Ramadan di Masa Pandemi, Makam Gus Miek Tetap Buka dan Banyak Didatangi Peziarah

Ramadan di Masa Pandemi, Makam Gus Miek Tetap Buka dan Banyak Didatangi Peziarah Dua peziarah ketika berdoa di Pusara Gus Miek dan istrinya. (foto: MUJI HARJITA/BANGSAONLINE)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Pada Bulan Suci Ramadan di masa pandemi ini, Makam K.H. Hamim Dzajuli () dan Nyai Hj. Lilik S. (Nyai Miek) tetap buka dan boleh dikunjungi para peziarah dengan menerapkan protokol kesehatan.

Meski tidak seramai sebelum ada pandemi, banyak peziarah datang dari berbagai wilayah di Jawa Timur maupun provinsi lain di Indonesia, bahkan ada yang datang dari luar negeri, terutama Malaysia dan Brunei.

Baca Juga: Puluhan Kiai dan Gawagis di Kabupaten Kediri Deklarasi Dukung Dhito-Dewi

Pada bulan Ramadan, jumlah peziarah ke makam biasanya makin banyak. Mereka mengirim doa dan mengaji di Makam yang wafat pada 5 Juni 1993 silam.

Namun sejak bulan Maret 2020 lalu, seiring dengan berlangsungnya pandemi Covid-19 sampai bulan April 2021, suasana makam memang terasa sepi. Sepinya peziarah ini, tentu sangat berdampak bagi pedagang.

Mbah Kasanan (71), Penjaga Makam Auliya Tambak didampingi rekannya, Mudakir (70) menceritakan bahwa semenjak pandemi ini, peziarah yang datang ke Makam memang berkurang drastis. Biasanya mencapai ribuan, kini tinggal ratusan saja tiap minggunya.

Baca Juga: Sambut Idulfitri 1445 H, Pj Wali Kota Kediri Sowan ke Ulama

Menurut Mbah Kasanan, Almarhum dahulu mempunyai ide ingin mengumpulkan ulama se-Jawa Timur sebanyak 41 ulama untuk dimakamkan di sini. Para ulama itu berasal dari Jember, Banyuwangi, bahkan Bali sekalipun.

"Kalau sekarang kira-kira kurang lebih sudah ada 30 ulama yang dimakamkan," terang Mbah Kasanan. 30 ulama itu, antara lain termasuk , Kiai Achmad Siddiq Jember (Rais Am PBNU 1984-1990), Kiai Yasin Yusuf al-Balitari (juru dakwah terkenal asal Blitar), Mbah Dahnan Trenggalek, dan ulama lainnya.

Ditambahkan oleh Mbah Kasanan, di Makam ini diusahakan bebas dari orang meminta-minta. Bila ada orang yang ketahuan meminta-minta, akan dibawa ke kantor untuk diberi pengertian dan diberi uang saku, selanjutnya disuruh pulang.

Baca Juga: Jalin Silaturahmi Jelang Ramadan, Pj Wali Kota Kediri Sowan ke Ulama

"Tujuan melarang peminta-minta (pengemis) beraktivitas di area Makam , semata-mata untuk memberi ketenangan kepada para peziarah," imbuh Mbah Kasanan.

Sementara itu, Bahrul Ulum (54), peziarah asal Gedek, Mojokerto, mengaku rutin ziarah ke Makam , karena kedua anaknya mondok di Ponpes Al Falah, Ploso. Namun, ia mengatakan sudah mendengar nama sejak tahun 1982.

Setiap menjenguk anak-anak, lanjut Bahrul Ulum, dia dan keluarganya pasti berziarah ke Makam di Kompleks Makam Auliya di Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo.

Baca Juga: Tawuran Antar Gangster, 14 Pelajar di Kediri Diamankan Polisi

"Saya memang belum pernah ketemu langsung . Tapi saya sudah mengetahui bagaimana . Makanya saya dan keluarga sering sowan (berziarah) ke sini," kata Bahrul Ulum seusai berziarah di Makam , Selasa (20/4/2021).

Seperti diketahui, K.H. Hamim Tohari Djazuli, akrab dipanggil adalah Pendiri Amalan Dzikir Jama'ah Mujahadah Lailiyah, Dzikrul Ghofilin, dan Sema'an Al-Qur'an Jantiko Mantab.

adalah putra dari K.H. Ahmad Djazuli Utsman, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Mojo, Kediri, Jawa Timur. Kiai karismatik itu dimakamkan di Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, sekitar 5 km ke arah selatan dari Ponpes Al-Falah, Ploso.

Baca Juga: Cegah Radikalisme di Kediri, Mas Dhito Kukuhkan Duta Pancasila

Pengunjung datang dari berbagai daerah, ada dari Surabaya, Pasuruan, Jember, Banyuwangi ataupun sekitar Kediri saja. Selain berziarah ke Makam , para peziarah pun menyempatkan berdoa di Makam Nyai Lilik Suyati, istri yang dimakamkan bersebelahan dengan Makam . (uji/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pria di Kediri Nekat Tabrakkan Diri ke Kereta Api':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO