SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dari 7,5 miliar jumlah penduduk dunia, 5,1 miliar di antaranya adalah pengguna Hp. Kemudian 4,3 miliar adalah pengguna internet, 3,4 miliar pengguna aktif medsos, dan 3,4 miliar pengguna aktif medsos mobile.
Hal ini dijabarkan Ketua PWI Jatim, Drs. Ainur Rohim, M.I.P. Menurutnya, banyaknya pengguna medsos tak lepas dari adanya digitalisasi yang dibawa oleh perusahaan raksasa digital seperti Google, Facebook, Apple, Amazon, Twitter, Instagram, dan lainnya.
Baca Juga: Diskusi Puncak Peringatan HPN PWI Tuban, Peran Pers untuk Kemajuan Daerah
Kata dia, digitalisasi dan pesatnya perkembangan medsos itu membawa dampak positif dan negatif. Untuk dampak negatif antara lain, beberapa hal yang viral di medsos dan media massa adalah menggunakan perempuan sebagai objek seksisme.
Karena itu, Ainur Rohim berharap media berperan menyajikan pemberitaan yang ramah perempuan dan anak.
"Peran media dalam pengerustamaan gender sangat penting. Media harus dapat menjadi marketplace of idea, menjadi public education dan watch dog," katanya dalam webinar yang digelar DP3AK Provinsi Jatim dengan tema "Mendorong Pemberitaan yang Responsif Gender bersama Media Mass".
Baca Juga: BNI Wilayah 06 Ajak Pers Perkuat Digitalisasi Perekonomian Perbankan
Dalam kesempatan ini, Air -sapaan Ainur Rohim- juga menyampaikan data keterwakilan perempuan di ranah politik. Data menujukkan, negara-negara Skandivia (Swedia, Norwegia, dan Denmark) memiliki tingkat keterwakilan perempuan paling tinggi 40 persen. Sedangkan di negara Arab paling rendah, yakni 4,6 persen.
Adapun tingkat representatif perempuan di ranah politiknya sekitar 9,2 persen. Di bawah rata-rata negara ASEAN, yakni 12,7 persen.
Sementara, Kepala DP3AK Provinsi Jatim, Dr. Andriyanto, S.H., M.Kes. berharap media sebagai penyebar informasi penting juga turut berperan memberikan pemahaman sensitif gender, agar terjadi keseimbangan laki-laki dan perempuan apalagi dalam pemberitaan.
Baca Juga: Tingkatkan Profesionalisme Wartawan, PWI Tuban Gelar OKK
"Kami berharap, untuk para media agar topik pemberitaan lebih ramah terhadap perempuan dan anak, juga pemberitaan yang mempunyai nilai pendidikan," tandasnya. (diy/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News