskesmas madya. Kemudian kami juga membangun rumah sakit di Srengat sekaligus melengkapi fasilitas Rumah Sakit Mardi Waluyo Wlingi. Kemudian untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang berbelit-belit akan kami ubah menjadi Kartu Blitar Sehat," ujar Rijanto.
Sementara itu, Ketua KPU Kabupaten Blitar, Hadi Santosa saat dikonfirmasi soal hal ini menjelaskan jika pihaknya memberi lampu hijau kepada paslon untuk membawa alat peraga atau sontekan ke panggung debat. Hal ini dilakukan agar debat berjalan lebih dinamis dan hidup.
"Tidak apa-apa. Jadi tidak ada larangan. Dan saya khawatir kalau kita kaku, tidak boleh membawa apa-apa, malah tidak terjadi dialog. Apalagi jika ada paslon yang lemah dalam hal public speaking," kata Hadi. (ina/zar)
Baca Juga: Inilah 7 Panelis Debat Kedua Pilgub Jatim 2024 yang Diselenggarakan KPU
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News