Segera Jadi Universitas Internasional, ​Hari Ini IKHAC Terima SK Ijin Operasional Program S3

Segera Jadi Universitas Internasional, ​Hari Ini IKHAC Terima SK Ijin Operasional Program S3  Prof Dr Suyitno, MAg, Dirjen Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Kementerian Agama menyerahkan SK ijin penyelenggaraan program studi pendidikan agama Islam untuk program doktor pada IKHAC yang diterima Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA , di PP Amanatul Ummah Surabaya,Selasa (4/5/2021). Foto: mma/bangsaonline.com

(Inilah tim yang bahu membahu menyiapkan pemberkasan dan mengurus SK izin operasional program S3 IKHAC. Dr. Zakaria Muhtadi (paling kiri, pegang SK), Dr Saefullah (nomor 2 dari kiri), dan Dr. Fadly Usman (paling kanan, baju oranye) foto bersama dengan Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. (nomor 2 dari kanan). foto: mma/ bangsaonline.com) 

Hanya saja Kiai Asep masgul terhadap birokrasi yang mempersulit dunia pendidikan secara adiministratif. Ia memberi contoh soal over stay mahasiswa asing yang kuliah di Indonesia. “Dendanya sangat mahal. Dua bulan saja banyak sekali uang yang harus dikeluarkan,” katanya.

Akibatnya, banyak perguruan tinggi yang gagal menyelenggarakan program penerimaan mahasiswa asing.

Sementara Rektor IKHAC Gus Muhib bersyukur karena IKHAC telah mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk menyelenggarakan program S3.

“Alhamdulillah pagi hari ini kita mendapat kepercayaan dan kehormatan. Kita sudah mendapatkan SK penyelenggaraan program S3. Tentu ini sesuai cita-cita kita sendiri yang akan menjuju pada Internasional university. Terimakasih kepada pemerintah yang telah all out dan support pada kita,” kata Gus Muhib.

Menurut Gus Muhib, minat masyarakat cukup besar terhadap IKHAC. Bahkan sebelum SK turun sudah ada 10 orang calon mahasiswa yang mendaftar S3.

Apa kira-kira yang menjadi daya tarik, Gus? “Pertama, saya kira tak bisa dipungkiri, karena ada figur pendiri, yaitu Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim,” tegas Gus Muhib. 

Selain itu, kata Gus Muhib, karena IKHAC memiliki ciri khas yang tidak dimiliki perguruan tinggi lain. Yaitu lima mata kuliah non SKS yang dipelajari. Pertama, Aswaja (Ahlussunnah Waljamaah). “Ini untuk menanamkan moderatisme,” kata menantu Kiai Asep itu.

Kedua, mata kuliah bahasa Arab. Ketiga, mata kuliah bahasa Inggris. “Ini untuk komunikasi di percaturan global. Lalu ada mata kuliah IT untuk kemampuan milienial dan yang terakhir mata kuliah akuntansi, karena diharapkan mereka memiliki kalkulasi dan perhitungan secara matang dalam kehidupan mereka,” katanya. 

Kini mahasiswa asing yang kuliah di IKHAC dari sembilan negara. Antara lain, Pakistan, Malaysia, Vietnam dan negara lain. Diantara mereka bahkan sudah lulus dan diwisuda. (mma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO